[FF-Drabble] The One The Got Away

Author: Clora Darlene.

Length: Drabble.

Rating: PG…-15?

Genre: Romance

Main Cast: EXO-K’s Oh Sehun, GG’s Im Yoon Ah

Supporting Cast: GG’s Seo Joo Hyun.

Songfic: Katy Perry – The One the Got Away.

Disclaimer: The storyline is pure mine. Don’t dare to copy-paste this stuff without my knowing.***

***

Musim panas.

Kedua orang yang masing-masing terduduk di kursi pengemudi dan penumpang itu sama-sama tersenyum sambil melihati pergelangan mereka yang bersentuhan. “Jadi, New York menunggu?” Laki-laki itu adalah orang pertama yang membuka suaranya.

Perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Suatu hari nanti. Pasti”

“Baiklah. Kalau begitu mari pulang” Laki-laki itu tersenyum kecil lalu memegang setir mobilnya dan menginjak pedal gas.

Perempuan yang terduduk di kursi penumpang tepat di sebelah kursi pengemudi itu tetap tersenyum lebar sambil menyentuh pergelangan tangan kanannya. Masih terhipnotis dan terpukau terhadapn seni yang baru saja di tulis di atas pergelangan tangannya.

“Kenapa?” Laki-laki itu tertawa kecil. “Kau terus melihatinya”

“Tidak pernah terbesat dalam pikiranku untuk memilikinya. Tapi sekarang aku memilikinya. Hanya masih sedikit tidak percaya” Perempuan itu tetap tersenyum.

“Bagaimana rasanya?” Tanya laki-laki itu lagi.

“Hebat” Perempuan itu menyengir lebar.

Butuh beberapa menit untuk mobil laki-laki itu mencapai rumah si perempuan. Setelah menginjak rem mobil, kedua orang itu masih tetap berada di dalam mobil. “Jadi, bagaimana harimu hari ini?”

Perempuan itu memalingkan pandangannya, melihat ciptaan Tuhan yang telah menyempurnakannya saat ini. Duduk tepat di sebelahnya. “Menakjubkan. Kita mempunyai tato yang sama saat usiaku bertambah hari ini” Perempuan itu mengangkat tangannya dan menunjukkan pergelangan tangan kanannya.

“Gomawo karena telah menemaniku” Perempuan itu tersenyum manis. Tiba-tiba laki-laki berambut hitam berkulit putih itu merengkuh wajah perempuan itu dan menciumnya dengan lembut. Melumat setiap titik bibir tipis perempuan itu, tidak ingin menyisakan sebuah titik tanpa lumatan lembutnya.

Perempuan itu hanya membeku, tidak bergerak. Otaknya terlalu lama bekerja. Entah apa yang menggerakkannya, perempuan itu lebih sedikit berani untuk membalas ciuman laki-lakinya. Laki-laki menghentikan ciumannya. “Jangan membalasnya”

“Wa..e?”

“Kau hanya akan membuatnya lebih jauh dan aku tidak akan bisa mengendalikan diriku jika itu terjadi” Laki-laki itu tertawa lalu mengecup bibir perempuan itu lagi dengan cepat. “Selamat malam”

Semburat merah tomat itu mewarnai pipi si perempuan. “Selamat malam” Perempuan itu segera masuk ke dalam rumahnya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Perempuan itu bersandar pada pintu kamarnya yang telah tertutup lalu menyentuh bibir pink-nya yang tipis.

Fir…st kiss? Perempuan itu hanya tersenyum karena pemikirannya sendiri. Perempuan itu kembali melihat pergelangan tangannya. Sebuah tato dengan tulisan ‘The Big Apple’ sudah tertulis di pergelangan tangannya sekarang.

The Big Apple. Tiga kata yang cukup mengartikan sebuah kota New York yang tidak akan pernah mati dan menjadi sebuah kota yang menjadi tujuan kedua orang ini. Menjadi tujuan bersama dan itu akan tertera pada diri mereka selamanya, jika salah satu dari mereka tidak menghapusnya.

***

            Perempuan itu memeluk kekasihnya dengan bahagia yang menggebu-gebu dalam dirinya. “Chukkaeyo”

“Kau juga” Bisik laki-laki itu membalas pelukan kekasihnya. “Haruskah kita merayakannya?”

Perempuan itu melepaskan pelukannya. “Tentu saja, bersama yang lain. Tapi aku berpikir untuk pergi ke gereja lebih dulu”

Laki-laki itu mengangguk, mengerti sifat kekasihnya. “Jadi, mari kita ke gereja sekarang”

“Sekarang? Acaranya belum selesai” Permepuan itu membulatkan matanya lalu mengerjapkannya beberapa kali. “Ini hanya terjadi sekali dalam hidupmu, ayolah” Perempuan itu terkekeh hambar.

