[FF-Oneshoot] Blindness

Author: Clora Darlene,

Length: Oneshoot.

Genre: Romance.

Rating: PG-15.

Main Cast: EXO-K’s Oh Sehun, GG’s Im Yoon Ah.

Supporting Cast: EXO-K’s Kim Jong In, GG’s Kwon Yuri, EXO and SNSD’s other members.

Pairing: SeYoon/HunYoon.

Disclaimer: This FF is obviously pure belong to me. The storyline is mine. And the casts are belonging to their God, parents and management. But I don’t mind if you wanna said that they’re belong to me too, It’s okay and I’ll accept that. Don’t dare to copy-paste this stuff without my knowing.

***

            “Ada apa?” Laki-laki yang baru saja menggigit rotinya itu menatap perempuan yang sedang duduk di hadapannya. Perempuan itu tersenyum terlalu cerah, dan setidaknya membuat perasaan laki-laki itu sedikit tenang. “Wae? Kenapa kau senang sekali hari ini? Kau tidak memakan sarapanmu?”

“Aku tidak tahu apa pemikiranmu jika aku mengatakannya” Perempuan itu terkekeh pelan. “Mungkin kau akan berpikir jika aku berharap akan merayakannya” Gumam perempuan itu tidak jelas lalu diikuti tawanya yang renyah.

Sehun membulatkan matanya lalu menaruh rotinya. “Kau ulang tahun?” Perempuan itu mengangguk dan tetap terkekeh. “Kenapa kau baru mengatakannya? Woah, saengil chukkae!” Sehun tersenyum, tidak ingin kalah dalam menunjukkan rasa bahagianya untuk perempuan yang sedang duduk di hadapannya ini. “Ini harus dirayak-”

“Aniyo, tidak perlu” Yoona dengan pelan memasukkan garpu ke dalam mulutnya lalu menguyah sarapannya dengan pelan dengan gerakan yang lembut. “Bukankah kau juga harus menyelesaikan tugas akhirmu?”

Sehun menghelas nafas pelan. “Tugas akhir” Sedetik kemudian, senyum itu kembali menghiasi wajah putih laki-laki itu. “Aku akan menyelesaikannya, tenang saja. Bukankah sebelumnya kau juga mengatakan ingin mengenal teman-temanku?”

Im Yoona, terlihat bimbang. Tentu saja, sebagai orang yang menginap di rumah Sehun selama lima bulan terakhir ini tidak ingin menambah kerepotan laki-laki baik itu. Tapi, ia juga merasa…kesepian, atas apa yang terjadi lima bulan lalu. Ia…merindukan percakapan bersama teman-temannya yang mungkin sekarang telah melupakannya, pikir Yoona.

“Tarikan nafasmu menjawab semuanya. Ne, kita akan merayakan ulang tahunmu malam ini” Sehun tertawa, memamerkan sederetan gigi-gigi putihnya yang sempurna. Laki-laki itu berdiri lalu melangkahkan kakinya mendekati Yoona. “Jangan melakukan hal bodoh. Jika kau butuh sesuatu, katakan saja kepada Bibi Kagura. Dia selalu ada. Arasseo?” Sehun menatap perempuan itu dengan tatapan sayunya.

Yoona tersenyum kecil. “Aku tidak bodoh. Arasseo”

Sehun tersenyum, menandakan dirinya lega setelah mendengar kata-kata yang baru saja diucapkan perempuan itu. “Aku pergi dulu”

***

            Yoona duduk di tepi ranjangnya sambil memegangi tongkatnya. Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka baik-baik saja? Tidak, apa mereka masih mengingatnya? Apa mereka merasa perbedaan jika ia tidak ada di sana? Apa ada yang merindukannya? Apa di masa lalu, dirinya telah membuat dirinya sendiri berarti untuk semua orang? Untuk teman-temannya?

Hembusan nafas Yoona menandakan ia telah lelah memikirkan semua kemungkinan yang dapat terjadi. Dengan tragedi lima bulan lalu yang menimpanya, ia hanya bisa bersyukur untuk sekarang ini.

Yoona benar-benar mengutuk orang yang menabraknya dan meninggalkannya di tengah jalan seperti sampah. Dan berterimakasih kepada orang yang tidak pernah menyentuhkan tangannya dalam kecelakaan tersebut.

Oh Sehun, pembuktian bahwa Tuhan masih menciptakan manusia dengan gen pembawa sifat terlalu baik.

Yoona kembali menghembuskan nafasnya. Ia sadar, tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Penunjuk jalannya hanya sebuah tongkat yang saat ini ia genggam.

