[FF-Vignette] Promisiune

Tittle:  Promisiune (Promise)

Author: Clora Darlene

Rating: PG-13.

Genre: Romance.

Length: Vignette.

Main Cast: EXO-M’s Huang Zi Tao, GG’s Im Yoon Ah.

Disclaimer: Pure from my brain. The ideas, all. Except the casts.

Author Note: Ta-Da! YoonTao’s FF! Ini sebenarnya FF yang saya buat dengan cast Kris & Yoona, tapi berhubung dapet tugas Tao, ya sudahlah rombak jadi Tao hoho. Mian banget kalo garing bangetlah ceritanya :( Hope you like it guys! :D

Posted/Pubslised on YoongEXO too.

***

Lotte World– 11:59 AM Korea Standard Time– Seoul, Korea Selatan.

Perempuan yang mengenakan baju putih dan rok pink bercorak bunga itu tetap tersenyum– sesekali tertawa– dengan gula kapas pink yang ia genggam.

“Tunggu” Langkah perempuan itu sejenak terhenti lalu melangkah masuk ke sebuah toko kecil– membuat langkah laki-laki berambut merah itu juga ikut terhenti.

Perempuan berambut sebahu itu kembali dengan membawa dua bandana telinga micky mouse yang dilengkapi dengan sebuah pita merah bercorak totol putih di tengahnya.

“Aku akan memakainya satu dan kau juga akan memakainya satu” Perempuan itu tersenyum lebar lalu tertawa dan menyodorkan satu bandananya.

“Yoong, itu memalukan”

Im Yoon Ah– kembali tertawa. “Ayolah, Tao. Ini sangat lucu, bukan memalukan” Bola mata madu perempuan itu terlihat berputar. “Ne?” Yoona memasang puppy eyesandalannya, menggerling imut kepada Huang Zi Tao as known as Tao– rekan kerjanya.

“Yang benar saja, Yoong” Tao mendesah berat.

“Aku menganggap kau setuju” Yoona tersenyum lebar dan segera memasangkan satu bandananya pada kepala Tao. “Ah~ Kyeowo

Kini giliran bola mata hitam Tao yang berputar.

“Kau harus memakainya sampai kita pulang nanti. Ne? Ayolah”

“Aku tidak akan mengajakmu pergi lagi, sungguh” Tao mendengus pelan, membayangkan dirinya– wajahnya– dengan sebuah bandana telinga micky mouseberpita merah terlingkar di kepalanya.

Yoona merapihkan letak bandana yang baru saja ia pakai. “Kau akan menyesal dengan pernyataanmu tadi” Yoona memeletkan lidahnya, berhasil membuat sebuah senyum kecil Tao terkembang. “Baiklah. Wahana apa lagi yang harus kita naiki? Ghost house?”

“Kita bahkan baru menaiki Gyro Swing dan Gyro Drop” Desah Tao lagi.

“Bagaimana dengan Laser Show?”

Tao terdiam sejenak, memasang wajah menimbang-nimbangnya. Kaki jenjangnya ia ketukan. “Bagaimana dengan Ski Zone?” Tanya Tao balik.

“Ah, itu” Yoona mengangguk pelan lalu tersenyum. “Aku tidak bisa bermain Ski

“Baiklah. Kita ke Ski Zone

“Hey, aku tidak bis– YAAA!!” Bantahan Yoona berubah menjadi sebuah teriakan histeris saat tangan Tao segera menarik tangannya dan menyeretnya ke Ski Zone.

“Kau sangat menyeramkan, kau tahu” Ucap Yoona tajam pada Tao saat laki-laki memberikannya sepatu ski. “Aku tidak mau main”

“Kau ikut bermain ski dan aku akan memakai bandana ini sampai pulang nanti. Bagaimana?” Alis kiri Tao terangkat.

“Kau membuat sebuah taruhan?”

“Kurasa” Tao menaikkan kedua bahunya santai.

“Ayolah, aku tidak bisa bermain ski. Sungguh” Yoona membuat V-sign dengan tangan kanannya dan memasang wajah innocent-nya.

“Aku menganggap kau setuju” Tao memasang smirk andalannya.

“Hey, itu kata-kataku” Sorak Yoona lalu menyipitkan matanya.

