[FF-Drabble] A Classic Story

Author: Clora Darlene.

Length: Drabble.

Genre: Romance.

Rating: G.

Main cast: EXO-K’s Oh Sehun & GG’s Im Yoon Ah.

Supporting cast: GG’s Choi Sooyoung.

Disclaimer: This FF is belonging to me. Pure mine. Don’t dare to copy-paste this stuff w/o my knowing, dudes.

Authore note: Ini dia kembali FF abal tanpa poster untuk kesekian kalinya -_- Hanya berharap readers suka :B Happy reading, readers! :B

***

Iris mata pure hazel anak 11 tahun itu terfokus pada seorang perempuan yang baru saja masuk ke dalam kamar inapnya, kamar inap khusus anak lebih tepatnya. Perempuan berbadan kurus itu terlihat pucat, iris madunya sudah terlihat redup dengan tangan yang menjadi satu dengan selang infus.

Seorang suster dan dokter perempuan menemani anak perempuan beriris madu itu, menidurkannya dengan pelan di atas ranjang inap.

“Sehun-ah, ini teman barumu. Dia akan bersamamu di ruangan ini untuk beberapa hari” Dokter perempuan berkaca mata itu mengusap pelan rambut hitam kelam anak laki-laki itu. “Bersikplah yang manis kepadanya. Arachi?”

Anak laki-laki itu mengangguk pelan tanpa menggumamkan sepatah katapun. Dokter perempuan itu– Choi Sooyoung– kembali mengusap kepala anak laki-laki 11 tahun itu.

“Yoona-ya, jika kau merasa tidak enak, langsung saja tekan tombol merah ini” Dokter Choi menunjuk sebuah tombol merah di sebelah Yoona, dan perempuan itu hanya mengangguk pelan. “Jika kau sudah menekannya, dokter akan datang dan mengobatimu. Arachi?”

Kembali, Yoona mengangguk pelan. “Arasseo, Dokter”

Untuk pertama kalinya, dalam beberapa menit setelah gadis kecil itu masuk ke dalam ruangan, anak laki-laki itu mendengar suaranya. Lembut adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan suaranya. Suster dan Dokter Choi keluar dari ruang inap khusus anak itu dan meninggalkan iris madu dan iris pure hazel itu dalam diam.

“Kau sakit apa?” Akhirnya, anak laki-laki itu memberanikan dirinya untuk berbicara terlebih dahulu.

Yoona, mengalihkan pandangannya dan menatap iris pure hazel itu. “Peradangan selaput otak. Kau?”

“Tumor” Jawab anak laki-laki itu singkat.

“Kau sudah lama berada di sini?”

“Sekitar delapan hari. Kau?” Anak laki-laki itu kembali bertanya.

“Sebelas hari” Sorot iris madu itu terlihat lelah dan letih.

“Eomma-ku bilang, kita harus tetap semangat di atas segalanya yang terjadi” Gumam anak laki-laki itu.

Yoona terdiam sejenak. Iris madu itu tersenyum. “Dan berharap?”

Anak laki-laki itu mengangguk. “Ne. Mungkin dunia menghabiskan air matamu untuk beribu alasannya. Tapi setidaknya kita tidak boleh kehilangan berjuta atas harapan, bukan?”

Iris madu itu terdiam sejenak, mencerna kalimat yang dikatakan anak laki-laki itu. “Mungkin, kau benar” Iris madu itu kembali tersenyum. “Aku Im Yoon Ah. Kau bisa memanggilku Yoona”

Untuk pertama kalinya, iris pure hazel itu juga ikut tersenyum. Membalas senyuman ci– “Im Yoon Ah? Bukankah itu berarti ‘anak kecil yang tak berdosa’?”

Yoona tersenyum kecil lalu mendengus pelan. “Entahlah. Mungkin aku memang tanpa dosa” Canda Yoona.

Iris pure hazel itu tetap tersenyum. “Aku Oh Sehun. Kau bisa memanggilku Sehun”

“Aku tidak tahu arti dari namamu,” Yoona menggantungkan ucapannya tetap dengan senyum kecil yang mengembang di wajahnya. “Tapi aku akan mengingatnya”

***

            “Kau tidak memakan sarapanmu?” Tanya Yoona, memecahkan lamunan si iris pure hazel.