***

            Yoona terduduk di sofa hitam di ruang tengah rumah Sehun. Ia tidak tahu jelas bagaimana bentuk asli rumah laki-laki itu, tapi yang ia yakini rumah laki-laki itu cukup besar. Yoona menyandarkan dirinya dengan tangan yang tetap menggenggam tongkat kehidupannya.

Bagaimana wajah dunia saat ini? Pikir Yoona. Bukankah lima bulan itu cukup lama sebagai seseorang yang tidak beruntung karena Tuhan mengambil pengelihatan mereka?

Happy birthday to you, happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday. Happy born-day, Yoongie” Yoona sedikit tersentak dan kaget setelah mendengar beberapa suara menyanyikannya lagu ulang tahun.

“Kau terlihat bingung” Sehun, laki-laki yang mengenakan jaket parasut berwarna biru laut itu melangkahkan kakinya mendekati Yoona lalu berlutut di hadapan perempuan itu dengan kedua tangannya yang menompang sebuah cake-tart. “Saengil chukkae. Kau bisa meniup lilinnya”

Yoona terdiam sejenak, menyebutkan beberapa kata di dalam hatinya. Seperti manusia normal lainnya, Yoona meniup lilin ulang tahunnya dengan penuh harapan di baliknya. “Kau semakin tua” Sehun tertawa kecil. “Jadi, kau tetap menginginkan aku memperkenalkanmu kepada teman-temanku?”

“Aku tidak pernah mengatakan aku ingin kau memperkenalkanku” Bantah Yoona. Ia sadar. Sadar sekali dan benar-benar sadar. Ia hanya akan membuat Sehun malu dengan kebutaannya. Seketika hatinya tertawa miris. Ia tidak mempermasalahkan dirinya yang buta atau apapun masyarakat awam mengatakannya, yang ia mempermasalahkannya hanyalah laki-laki Oh ini. Dia…terlalu baik.

“Aku tahu. Kau hanya ingin mengenal mereka, bukan?” Sehun duduk di sebelah Yoona dan menaruh cake-tart itu di atas sebuah meja di hadapan mereka berdua. Beberapa teman Sehun ikut duduk dan beberapa yang lain hanya berdiri.

“Jadi, kau ingin mengenal yang perempuan atau yang laki-laki terlebih dahulu?” Tanya Sehun.

“Ter..serah” Jawab Yoona singkat dan pelan.

Then, ladies first” Sehun tersenyum.

“Annyeong, aku Jessica. Sehun banyak bercerita tentangmu” Perempuan berambut bright brown itu tersenyum.

“Terlalu banyak” Celoteh seorang perempuan. “Hai, aku Seohyun. Sehun benar-benar excited dengan kejutan ulang tahunmu” Perempuan itu tertawa lalu diikuti tawa yang lain.

“Dia terus mengintrogasi kami satu-satu, menanyakan hal-hal yang tepat untuk kejutanmu” Kembali seorang perempuan yang lain membuka mulutnya. “Aku Sunny. Senang bertemu denganmu, Im Yoona-ssi”

Yoona tersenyum dan memberanikan dirinya untuk mengeluarkan suaranya. “Senang bertemu denganmu juga, Sunny-ssi. Mianhae, karena aku tidak bisa melihatmu”

Sunny tersenyum kecil. “Bukankah manusia mempunyai dua bentuk mata? Maksudku, jangan pernah menghitung mata kakimu” Satu ruangan hangat itu tertawa. “Kita selalu mempunyai mata hati yang tidak akan pernah buta”

Yoona tersenyum lega. Pembuktian Tuhan benar-benar menciptakan mereka yang baik.

“Aku Tiffany. Senang bertemu denganmu, Yoona-ssi. Omong-omong, kau mempunyai badan yang bagus” Tiffany terkekeh pelan. “Apa kau seorang model?”

“Aku sama sekali tidak pernah bermimpi untuk melangkahkan kakiku di atas catwalk” Jawab Yoona dengan senyum yang selalu setia menyempurnakan setiap titik wajahnya.

“Atau kau seorang pernari?” Tanya perempuan yang lain. “Aku Hyoyeon. Senang bertemu denganmu”
“Bagaimana kau tahu?” Yoona memasang tampang polosnya.

“Aku selalu benar” Hyoyeon setengah berteriak setelah perkiraannya terbukti benar. “Entahlah. Instingku yang menggerakanku” Hyoyeon tertawa.

“Instingmu mempunyai respon yang baik terhadap musik” Celoteh seorang laki-laki.