Kembali, Tao menarik tangan perempuan itu– sebuah tarikan lembut pada kulit halus Yoona– dan mendudukkan perempuan itu di sebuah bangku kayu di luar Ski Zone.

“Yang perlu kaulakukan hanyalah tidak terjatuh. Itu saja” Gumam Tao pelan lalu bersimpuh di depan Yoona– memakaikan perempuan itu sepatu ski-nya.

Yoona terdiam sejenak. Membeku dengan tindakan Tao.

Laki-laki itu…rela memasangkannya sepatu ski?

“Apa kurang erat?” Tao melirik Yoona.

“Ah– Tidak. Maksudku sudah cukup” Jawab Yoona sedikit terbata-bata.

Tao akhirnya ikut duduk di sebelah Yoona, duduk di bangku kayu cokelat muda tersebut. Ia hanya terdiam– memasang tampang cool-nya tanpa berkata-kata– dan segera memakai sepatu ski hitamnya– se-hitam matanya.

Iris madu Yoona tanpa sengaja terus memerhatikan sosok Tao yang tengah duduk di sebelahnya. Rambut merahnya, bahu lebarnya, bibirnya yang berbentuk unik, iris hitam yang tenang. Oh tidak. Apa perempuan ini menyukai rekan kerjanya?

“Kau siap?” Tanya Tao, memecahkan lamunan Yoona.

“Tidak. Tidak akan” Yoona menggeleng cepat.

Tao terkekeh pelan lalu berdiri– dan sebenarnya otak Yoona sedang berteriak, bagaimana laki-laki itu berdiri dengan sepatu yang memiliki pisau memanjang di alasnya?– lalu menyodorkan tangannya. “Ingat, kau telah setuju”

“Aku tidak pernah setuju, Edison Huang” Bantah Yoona– sebenarnya hampir mirip seperti sebuah rengekkan.

Tao memutarkan kedua bola matanya. “Ayolah”

“Apa?”

“Bermain Ski?”

“Sudah kukatakan, aku tidak bisa bermain ski

“Sudah kukatakan juga, kau hanya perlu tidak terjatuh

“Dan yang kubutuhkan, bagaimana cara agar tidak terjatuh itu?”

Tao menyodorkan tangan putihnya. “Kau tidak akan terjatuh. Jika kau terjatuh, kau harus bayar makan siangku”

Yoona meraih tangan Tao dengan mata yang ia sipitkan– seakan-akan menatap Tao dengan tatapan sinisnya. “Seharusnya kau yang membayar makan siangku jika aku terjatuh”

Tao tertawa kecil lalu kembali menarik Yoona, masuk ke arena ski berdua dengan tangan yang saling mengenggam erat. Ya, saling. Tao yang menggenggam tangan Yoona dan Yoona yang menggenggam tangan Tao.

“Lihat, ini mudah” Gumam Tao, memecahkan keheningan di antara mereka.

“Ayolah, bahkan aku dapat merasakan kakiku bergetar”

Tawa Tao meledak. “Kau tidak santai”

“Aku mencoba santai”

“Dan kau gagal”

Yoona mendengus pelan lalu tersenyum. “Begitulah”

Tao menarik tangan Yoona pelan, membantu perempuan itu ‘menggerakkan’ kakinya yang kaku di atas bongkahan es tersebut. Keduanya hanya tetap terdiam, tapi senyum mereka berbicara. Saling membagi tawa tanpa suara ataupun kata-kata.

“AAAAAAHHH!!”

BRUK!

Seketika itu juga– setelah teriakan Yoona– kedua pasangan kerja itu telah terjatuh sempurna di atas bongkahan es– dengan posisi Yoona menindih badan Tao.

Pengunjung yang lain meneriaki mereka berdua, seakan-akan tersenyum mengejek pada mereka. Meneriakkan mereka sebagai ‘pasangan romantis’

Oh, tidak.

Tao adalah orang yang pertama berdiri– well, itu karena dia bisa berdiri dan Yoona tidak bisa– lalu membantu Yoona dengan semburat merah tomat di pipinya untuk berdiri.

“Kau sengaja, sungguh. Aku tahu” Yoona segera meninju lengan Tao. Ah, ya. Semburat merah tomatnya masih jelas terlihat di pipi perempuan berambut sebahu itu.