Laki-laki itu segera meraih tangan kekasihnya. “Kita akan kembali secepat mungkin”

***

            Kedua makhluk ciptaan Tuhan itu sedang menundukkan kepala mereka dengan dalam dan menggenggamkan kedua tangan mereka masing-masing. Memejamkan mata mereka dan berkomunikasi dengan Tuhan melewati hati mereka.

“Mari membuat sebuah janji di hadapan Tuhan” Ucap laki-laki itu tiba-tiba dan berhasil membuat mata perempuan itu terbuka.

Perempuan itu memalingkan wajahnya. “Apa?”

“Tidak akan pernah terpisah” Laki-laki itu mengangkat tangannya dan melihatkan tatonya.

Perempuan itu tersenyum. “Baiklah. Aku janji”

Laki-laki itu tersenyum. “Aku janji” Butuh sedetik untuk laki-laki itu kembali membuka mulutnya. “Ayo pulang”

“Aku akan menyusulmu. Kau duluan saja. Masih ada beberapa hal yang harus kukatakan” Perempuan itu tertawa.

Laki-laki itu berdiri. “Baiklah. Jangan terlalu lama dan cepatlah. Aku tunggu di mobil”

“Aku mengerti, tuan” Perempuan itu mengerucutkan bibir pink-nya. Setelah meyakini dirinya bahwa hanya dirinya saja dan Tuhan di dalam gedung yang lumayan besar itu, perempuan itu menghembuskan nafasnya.

Tidak bersuara, dan hanya mengatakan segalanya melalui hati kecilnya.

Kekuatan yang kucari untuk mengangkat segalanya dan saat harapanku benar-benar mati… Terimakasih karena Kau telah mengirimkanku dirinya.

Cinta sebenarnya yang tidak pernah kuketahui sebelumnya, terimakasih karena Kau telah mengirimkanku dirinya untuk memberitahuku.

Kekuatan yang kuterima saat semua orang tidak melakukan apa-apa, terimakasih karena Kau telah mengirimkanku dirinya untuk mendorongku.

Dan tentang segalanya, terimakasih karena Kau telah benar-benar memberikanku dirinya.

***

            Kedua orang yang duduk berhadapan itu sama-sama memperbaiki letak kacamata mereka. Tetap menatap buku masing-masing dengan serius. “Apa aku bisa benar-benar masuk?” Ucapan perempuan itu memecah keheningan.

Laki-laki yang duduk di hadapannya untuk mengangkat kepalanya, melihat perempuan yang juga melihatinya dengan tatapan polos. “Kau bisa”

“Aku…takut” Akhirnya dua kata itu keluar dari mulut si perempuan. Hembusan nafasnya memberitahu dunia bahwa perempuan ini sedikit tidak yakin atas kapasitas dirinya.

Persiapan ujian masuk Seoul National University terlihat seperti lebih panas dari neraka. Perempuan itu menjatuhkan keputusannya untuk masuk ke dalam universitas peringkat 59 dunia itu. Berbeda dengan laki-laki yang duduk di hadapannya. Tidak ada yang tahu dimana laki-laki ini mendaftarkan dirinya. Setiap kali perempuannya bertanya, ia hanya akan tersenyum kecil.

“Bagaimana denganmu?” Perempuan itu kembali bertanya. “Kau sama sekali belum memberitahuku”

Laki-laki itu hanya tersenyum. “Fokuslah lebih dulu untuk ujianmu”

Perempuan itu memutar bola matanya. “Ayolah. Beritahu aku. Jangan terus-menerus membuatku penasaran dan berhentilah menyembunyikannya”

***

            Tujuh pekan kemudian.

Perempuan itu terdiam di atas ranjangnya yang berantakan. Wajahnya putih pucat seperti mayat dengan kantung mata yang menghitam. Pikiran besar yang ia pikirkan terpecah-pecah menjadi beribu anak pertanyaan, melayang-layang di dalam otaknya.

Kurasa, kisah ini tidak lagi berarti. Kau pergi dan benar-benar meninggalkan luka itu.  

Perempuan ini, tidak pernah merencakan dirinya akan kehilangan laki-laki itu. Tidak pernah.

***

            Im Yoona, perempuan lulusan Seoul National University itu mengerjapkan matanya. Membangunkan dirinya dari lamunan, berhenti menyaksikan film pendek tentang kisah hidupnya yang terputar di dalam ingatannya.

Bagaimana jika orang yang telah pergi itu kembali? Itu adalah pertanyaan utamanya yang dilontarkan untuk dirinya sendiri.

Perempuan itu setengah menunduk dan melihat tulisan yang tertulis di pergelangan tangannya. The Big Apple. Sekarang, saat ini, aku sedang menginjakkan kakiku di The Big Apple.

Yoona kembali mendongakkan kepalanya. Senyum kecil terbentuk di wajahnya.

Setelah Titah Tuhan itu dibacakan, pendeta itu kembali membuka suaranya. “Apakah saudara mengasihinya sama seperti saudara mengasihi diri sendiri, mengasuh dan merawatnya, menghormati dan memeliharanya dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan, dalam keadaan sakit dan sehat dan setia kepadanya selama saudara berdua hidup?”