Iris pure hazel itu menatap sarapannya, sudah siap di meja dorong putihnya. Anak laki-laki yang terduduk di atas ranjang inapnya itu kembali melihat anak perempuan yang sedang memakan sarapannya yang juga terduduk di atas ranjang inap. “Kurasa aku tidak lapar”

Yoona menghentikan gerakan sendoknya. “Kita sama-sama sakit. Bukankah tidak baik jika kita tidak makan saat sedang sakit? Kau sendiri yang mengatakan untuk tidak kehilangan harapan”

Iris pure hazel itu tertawa kecil, memamerkan pesona tawanya. “Kau ingin mengatakan bahwa makanan adalah harapan?”

“Ngg…” Yoona terdiam sejenak. “Mungkin?” Kedua orang itu bersamaan tertawa.

***

            “Woody-ku lebih bagus” Anak laki-laki itu menjulurkan boneka figuran Woody– Toy Story– miliknya kepada anak perempuan di hadapannya.

Yoona, yang terduduk berhadapan di satu ranjang dengan iris pure hazel itu juga ikut menjulurkan boneka figurannya. “Barbie adalah yang terbaik”

“Itu jelek” Iris pure hazel itu memeletkan lidahnya.

“Woody juga jelek” Yoona juga ikut memeletkan lidahnya.

“Ka–”

“Sehun-ah? Kau sudah siap?” Dokter Choi, tiba-tiba masuk. Iris pure hazel itu menatap dokter perempuan itu dengan tatapan polosnya. Seperti bertanya ‘siap apa?’ “Kau harus check-up, sayang. Ayo” Dokter Choi melebarkan tangannya dengan senyuman lebar, seperti mengisyaratkan anak laki-laki itu untuk masuk ke dalam gendongannya.

Iris pure hazel itu melihat iris madu itu sejenak, lalu menyerahkan boneka figuran Woody-nya. “Jaga Woody”

Anak laki-laki itu segara melompat masuk ke dalam gendongan hangat Dokter Choi dan keluar ruangan, menuju sebuah ruangan check-up di lantai tiga.

Iris madu itu melihati boneka figuran milik si iris pure hazel. Mendekatkan boneka figuran Woody itu kepada bonekan figuran Barbie miliknya. Dan senyum kecil itu berkembang.

***

            Beberapa hari berlalu dalam keadaan genting. Iris pure hazel itu melihati ranjang di sebelahnya telah kosong selama dua hari ini. “Dokter, kemana Yoona?”

“Yoona? Kau mencari Yoona?” Dokter Choi mengancingkan piyama rumah sakit anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu mengangguk polos. “Yoona, sedang dalam keadaan koma. Kau harus mendoakannya. Arachi?” Dokter Choi mencolek hidung anak laki-laki itu gemas. “Baiklah, kau juga harus istirahat”

“Dokter, koma itu apa?”

“Koma itu sama dengan tidur yang lama, sayang” Dokter Choi masing tersenyum.

“Aku juga mau koma kalau begitu. Aku ingin tidur yang lama” Iris pure hazel itu menatap polos iris cokelat di balik kacamata itu.

“Koma itu tidak baik, sayang. Ayo kau harus tidur”

***

            Iris pure hazel itu membawa boneka figuran Woody-nya di tangan kiri dan sebuah boneka figuran Barbie bergaun Aqua di tangan kanannya. Iris pure hazel itu melangkahkan kakinya, seakan-akan ia telah hafal seluruh denah Johnson & Johnson Medical Korea itu. Jam baru saja menunjuk angka delapan dan matahari baru saja menyemburkan sinarnya. Iris pure hazel itu terhenti, entah apa yang menjadi alasannya untuk terhenti di depan sebuah pintu kamar inap.

Anak laki-laki itu menjijitkan kakinya, mencoba melihat ke dalam ruangan itu dari balik kaca. Iris pure hazel-nya dapat menangkap sesosok bayangan anak perempuan sedang tertidur di ranjang inap dan badannya terhubung dengan banyak selang.