Tao tertawa kecil. “Kurasa”

“Yang benar saja!” Yoona kembali meninju lengan Tao, lebih keras.

***

            7:59 PM Korea Standard Time.

Tao menginjak pedal rem mobilnya, berhenti tepat di depan rumah Yoona. “Kau harus berterimakasih padaku karena aku memberikanmu ‘hari-yang-menyenangkan’” Tao tertawa kecil– sebenarnya tawa mengejek.

“Baiklah. Aku berterimakasih. Gamsahamnida, Tao-ssi” Yoona tersenyum.

“Terlalu formal” Tao memutar kedua bola matanya.

Yoona menghembuskan nafas beratnya. “Hari ini sangat menyenangkan, sungguh. Dan juga sangat memalukan. Melelahkan juga”

Tao menahan tawanya saat mendengar kata ‘memalukan’.

“Kau benar-benar membuatku malu” Yoona melirik Tao tajam, mengingat kejadian diSki Zone siang tadi.

Sebuah suara mengalihkan perhatian Yoona. Kepalanya mendongak, fokus terhadap atap mobil sport Tao yang terbuka– menjadikan mobil hitam itu sebagai convertible car.

“Kau pamer?” Sekali lagi Yoona melirik Tao lalu tertawa.

“Ayolah, aku tidak suka mengatakannya. Tapi kurasa iya” Tao tertawa pelan.

“Aku harus segera masuk. Kau ingin masuk? Setidaknya aku bisa memberimu minuman” Yoona menaikkan kedua pundaknya.

“Kau ingin meracuniku?” Alis kiri Tao terangkat.

Tawa Yoona meledak– memamerkan deretan gigi putih sempurnanya dan kesempurnaan paras cantiknya saat tertawa.

“Berhentilah tertawa, sungguh” Gumam Tao.

“Waeyo?” Yoona menutup mulutnya, mencoba menahan tawanya.

“Apa kau tidak tahu bahkan alam semesta tidak ingin kau ada?” Tanya Tao dan berhasil membuat kening Yoona mengkerut.

“Maksudmu? Apa?”

“Ya, alam semesta tidak ingin kau ada. Mereka mengamuk pada Tuhan karena telah menciptakanmu” Jawab Tao pelan. “Because when you smile it’s so bright like sunshine and when you laugh it’s the prettiest thing ever. Kurasa alam semesta iri kepadamu karena hal-hal itu. Don’t you know, hm?”

Yoona senyap. Bibirnya kaku dan ia bingung harus mengucapkan apa. “Kau menghabiskan berapa jam untuk mencari kalimat itu di internet? Oh, atau Jongin mengajarimu?”

“Aku mencintaimu. Tidakkah kau tahu itu?”

Dan saat itu juga jantung Yoona seakan-akan berhenti berdetak. Matanya sedikit membulat dan iris madunya menatap Tao dengan sorot bingung.

“Apa kau meminum alkohol saat makan malam tadi?” Alis kiri Yoona terangkat– sebenarnya ia mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Tangan putih Tao meraih tangan kecil Yoona, mengenggam tangan hangat milik perempuan itu dan membuat tangan itu lebih hangat lagi di dalam genggamannya. “Aku berjanji akan selalu ada untukmu. Aku bersumpah. Aku mencintaimu”

Tidak.

Yoona terlihat sedikit gelagapan. Pandangannya sedikit memburam akibat lapisan bening tipis yang menutupi matanya. Lapisan tipis masa lalunya.

“Ah, Tao–” Yoona dengan susah menelan salivanya, ia tidak mengerti harus berkata apapun.

“Sehun? Aku bahkan bisa menggantikannya. Aku berjanji akan selalu ada untukmu. Sungguh”

Nama…itu. Si..apa? Se..hun?

Yoona segera menarik tangannya. “Mi–Mianhae, jeongmal mian–mianhaeyo. A–Aku harus segera masuk. Ma–Maafkan aku. See you tomorrow, Tao” Yoona segera membuka pintu mobil Tao dengan satu sentakan keras dan berlari masuk ke dalam rumahnya.

Dan Tao masih terdiam di tempatnya.