“Katakan saja aku menari lebih baik darimu, Lay-ssi” Bantah Hyoyeon dengan nada mengejeknya.

“Dan kau tidak bisa bernyanyi sebagus diriku, Lay-ssi” Jessica kembali membuka mulutnya.

“Kau” Lay menunjuk Jessica dengan wajah kesalnya. “Kau tidak menari sebaik diriku”

“Dan kau juga tidak menari sebaik diriku” Ucap Hyoyeon.

“Kalian semua tidak bisa beatboxing sepertiku” Seorang laki-laki membuka suaranya yang berat.

Beatboxing-ku lebih baik dari beatboxing-mu. Aku menyanyi dan menari lebih baik darimu, Chanyeol-ssi” Do Kyungsoo, untuk pertama kalinya membuka suaranya sambil tersenyum seperti telah memenangkan debat ini.

“Aku menyanyi lebih baik dari dirimu” Bantah Baekhyun.

“Kau bahkan tidak bisa rapping” Bantah Chanyeol.

Rapping-ku lebih baik” Bantah Kris.

“Itu hanya karena kau menguasai Bahasa Inggris” Bantah Chanyeol lagi.

“Hey, aku juga rapper yang menguasai Bahasa Inggris. Aku Amerika” Bantah Tiffany.

“Aku juga Amerika” Jessica kembali mengeluarkan suaranya.

“Kau tidak bisa rapping” Ucap Tiffany yang berhasil membuat Jessica memasang tampang kesalnya.

“Aku Kanada” Bantah Kris.

“Tidak ada dari kalian yang lebih sexy dari diriku” Seketika semua orang menutup mulut mereka setelah seorang laki-laki mengutarakan pendapatnya. Kim Jong In, bangga dengan badannya.

“Katakan kata itu setelah badanmu seperti Hyorin noona”

Sehun hanya melihati teman-temannya yang sedang berdebat tentang bakat mereka masing-masing. “Kau pasti tidak pernah bosan”

“Maksudmu?” Sehun menoleh melihat Yoona yang baru saja mengeluarkan suaranya dengan pelan.

“Teman-temanmu terlalu menyenangkan” Perempuan itu terkekeh pelan.

Sehun terdiam sejenak, memerhatikan perempuan itu dengan senyum kecil yang terbentuk di sudut bibirnya. “Mereka sekarang temanmu juga”

***

            Delapan jam pasca pergantian hari.

Sehun dan Yoona duduk dengan tenang duduk di hadapan seorang dokter mata di sebuah rumah sakit pusat Kota Seoul. “Kita sudah bisa melakukan operasi pada matanya” Dokter Park, seorang dokter mata terkenal yang telah berpendidikan tinggi tersenyum melihat kedua orang yang duduk di hadapannya.

Senyum harapan-itu-akhirnya-terkabul terlukis di detik yang sama di wajah Sehun dan Yoona. “Jika Yoona bisa mempersiapkan dirinya dengan cepat, kita bisa saja melakukan operasinya minggu ini. Sekitar empat atau lima hari lagi”

Sehun menatap Yoona lalu berbicara pelan kepada perempuan berambut lurus sepunggung itu. “Kau siap?”

Senyum Yoona semakin lebar. “Aku selalu siap”

Dokter Park juga ikut merasa lega. Perempuan ini dapat mempersiapkan dirinya kurang dari tiga detik. “Baiklah. Jadi, kau akan memilih Jum’at atau Sabtu?”

“Jum’at” Jawab Yoona mantap.

“Baiklah. Empat hari lagi. Aku akan mengatur jadwal operasinya dan akan memberitahu informasi lebih lanjut secepatnya” Dokter Park tersenyum.

“Kalau begitu, kami permisi dulu. Terimakasih, Dokter” Sehun menjabat tangan laki-laki dengan umur lebih dari setengah abad  itu dengan penuh keyakinan.

Yoona mengangkat tangannya, melayangkan tangannya untuk meraih sesuatu yang tidak pasti. Tanpa sadar Sehun meraih tangan Yoona dan menuntun perempuan itu dengan sabar.

“Kau tidak malu?” Yoona terkekeh hambar. Sehun menjatuhkan pandangannya kepada perempuan yang mengenakan jaket kulit merah di sebelahnya. “Maksudku, aku buta dan ayolah kau tahu apa maksudku”

Sehun melirik tangannya yang dirangkul Yoona, lalu kembali menjatuhkan pandangannya ke perempuan itu. “Aku juga buta” Sehun terkekeh.