Laki-laki itu, Oh Sehun, tersenyum. “Saya bersedia”

Setelah upacara pernikahan selesai, Oh Sehun, mengecup cepat bibir pink perempuan yang berdiri di hadapannya. Perempuan yang mulai saat ini menjadi miliknya seutuhnya, menjadi perempuan yang telah-akan-dan-tetap menyempurnakan dirinya sebagai dirinya. Menyandang sebagai satu-satunya perempuan yang akan dipanggil ‘Eomma’ oleh anak-anaknya nanti.

Pengantin baru itu, adalah dua orang yang sama-sama lulusan KU Leuven. Sebuah universitas di Belgia dan menempati peringkat 58 universitas terbaik di dunia.

Im Yoona segera menjabat tangan seorang Oh Sehun. “Selamat atas pernikahanmu, Sehunnie. Dan kau juga, Seohyun-ah” Yoona tersenyum lebar, memancarkan kebahagian dari sudut matanya yang terdalam.

“Gamsahamnida, onnie” Seo Joo Hyun, seorang perempuan yang mulai detik ini menyandang sebagai Nyonya Oh.

“Berikan aku seorang keponakan yang lucu” Yoona mengedipkan sebelah matanya lalu tertawa kecil bersama Seohyun dan Sehun.

Selalu ada yang tersakiti, bukan?

***

            Yoona benar-benar berlutut lemah di hadapan Tuhan, di sebuah gedung gereja yang berbeda dari tempat upacara pernikahan Sehun dan Seohyun.

Melihat orang yang kaucintai menikah bersama perempuan lain, di kota yang menjadi tujuan kalian sebelumnya. Menyedihkan. Pikir Yoona.

Dan tato itu, seseorang itu benar. Seseorang yang memberitahuku, dia benar. Kau telah menghapusnya. Seperti menghapus diriku dari dirimu. Membiarkan diriku menghilang dari dirimu.

            Di kehidupan selanjutnya, Im Yoona mengatur nafasnya. Mata cokelatnyanya sudah tidak mempunyai persediaan air mata yang lebih banyak untuk membuktikan seberapa parah luka hatinya. Aku akan menjadi satu-satunya perempuan untukmu. Menjaga janji kita sebelumnya dan benar-benar melawan dunia. Membuatmu untuk tetap bersamaku dan tidak perlu mengatakan kau-adalah-orang-yang-telah-pergi.

            Oh Sehun, seseorang laki-laki yang telah menghilang selama enam tahun dari kehidupan Im Yoona secara tiba-tiba. Pergi ke Belgia untuk melanjutkan pendidikannya, sama sekali tidak memberitahu siapapun, termasuk diri perempuan itu. Bertemu seorang perempuan Korea yang juga melanjutkan pendidikannya di KU Leuven, menghapus tatonya, dan membuat cerita baru tentang hidupnya bersama perempuan yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.

Cinta yang lama bersemi hilang tinggalkan mimpi. Yoona menghembuskan nafasnya dengan miris. Bukankah Tuhan telah menjadi saksi? Kau membuat janji itu tepat di hadapan-Nya dan mematahkannya tepat di hadapan-Nya juga? Aku selalu berdoa, berlutut, bahwa kau akan menjadi segalanya untukku. Bahkan permata yang tidak terhitung itu tidak bisa menggantikanmu, banyaknya uang itu tidak bisa membelikanku sebuah mesin waktu. Tapi, kau selamanya akan menjadi orang-yang-telah-pergi itu.

            Ini hanya sebuah…cerita klasik.

END

11 thoughts on “[FF-Drabble] The One The Got Away

  1. Huuuh.. Tragis bener.. Kyakx d setiap FFmu yg masangin Yoona-Sehun ga ad yg Happy Ending deeh… Hehe tapi Sumpaah.. Kereeeen.. Bangeeeett.. Bahasanya jg ga terlalu berat.. Daebak dehh… D tunggu karyamu yg laiin.. Ya..?? Fighting!?!

    Like

  2. Huuuh.. Tragis bener.. Kyakx d setiap FFmu yg masangin Yoona-Sehun ga ad yg Happy Ending deeh… Hehe tapi Sumpaah.. Kereeeen.. Bangeeeett.. Bahasanya jg ga terlalu berat.. Daebak dehh… D tunggu karyamu yg laiin.. Ya..?? Fighting!?!?

    Like

  3. sumpah demi apapun aku nangis,aku baru suka baca ff akhir akhir ini,terus entah kenapa aku langsung tertarik sama ff karya mu thor dan ff ini ff pertama karyamu yang aku baca,keseluruhan ff ini bagus banget,aku juga suka cara bahasa kamu di ff pinginya sih mau coba coba juga bikin ff buat ngisi fd yang udah brtaun taun kosong,jadii salam kenal dan mohon bantuannya 🙂

    Like

Leave a comment