Melihat orang yang telah mencuri hatinya itu masuk ke dalam gedung yang disebutrumah.

***

            Tengah malam.

Hari baru saja berganti, tapi mata madu itu masih terbuka lebar. Setiap menitnya mengeluarkan air mata yang lebih banyak dengan alasan yang sama.

Merindukan sesosok laki-laki yang sungguh ia cintai.

Remasan tangannya di dadanya semakin kencang. Baju yang tidak sempat ia ganti itu bisa saja tersobek begitu saja. Paras cantiknya basah dengan cairan bening yang keluar dari matanya– seakan-akan setiap tetesnya meneriaki perasaan sakit perempuan beriris madu itu.

“Apa ini bagus?” Perempuan itu memperlihatkan sebuah kotak DVD yang siap ia tonton.

            “Ayolah, aku bukan pecinta film dramatis seperti itu” Iris pure hazel itu terputar.

            “Baiklah, kita tonton ini” Perempuan itu tersenyum lebar dan segera memasukkan CD bulat itu ke dalam DVD player.

            Inilah kebiasaan sepasang kekasih itu saat jadwal kuliah mereka kosong. Menghabiskan waktu mereka bersama dengan menonton film. Dan kali ini gantian perempuan bernama Yoona itu yang memilih film.

            Sejenak, keduanya terdiam. Mata mereka terfokus dengan layar TV– well, sebenarnya laki-laki beriris pure hazelitu  siap tidur karena menurutnya film bergenre drama ataupun sebangsanya itu sangat membosankan. Hanya film yang penuh dengan tangisan?

            “Laki-lakinya meninggalkan kekasihnya” Ucap Yoona sembari menunjuk layar TV, lalu sekilas melirik Sehun.

            “Apa?”

            “Laki-lakinya meninggalkan kekasihnya” Ulang Yoona kesal.

            “Maksudku, kenapa kau melirikku, Nona Im?” Yoona terdiam. Memasang tampang polosnya. “Aku tidak akan meninggalkanmu, kau tahu”

            “Aku tidak percaya”

            “Jadi kau berharap aku meninggalkanmu?” Alis kiri Sehun terangkat.

            “A-Aniyo!” Yoona menggeleng cepat. “Bukan itu maksudku”

            Sehun membenarkan posisi duduknya, bersandar pada sandaran sofa– lebih dekat dengan Yoona. “Aku tidak mengerti maksudmu” Gurau Sehun. “Tapi aku berjanji tidak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu ada. Untukmu”

            Yoona menahan teriakannya. Bibir bawahnya sudah berdarah banyak. Gigi-gigi tajamnya berhasil melukai bibir pink tipisnya. Oh, tidak. Hatinya jauh lebih sakit. Bahkan tajamnya masa lalu jauh lebih tajam dari Pedang Damascus. Goresan kesakitan masa lalunya jauh lebih dalam dari goresan kesakitan Pedang Damascus.

Yoona menggeleng cepat di atas ranjangnya. Tangannya masih meremas dadanya. Baju putih itu terlihat telah sedikit tersobek.

“Ayolah, kau harus makan” Gumam Sehun, siap dengan sendok serta buburnya.

            “Aku tidak lapar. Aku sudah mengatakannya”

            Sehun menaruh mangkuk putih itu di meja sebelah ranjang Yoona. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona yang sedang tiduran di ranjang. “Apa aku harus menciummu agar kau mau makan?”

            Yoona tidak menjawab.

            “Ah, kurasa aku harus menciummu. Baiklah” Sehun menaikkan kedua lengan bajunya– seakan-akan mengambil ancang-ancang dan bersiap untuk mencium kekasihnya. Iris pure hazel itu menatap iris madu itu dalam, nyaman, hangat. Waktu berlalu dan wajahnya mereka semakin dekat. Bahkan Yoona dapat merasakan desahan nafas Sehun dan Sehun sendiri dapat mendengar detak jantung Yoona yang cepat.

            “Aku mau makan” Ucap Yoona, membuat gerakan Sehun berhenti.

            “Kau kekanak-kanakan sekali” Sehun tersenyum kecil lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Yoona, mengambil mangkuk putihnya dan tertawa renyah.

            “Kau yang kekanak-kanakan” Bantah Yoona lalu mengerucutkan bibirnya.