Yoona tertawa. “Itu lelucon aneh”

“Hey, bukan mata saja yang bisa buta” Bantah Sehun lalu memutar bola matanya.

“Mata hati tidak bisa buta. Sunny onnie mengatakan itu” Gumam Yoona.

Sehun mengangguk pelan. “Itu benar. Ada banyak hal yang dapat buta. Contohnya, jika kau mungkin buta huruf dan buta warna” Sehun tertawa keras.

Yoona ikut tertawa. “Itu bukan buta dalam pengertian buta yang sedang kita bicarakan”

Sehun mengangguk pelan sambil menahan tawa renyahnya. “Aku tahu, aku tahu. Hanya bercanda, Yoongie” Sehun meraih ponsel hitamnya di saku celananya. “Yoboseyo?”

Eodiseo?” Tanya seorang laki-laki di ujung sana.

“Aku masih di rumah sakit. Wae?” Tanya Sehun sambil membuka pintu mobilnya lalu memegangi tangan Yoona selagi perempuan itu mencoba duduk di kursi penumpang.

Aku di rumahmu sekarang. Cepatlah, aku bosan menunggumu

“Tidak ada yang menyuruhmu untuk menungguku” Bantah Sehun. “Aku akan sampai lima belas menit lagi”

KENAPA LAMA SEKALI?!” Laki-laki di ujung sana berteriak kesal dan berhasil membuat Sehun menjauhkan ponselnya.

“Apa kau sedang berlatih untuk menjadi vokal pembantu Beyonce?” Tanya Sehun dan langsung menon-aktifkan ponselnya.

Sehun melangkahkan kakinya lalu membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. “Apa itu Kai?” Tanya Yoona.

Sehun menyalakan mesin mobilnya. “Kau seperti tahu sekali jika laki-laki itu menelponku”

“Aku tidak pernah bertemu dengan seseorang seperti dirinya” Yoona terkekeh renyah. “Dia seperti mempunyai banyak kepribadian”

“Dan di setiap kepribadiannya kau tetap saja ingin memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa” Balas Sehun lalu ikut terkekeh.

Yoona tetap tertawa kecil. “Aku penasaran bagaimana rupanya”

“Kau tidak penasaran dengan rupaku?” Tanya Sehun balik, menggunakan nada menggodanya.

“Bukankah kau seorang ulzzang?” Tanya Yoona, tidak mengandung satu persen dari jawaban yang diinginkan Sehun.

“Kau ingin mengatakan bahwa aku menawan?”

“Aku tidak mengatakannya” Bantah Yoona lalu mengerucutkan bibir pink-nya.

“Jadi, kau tidak penasaran dengan wajah menawanku ini?”

“Aku penasaran” Yoona mengangguk pelan dan polos. “Terlalu penasaran. Boleh aku menyentuh wajahmu?”

Sehun mengerutkan keningnya lalu memutar setir mobilnya. “Untuk apa?”

Yoona tersenyum lebar dan tetap melihat ke depan ke arah jalanan. “Aku ingin membayangkan wajahmu melalui pikiran”

Sehun terdiam sejenak. “Tidak, kau tidak boleh menyentuh hasil karya terbaik Tuhan ini”

Kening Yoona mengkerut. “Waeyo?”

“Kau harus melihatku dengan matamu, bukan menggunakan tangan dan pikiran” Sehun tersenyum. “Kau harus yakin operasi ini akan berhasil”

Yoona terdiam, dan senyum kecil itu terbentuk sempurna. “Kau akan menjadi orang pertama yang akan kulihat saat aku membuka mataku nanti” Yoona terkekeh. “Sebagai tanda terimakasihku, aku hanya bisa melakukan itu”

Sehun menghembuskan nafasnya pelan dan memasang tampang bangganya. “Aku merasa terhormat sebagai orang pertama yang akan kaulihat” Sehun tertawa.

Jika ini lebih dari sebuah rasa terimakasih, aku telah menyadarinya. Ketakutan terbesarku adalah jika laki-laki ini hanya merasa…kasihan terhadap diriku. Oh, tentu saja. Tidak ada di dunia ini yang akan dan mau jatuh cinta kepada seorang gadis buta.

***

            Delapan jam lebih empat puluh empat menit pasca pergantian hari.

“YANG BENAR SAJA KAU DARIMANA” Kai berteriak kesal saat baru melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Sehun.

“Rumah sakit” Jawab Sehun pelan sambil mendudukkan Yoona di sofa ruang tengah lalu melepaskan jaket birunya, jaket pilihan Yoona.