“Yoona-ya..” Panggil iris pure hazel itu pelan, seakan-akan memanggil peempuan itu untuk diajaknya main bersama.

“Sehun-ah?” Suara Dokter Choi itu, tidak berhasil mengalihkan pandangan iris pure hazel itu dari sosok perempuan yang sedang tertidur di dalam sana. “Sehun-ah, apa yang kau lakukan di sini?”

Anak laki-laki itu membalikkan badannya dan mengangkat boneka figuran Barbie yang berada di tangannya dengan polos. “Dokter, kenapa banyak selang yang menyatu pada Yoona?”

***

            Sepuluh tahun kemudian.

Beberapa hari lalu sejak ia menemukan tempat ini, lebih tepatnya persemayaman-terakhir itu. Laki-laki dengan iris pure hazel yang mengenakan blazer hitam itu mengetukkan kakinya beberapa kali lalu menauh sebuket mawar putih di atasnya.

Ia mengeluarkan dua boneka figuran yang terlihat sudah lapuk dari kantong blazer-nya. Menyatukan kedua boneka figuran itu seakan-akan mereka saling berpasangan. Mungkin ini adalah alasan yang selama ini ia cari untuk menjelaskan kenapa ia ingin menjadi seorang dokter bedah.

Oh Sehun, menatap nisan putih yang terlihat sudah kusam di makan waktu itu. Iris pure hazel-nya dapat membaca jelas tulisan nama yang tertera. Im Yoon Ah.

Aku telah berdoa. Apa kau masih ingat saat kau mengatakan kau akan mengingat namaku? Dan sekarang apa aku masih menjadi bagian dari ingatanmu? Aku menghargaimu sebagai seorang perempuan dan aku mencintaimu selayaknya kau adalah cinta pertamaku. Seakan dan memang benar bahwa rasaku untukmu tidak akan pernah menyentuh kematian. Tidak akan pernah menyentuh dan bertemu dengan akhir. Dan tidak akan pernah bereaksi terhadap waktu. Aku mencintaimu seperti ini dan akan tetap terus seperti ini.

END

            So, how’s? :B Don’t forget the comment, ne :B I need that for really :B

49 thoughts on “[FF-Drabble] A Classic Story

  1. Huwaaa critanya keren… Sedih jga… N cocok bgt couplenya aku rasa…^^v
    Oh ya nan shin ae imnida… Pan ga wo yo..^-^v

    Like

  2. Waaah keren! Gak nyesel aku mampir ke sini 🙂
    Tapi menurutku ini gak bisa dikategorikan sebagai drabble deh Clora :B
    Soalnya drabble itu kan maksimal 100 kata :B bisa dibilang ini ficlet. Just it 😀 But overall aku suka! Tata bahasa dan gaya penulisannya juga khas, yang menyebut seseorang dengan menggunakan warna iris matanya 🙂 Keep writing ya~!

    Like

    1. Hohoho gomawo uda mau mampir :B
      Aku kadang suka kebalik antara Ficlet sama Drabble. Lupa mana lebih pendek, mana yang lebih panjang x_x
      Gomawo banget buat commentnya :B Nambah-nambahin pengetahuan ttg FF kedepannya 😆

      Like

      1. Haha gitu doang kok :B ehehe jadi ficlet itu yang berkisar 100-1000 kata, kalo drabble yang hanya 100 kata. Kalo vignette yang 1000-3000 kata dan kalo oneshot yang lebih dari 3000 kata 😀

        Like

  3. sumpah keren banget…
    Suka bnget sama gaya bahasanya, beda ma ff lain…
    Apalagi kata2nya Sehun yg trakhir ngena bnget…

    Like

  4. Gila ini thor..
    Ngena banget,, tapi kenapa mereka gak ada kata-kata terakhir gitu sebelum yoona pergi..
    arrrggghhh..
    sehun masih cinta sama anak umur 11 tahun??
    keinget drama man from the star…
    hahahah

    Like

Leave a comment