            “Tidak ada anak-anak yang mainnya berciuman” Bantah Sehun lalu tertawa.

            Diri mungilnya merindukan suara tawa itu. Setiap hal tentang diri seorang…Oh Sehun. Yoona merindukan Sehun.

Laki-laki yang telah menghilang tanpa alasan sejak empat tahun lalu.

Secara tiba-tiba dan tidak kembali.

Sampai saat ini.

Dan segala jejak seorang Oh Sehun seakan-akan juga ikut menghilang. Terhapus waktu dan menjadi debu tipis tak kasat mata.

Kau meninggalkanku. Kau mematahkan janjimu sendiri. Kau mengingkarinya sendiri.Batin Yoona berteriak, meraung keras di dalam dirinya.

“Aku berjanji akan selalu ada untukmu. Aku bersumpah. Aku mencintaimu”

Sesaat bayangan Tao terlewat di otaknya. Laki-laki berambut merah yang awalnya ia pikir telah berhasil merebut hatinya.

Tapi, ia salah.

Dirinya masih mengejar bayangan gelap Sehun.

Seorang Sehun tidak benar-benar pernah mati dalam dirinya.

***

            Seminggu terlewati dan Yoona bisa bertindak professional. Ia dan Tao tetap berhubungan baik setelah kejadian ‘Tao-menyatakan-perasannya’.

Bukankah pertemanan itu juga perlu tindakan professional? Pikir Yoona.

“Aku akan makan siang dengan Tao. Kau mau ikut?” Yoona mengalihkan pandangannya, menatap Yuri– sahabatnya.

“Aku ada janji. Kris–”

“Ah, kencan” Yoona menahan tawa mengejeknya.

“Begitulah. Aku pergi dulu” Yuri mengedipkan sebelah matanya lalu berlalu– tepat saat sesosok Tao yang mengenakan kemeja berwarna abu dengan kancing teratasnyasengaja dibukanya yang dipadu-padakan dengan dasi merah yang longgar.

“Sekarang?”

Yoona berdiri dari kursi hitamnya lalu merapihkan bajunya. “Kajja!” Yoona tersenyum lebar lalu melangkahkan kakinya bersama kaki jenjang Tao– masuk ke dalam mobilsport hitam milik laki-laki berperawakan tinggi itu.

***

            Apa aku salah jika aku masih mengharapkan seseorang dari masa lalu? Aku masih memikirkannya? Bahkan aku masih menyimpan perasaan untuk orang yang telah meninggalkanku? Katakan padaku, apa aku salah?
Dan saat ada sebentuk cinta utuh yang Tao berikan kepadaku

Yoona melirik Tao yang tersenyum kepadanya, sembari memakan makan siang mereka dan mengobrol ringan.

…dan aku tidak dapat menerimanya.

            Apa aku salah?

            Seorang Sehun,

            masih terlalu berharga untuk kehidupanku.

            Sekalipun sosoknya tidak ada di sini.

            Sekalipun tidak ada.

***

            “Tamu penting itu sudah ada di ruang meeting. Bersama Presdir Choi” Beritahu Yuri kepada Yoona dan Tao yang baru saja kembali dari makan siang mereka.

“Jinjjayo? Bukankah rapatnya lusa?” Alis kiri Yoona terangkat.

“Aku tidak tahu, tapi Presdir memanggil kalian” Beritahu Yuri lagi.

“Sialan” Umpat Tao pelan lalu memperbaiki pakaiannya yang berantakan. Dasi yang longgar, kemeja yang sedikit kusut, dan lengan yang ia lipat.

“Biar kubantu” Gumam Yoona lalu mengalihkan pandangannya menghadap Tao, membantu laki-laki itu memasang ulang dasinya.

Iris mata Tao hanya menatapi paras Yoona– yang tidak membalas tatapannya.

Perempuan ini.

Perempuan yang Tao inginkan.

Sejak lama sekali, sudah lama.

Tapi bahkan perempuan ini masih hidup di masa lalunya. Mengejar sosok laki-laki brengsek yang meninggalkannya.

“Gomawo” Tao tersenyum kecil.

“Kajja” Yoona segera menarik tangan Tao, bergegas menuju meeting room dan berhenti di depan pintu cokelat ruangan tersebut.