Kai terduduk di depan kulkas Sehun yang sudah terbuka lebar. “Kau menghabiskan choco pie itu?”

“Tidak” Jawab Sehun singkat lalu mengambil pensil dan sebuah buku skenario.

“KENAPA KAU MENARUHNYA DI FREEZE, BODOH” Kai kembali berteriak. Yoona tertawa setelah mendengar teriakan Kai dan Sehun langsung menuju halaman belakang rumahnya untuk latihan ‘tugas terakhir’. “Noona, kau mau choco pie?” Kai membawa beberapa choco pie lalu duduk di sebelah Yoona sambil tersenyum.

“JAUHI YOONA, PLAYBOY” Sehun langsung melemparkan buku skenarionya dan tepat mengenai kepala Kai.

Kai langsung berbalik dan meluncurkan deathglare-nya lalu mengambil buku skenario Sehun. “KAU JUGA PLAYBOY” Kai langsung melempar Sehun.

“KAU MASTER PLAYBOY, SIALAN” Sehun langsung melempar kembali buku skenarionya.

“KAU YANG MENGAJARIKU MENJADI PLAYBOY, SIALAN” Lagi Kai melemparkan buku skenario milik Sehun.

“KAU MEMANG BERNIAT UNTUK MENJADI PLAYBOY, SIALAN” Sehun melemparkan buku skenario itu dan tepat mengenai kepala Yoona.

Sehun dan Kai hanya terdiam, melihati Yoona. “Itu Sehun yang melempar” Kai menunjuk Sehun.

Sehun segera melangkahkan kakinya lalu menyentuh kening Yoona. “Mianhae. Sakit?”

Yoona tidak tepat melihat Sehun. “Aniyo, itu hanya buku” Yoona tersenyum.

Sedetik kemudian, Sehun menjatuhkan deathglare-nya pada Kai.

***

            Dua puluh dua jam pasca pergantian hari.

Kai memegangi remote TV Sehun, duduk di sofa hitam ruang tengah dengan tubuh yang digeluti oleh kemalasan. “Kau tidak pulang?” Tanya Sehun yang tiba-tiba datang, Yoona tetap duduk dengan tenang di sebuah single sofa.

“Sebentar lagi” Jawab Kai malas lalu mengganti channel TV. Kai dan Sehun bersamaan mengalihkan pandangannya melihat pintu rumah sedetik setelah bel rumah berbunyi. “Aku saja” Kai segera bangkit lalu melangkahkan kakinya dengan malas.

Hening. Tidak ada yang mengeluarkan suara, Sehun ataupun Yoona, menunggu Kai yang sedang menjamu para tamu yang tiba-tiba datang semalam ini.

“Si-”

“Sehun…” Kai yang baru saja datang langsung memotong perkataan Sehun dan membiarkan panggilannya menggantung.

“Siapa?” Tanya Sehun.

“Ada… beberapa polisi di depan…mencarimu”

Sehun terdiam. Badannya membeku seketika setelah mendengar siapa yang mencarinya. Badannya tidak bisa bergerak, dirinya masih berperang hebat bersama otaknya.

“Po..lisi?” Yoona adalah orang pertama yang bersuara setelah Kai menyebutkan siapa-yang-mencari-Sehun.

“Permisi, selamat malam. Maaf mengganggu malam bapak dan ibu. Kami dari Departemen Kepolisian Seoul, dengan izin yang sah kami menangkap saudara Oh Sehun atas kasus kecelakaan tabrak lari dan tidak bertanggung jawab” Seorang laki-laki yang mengenakan seragam polisi kini sudah berdiri di satu ruangan yang sama dengan Sehun dan menunjukkan lencana Kepolisian District Seoul. Di belakangnya ada tiga orang yang juga dari kepolisian yang sama.

“Kasus…tabrak lari?” Yoona tidak bisa menahan dirinya untuk tidak angkat bicara.

“Kasus kecelakaan tabrak lari lima bulan lalu” Jelas laki-laki dari kepolisian itu.

Yoona terdiam, membeku. Paru-parunya berhenti bekerja dan sekejap ia lupa bagaimana cara bernafas. Tidak mungkin, adalah dua kata pertama yang terlintas di otaknya. Pasti banyak kasus tabrak lari lima bulan lalu, bukan hanya dirinya saja. Pasti banyak kasus tabrak lari yang lainnya. Pikir Yoona kelabakan.

Sedikit susah untuk Yoona sendiri mengambil nafasnya, memasukkan partikel-partikel oksigen itu ke dalam paru-parunya. Seperti setiap partikel itu melontarkan beratus-ratus anak panah tajam dari Recurve Bow dan tertancap dengan sempurna di setiap titik organ-organnya.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya tenang tanpa mengucapkan sepatah katapun dan menyerahkan kedua tangannya. Seseorang dari keempat laki-laki itu memasang borgol itu dengan sempurna dan membawa Sehun.

Yoona masih tidak bergerak. Kejadian barusan terjadi terlalu cepat untuknya. Mata perempuan itu sudah berair dan air itu sendiri sudah siap jatuh di pipi putihnya.

***

            Sebelas jam pasca pergantian hari.

“Nona, anda harus makan. Saya telah menyiapkan makanan kesukaan nona. Nona?” Bibi Kagura, seorang perempuan yang mengabdi kepada keluarga Sehun, mengetuk pintu kamar Yoona untuk kebanyak kalinya. “Nona?”

Tidak ada jawaban. Yoona tidak menanggapinya.

“Aku akan mencoba membujuknya. Bibi kembali saja ke dapur” Kim Jong In, berbicara pelan kepada perempuan berambut hitam itu. Bibi Kagura hanya mengangguk lalu kembali ke dapur. “Noona? Kau tidak lapar? Ini sudah banyak jam setelah terakhir kali kau makan”

Kai menghembuskan nafasnya, menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi mengetuk pintu kamar Yoona. “Aku tahu kau shock. Begitu juga denganku. Tentang kejadian lima bulan lalu yang menimpamu, apa sebenci itukah kau?”

Tidak ada jawaban.

“Kurasa dia sudah bertanggung jawab dengan baik” Kai menghembuskan nafasnya. “Tentang operasi itu, Sehun mengatakan jangan menunda atau membatalkannya hanya karna masalah ini”

“Dia peduli kepadamu, noona” Kai kembali mengetuk pintu kamar Yoona, seperti di setiap suara ketukannya meneriaki kekhawatirannya terhadap perempuan itu.

***

            Yoona tidak berani menggerakkan badannya. Ia takut, jika di setiap gerakan yang ia timbulkan akan mengingatkannya terhadap kejadian kemarin malam. Jadi, selama ini apa? Pikir Yoona lirih. Kembali ke semuanya, ini adalah sebuhan kebohongan yang bertahan di waktu yang cukup lama.

Oh Sehun, laki-laki itu, membuat dirinya sendiri menjadi peran utama di dalam filmnya sendiri. Bertindak sebagai seorang penolong dengan latar belakang dialah pelakunya. Bukankah dia  mengambil jurusan Acting & Art? Kesimpulan Yoona.

Yoona menggenggam erat tongkatnya. Terlalu banyak perasaan yang ia rasakan sekarang ini. Ia lega menemukan orang yang telah menabraknya, tapi rasa kecewa dan sakit itu jauh lebih besar dan lebih dalam menancap di hatinya.

Sebodoh inikah aku? Dengan mudah mempercayai seseorang yang berakting dengan peran penolong? Mempercayai segala hal yang ia katakan? Bahkan jatuh cintai kepadanya?

***

            Yoona duduk di kursi makannya, berhadapan dengan Kai yang juga sedang menikmati makan malamnya. “Kau tidak makan, noona?”

Yoona tidak menjawab. Mata Yoona bahkan tidak memancarkan bahwa ia merespon ucapan Kai. Kai yang terdiam sejenak sebelumnya, akhirnya mengambil langkahnya lalu menarik kursi dan duduk di sebelah perempuan itu. Laki-laki itu dengan pelan dan tanpa suara memotong makan malam Yoona dan menancapkan ujung garpu di potongan tersebut. “Kau mungkin tersiksa dengan perasaanmu sendiri, tapi tubuhmu tidak pantas kau siksa juga dengan cara bodoh ini, noona”

Yoona terdiam, tangannya sedikit bergetar. Tidak ada yang ia pikirkan selain kejadian ini. Ia membuka mulutnya kecil lalu memakan makanannya dengan pelan dan setitik air itu akhirnya jatuh.

Kai yang sedikit tersentak mencoba mengendalikan dirinya. Tangan laki-laki itu dengan ringan melayang dan mengusap pipi perempuan itu.

Tidak ada yang berbicara, membiarkan suasana hening itu tetap hening. Tapi, bukankah tangannya sudah cukup berbicara?

***

            Delapan jam pasca Kamis usai.