“Apa pakaianku sudah rapih?” Tanya Yoona, membalikkan dirinya.

“Cantik seperti biasa, Im Yoon Ah-ssi” Tao menahan tawanya.

“Ayolah, berhenti bercanda” Yoona segera meninju lengan Tao lalu membuka pintu ruang meeting. Ada sosok Presdir Choi dan seorang laki-laki yang wajahnya tertutup dengan iPad-nya.

“Yoona dan Tao-ssi, silakan duduk” Presdir Choi adalah orang pertama yang membuka suaranya.

“Ah, ne-”

“Hai” Laki-laki berambut pirang itu menurunkan iPad-nya, menaruh benda iOS itu di atas mejanya.

Mata Yoona terbelalak lebar. “SEHUN?!”

“Aku kembali” Laki-laki itu tersenyum manis.

Oh, tidak.

            Katakan ini bukan mimpi. Kumohon.

            Tampar aku sekarang.

Mata Yoona berkaca-kaca, selaput bening bahagia itu menyelimuti iris madunya. Yoona segera berlari lalu memeluk laki-laki pirang yang baru saja bangkit dari kursinya.

Bau ini.

            Badan ini.

            Laki-laki ini.

            Kembali.

            Oh Sehun.

            “Ka-Kau kembali…” Yoona mengeratkan pelukannya, membiarkan air mata bahagianya membasahi blazer hitam Sehun.

“Mianhae” Ucap Sehun pelan, hampir seperti berbisik. “Aku melanjutkan study-ku tanpa memberitahumu”

“Ak-Aku kira…ka-kau tidak…akan kembali…” Isak Yoona pelan.

“Aku sudah berjanji padamu, bodoh” Sehun tertawa kecil, merengkuh wajahnya Yoona lalu mengusap air mata perempuan itu. “Bahwa aku akan selalu ada untukmu”

***

            Dia bahagia.

            Walaupun tidak bersamaku, setidaknya aku juga bahagia melihatnya bahagia.

            Melihat laki-laki yang ia inginkan kembali kepadanya, kembali kepelukannya-

            Sialan.

            Aku juga mencintainya. Sangat mencintainya.

            Tao hanya dapat melihat kedua insan itu, masih berdiri di depan pintu. Sebuah senyum kecil mengembang.

Jadi, seperti ini perasaan yang tidak terbalas?

Aku juga akan selalu ada untuknya. Walaupun ia tidak melihatku sama sekali.

END

21 thoughts on “[FF-Vignette] Promisiune

  1. Seperti Biasa…
    Author yang satu ini selalu bikin kejutan…
    Q kira Ini FF Tao-YoonA.. N Endingnya juga bkalan couuple in..
    Ternyata Ada TheHun juga..
    Emang ya.. Ga Bisa jauh2 sma Magnae cadel in Authorx kalo bkin FF..kkkkkkk
    heeuuhh… Disini Q kasian sma Tao nya… Cintanya ga terblaskn..
    Yg sabar yea?? Tao..
    Thor… Q masih menunggu Sequel ff yg The Simple Thinkx Lhooo…
    Publishx jngan lm2 ya…
    Hwaiting!!

    Like

  2. tao sabarnya pasti ada seorg yg lebih baik dr yoong,, hwaiting tao.
    sehun jangan tinggalkan yoong lg ya,, persaan seseorang bisa saja berubah seiring berjalannya waktu…

    Like

  3. hueee..ksihan sekali Tao oppa ><
    sama aku aj deh sini haha enk bnget jd sehun,prgi ninggalin yoon tnpa kata dan kembli utk mngmbil yoona..

    Like

  4. Huaaaaa..
    kasihan Tao si,, tp gak pa2 kalau yoona sama sehun
    hehehhe
    maaf Tao, mungkin bukan Yoona belahan jiwamu..
    Jadi..
    Cari wanita lain yaaaa?? 😦

    Like

  5. Ga nyangka, kukira yoong bkal nrima tao & nglupain sehun , eh ternyata mlah jdi yoonhun
    Endingnya ga ktebak, ga nyangka juga klo ada sehun
    Coz di main castnua ga dsebutin sehun

    Like

Leave a comment