“Kris dan Chanyeol berhasil membebaskannya” Beritahu Kai kepada seorang perempuan yang sedang tiduran di ranjang rumah sakit, yang sudah siap dengan mengenakan baju rumah sakit. “Walaupun dengan cara yang logika dan akalmu tidak bisa menerimanya” Kai terkekeh hambar.

Im Yoona, tidak merespon ucapan Kai. Menunjukkan sifat bahwa ia sudah benar-benar tidak ingin berurusan dengan laki-laki itu. Kai meraih tangan perempuan itu dan tampak perempuan itu sedikit kaget. “Kau harus percaya ini akan berhasil. Kau harus percaya bahwa kau bisa melihat segalanya lagi”

***

            Tujuh jam pasca operasi selesai.

Im Yoona, mencoba membuka matanya. Tampak sinar lampu yang menyilaukan matanya. Perempuan itu mengerjapkan matanya beberapa kali.

Ini… Yoona membiarkan pikirannya menggantung.

Tidak ada kata yang pasti untuk menggambarkan dan mendeskripsikan perasaannya saat ini. Ia… bisa melihat! Operasinya berhasil! Pikir Yoona lega.

Yoona melayangkan tangannya, memastikan ia benar-benar dapat melihatnya. Ada dan ia melihatnya. “Kau sudah sadar?” Yoona mengalihkan pandangannya ke sumber suara. “Hai”

Mata Yoona terlihat berkaca-kaca. “Yuri!” Yoona setengah berteriak memanggil nama teman baiknya itu.

Kwon Yuri, langsung memeluk perempuan di hadapannya itu. “Kukira… Kukira aku tidak bisa bertemu denganmu lagi”

“Seharusnya aku yang mengatakan kalimat itu” Isak Yoona pelan lalu terkekeh. “Aku kira aku tidak akan bisa melihatmu lagi”

Yuri melepaskan pelukannya, melihat Yoona dengan matanya yang juga sudah basah. “Kau melihatku lagi”

Yoona mengangguk pelan lalu menghapus air matanya sendiri. “Dimana yang lain?”
“Yang lain?” Yuri mengulang ucapan Yoona.

“Kau mengenal Sehun?” Tanya Yoona.

“Laki-laki yang menabrakmu itu? Dia bebas di bawah permintaan Kris Wu dan Park Chanyeol” Jawab Yuri dingin. “Dia orang yang menabrakmu, Yoona. Bagaimana bisa kau hidup bersamanya?”

Yoona terdiam. Tidak bisa membantah perkataan Yuri.

“Awalnya, kukira kau diculik. Kau tidak menampakkan dirimu selama berminggu-minggu. Sampai aku melihatmu dan dirinya di rumah sakit beberapa hari lalu… dan aku mengikuti kalian. Sedikit yang membuatku kaget adalah… bahwa kau berjalan menggunakan tongkat” Yuri menarik nafasnya. “Jika Kris Wu dan Park Chanyeol tidak melayangkan permintaan mereka, aku bersumpah aku berhasil memasukkan laki-laki biadab itu ke penjara”

Tiba-tiba otak Yoona berhenti bekerja di kalimat terakhir yang meluncur dari mulut Yuri. “Kau… Kau ya..ng mema..sukkannya ke..penjara?”

“Aku mengguggatnya” Yuri membenarkan.

Yoona masih tidak bisa percaya dan tidak yakin jika perempuan ini bisa percaya pada fakta. “Jadi… dimana..dia, Sehun…?”

Kali ini, Yuri terdiam. “Dia dan teman laki-lakinya dalam kondisi yang sama saat ini. Mereka berdua koma”

***

            Yoona berdiri di antara kedua ranjang rumah sakit itu. Di sebelah kirinya terbaring laki-laki bermarga Oh itu dengan selang yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Dan di sebelah kanannya terbaring laki-laki bermarga Kim itu dengan selang yang dimasukkan ke dalam mulutnya juga.

Yoona benar-benar membuat otaknya bekerja keras setelah mendengar cerita dari Yuri.

Sehun hampir tertabrak dan Kai menyelamatkannya, seketika mereka berdua tidak sadarkan diri dan dokter menyatakan mereka sudah dalam keadaan koma.

Itu adalah cerita pendek tentang kehidupan dua laki-laki yang saat ini sedang mengambang. Yoona tidak bisa menahan dirinya dan tidak bisa menahan tekanan air mata yang ini segera keluar dari mata indahnya. Perempuan itu melangkahkan kakinya menuju ranjang Kai.

Untuk pertama kalinya, perempuan itu melihat wujud asli laki-laki bernama Kim Jong In itu. “Bangunlah…” Isak Yoona pelan. “Ini bodoh, kau tahu” Yoona kembali terisak dan tersiksa. Bukan kejadian ini yang ia inginkan saat ia membuka matanya untuk pertama kali dan ia juga tidak mengharapkan kejadian ini.

Perempuan itu mempunyai keinginan yang besar untuk membalikkan badannya, tapi sarafnya tidak mengirimkan suruhan itu ke otak. Ia tidak bisa membalikkan badannya. Tidak ingin melihat orang yang sekarang ia belakangi dalam keadaan seperti ini. Tidak ingin melihat orang yang bersamanya selama lima bulan terakhir ini dengan nafas yang bergantung pada sebuah selang dan tabung.

Im Yoona membalikkan dirinya dan melangkahkan kakinya terlalu pelan. Perempuan itu tidak bisa menahan tangisnya dan perasaan yang ia rasakan kini lebih sakit dari beribu anak panah tertancap di setiap titik jantungnya. Perempuan itu menelusuri wajah laki-laki itu.

Untuk pertama kalinya, ia melihat seorang Oh Sehun.

“Kumohon… bangunlah… Jangan seperti ini. Jangan bertindak bodoh dan bangunlah!” Yoona setengah berteriak dan saat itu juga tangis perempuan itu pecah.

***

            Dua pekan pasca koma.

Yoona terduduk di antara kedua ranjang itu. Tidak ada perubahan dan tidak ada kemajuan atas kondisi kedua laki-laki itu sampai saat ini.

            Ini seperti sisi tergelap dalam kebutaan. Kau masuk ke dalam sisi tergelap dari hal yang gelap. Saat kau mencintai seseorang yang tidak pernah kau lihat sebelumnya, saat kau tidak tahu dengan siapa kau jatuh cinta, atau saat kau mencintai seseorang yang jelas sekali telah membuatmu menderita. Atau mungkin, ini memang sisi tergelap dari kebutaan.

            Aku tidak memberikan kepedulianku ke hal-hal yang tidak akan kupedulikan lagi. Walaupun aku mencintai seseorang yang sudah kukutuk beribu-ribu kalinya, walaupun aku mencintai orang yang telah membuatku melihat sisi tergelap dunia ini, walaupun aku mencintai seseorang yang kemungkinan kecil sekali juga mencintaiku dan kemungkinan sangat besar bahwa ia hanya kasihan kepadaku, ataupun masyarakat awam akan meneriakiku jika aku jatuh cinta kepada orang yang salah… ayolah, aku lelah memberikan sugesti kepada diriku sendiri untuk membenci orang ini dan hasilnya nihil.

***

            Dua hari kemudian.

Im Yoona duduk di sebelah ranjang Sehun. Sudah berhari-hari setelah ia merasakan keputusasaan itu. “Apa kau tidak lelah tidur?” Yoona menghapus air matanya. “Aku… Aku tidak peduli jika kau berbohong atau apapun mereka yang di luar sana mengatakannya” Perempuan itu terisak pelan, lagi. “Sekarang aku sudah melihatmu dan kau hanya merespon…seperti ini? Hey, aku sudah melihatmu. Aku sudah melihat hasil karya terbaik Tuhan itu…”

Bukan mata saja yang dapat buta. Bukankah cinta juga dapat merasakan kebutaan? Kebutaan dimana semuanya menjadi gelap atau hanya terfokus pada satu hal.

Sedetik kemudian, terdengar suara panjang dari salah satu alat pendeteksi detak jantung. Alat itu menunjukkan garis lurus dan di waktu yang sama tangan putih itu bergerak menunjukkan kehidupannya.

END

20 thoughts on “[FF-Oneshoot] Blindness

  1. FF nya Keren,, Daebak pokonya.. Q suka tulisanmu.. Feel’x dpet bgt. . Semoga Ada Sequelx.. Soalnya Gantung Nih ceritax… Tetep semangat Ya Authornim… Hwaiting!!

    Like

  2. Wahhhh..
    Yang mati Kai kan???
    Yang hidup Sehun kan??
    kan tangan putih porselen itu milik sehun..
    Udah aku duga pasti yg nabrak yoona itu sehun..
    Yoona.. mana ada maling ngaku maling..
    hehhehe
    #commentgaknyambung

    Like

  3. sehunnya sadar ya ??
    woow ini keren, ga dapat d percaya kalo sehun itu yg nabrak yoona. kirain dia emang org yg kebetulan nolong aja, ternyata dia ingin membalas perbuatannya.

    Like

Leave a reply to Jua Zi Cancel reply