TAKE ME (I’M YOURS) [3]

Take Me (I’m Yours)

“We don’t deserve love”

written by

Clora P. Darlene

starring

Im Yoon Ah | Oh Sehun

Seo Joo Hyun as Im Seohyun | Park Chanyeol | Choi Sooyoung | Kim Jongin | Kris Wu

Romance, Action

PG-15

***

Kerja otak Sehun terhenti saat itu juga untuk dua detik, lalu ia melangkah dengan cepat.

Mencari Yoona di antara kerumunan yang mulai padat. Iris pure hazel itu tidak dapat menemukan Yoona dalam waktu empat menit. Sehun tidak memedulikan nafasnya yang mulai terengah-engah dan keringat yang bercucuran walaupun suhu yang masih bisa dikatakan ‘rendah’.

Sialan. Umpatnya dalam hati. Mengutuk dirinya karena membiarkan Yoona pergi sendirian dan entah sekarang dimana. Irisnya sudah tampak bergetar, mulai pesimis tidak dapat menemukan sosok perempuan bergaun satin biru itu.

Tangannya mengepal, matanya menjalari setiap sudut ruangan besar dengan dinding putih itu.

Dan itu dia!

Berdiri di sana bersama seseorang yang tengah berbicara kepadanya.

Sehun memacu kakinya secepat mungkin, meraih pergelangan perempuan itu. “Hey, ada apa?”

“Kita harus pergi” Jawab Sehun terengah-engah.

“Sehun?”

Refleks, Sehun menoleh kepada suara yang baru saja menyebut namanya. Matanya terpaku dan tubuhnya membeku. “Hyung”

“I-Ini benar dirimu? S-Sehun-ah?”

“Kita harus pergi. Sekarang” Ucap Sehun penuh penekanan pada Yoona lalu menarik perempuan itu.

“Sehun-ah!” Laki-laki yang dipanggil dengan sebutan ‘Hyung’ itu―Xi Luhan―mengikuti keduanya hingga parking area.

Sehun membukakan Yoona pintu lalu memasangkan perempuan itu sabuk pengaman dengan cepat. Mengendarai mobil hitam itu sejauh mungkin dari gedung dalam waktu yang tersisa dua puluh tujuh detik.

“Ada apa?! Beritahu aku!”

Sehun masih belum menjawab, nafasnya masih terengah-engah dan menginjak pedal gas hingga batas maksimal.

“Sehun-ah! Jawab aku! Ada apa?!”

“SEHUN-AH!!”

BOOM!!!!!!!

Yoona menatap keluar jendela. Puing-puing itu tiba-tiba berterbangan di udara, membuat iris madu Yoona membeku dan tidak dapat bergerak. Sehun masih mencoba mengendarai mobilnya secepat mungkin dan sejauh mungkin.

“A-Ada…apa ini?! ADA APA INI, SEHUN-AH?!!!”

“Akan kujelaskan nan―”

“SEKARANG!!” Yoona kehabisan nafasnya seketika.

“Kris ingin kau dan aku mati, itu mengapa dia menaruh bom di gedung tersebut. Dia tahu bahwa kita ada di sana malam ini” Jelas Sehun mencoba sesingkat mungkin.

“CHANYEOL DAN SOOYOUNG MASIH ADA DI DALAM SANA!! KENAPA KAU TIDAK MENYELAMATKAN MEREKA JUGA?!!!” Teriakan Yoona menggelegar begitu saja. Membuat jantung Sehun terhenti berdetak sedetik.

“KENAPA KAU TIDAK MENYELAMATKAN MEREKA?!! SEHUN-AH, JAWAB AKU!”

“Aku tidak bisa! Aku tidak bisa menyelamatkan mereka!” Balas Sehun.

Tangisan Yoona menjadi-jadi. Ia mengerang. Sehun mengenal erangan kesedihan dalam itu. “Soo…”

Sehun tidak tahu pasti seberapa dalam kesakitan yang tengah di rasakan Yoona. Seberapa perih robekan pada dada Yoona. Seberapa rapuhnya Yoona sekarang untuk menerima kenyataan.

Tapi, Sehun berpendapat bahwa ia juga merasakan apa yang dirasakan Yoona.

Make-up perempuan di sebelahnya itu mulai luntur seiring air matanya terus membasahi wajahnya.

Ia memang tidak tahu pasti seberapa dalam kesakitan yang dialami Yoona, tetapi kesakitan itu cukup dalam pada Sehun yang melihat Yoona dalam keadaan seperti ini dengan mata kepalanya sendiri.

Ia memang tidak tahu pasti seberapa perih robekan pada dada Yoona, tetapi robekan itu cukup lebar pada dada Sehun yang melihati Yoona dalam keadaan seperti ini dengan sepasang iris pure hazel-nya.

Ia memang tidak tahu pasti seberapa rapuhnya Yoona sekarang ini, tetapi Sehun merasa cukup rapuh melihat Yoona seperti ini―bahkan sentuhan halus pun dapat menghancurkannya.

“Yoo―”

“Jangan pernah kau berani memanggil namaku lagi” Tukas Yoona begitu tajam. Menusuk dan dingin.

Sehun memakirkan mobilnya di depan rumah mereka. Membukakan pintu mobil dan berniat untuk membantu Yoona berjalan. Tapi perempuan itu menepis tangan Sehun dengan kasar. “Jangan pernah kau berani menyentuhku lagi”

Perempuan itu melangkah gontai hingga pintu masuk rumah dan menghilang di baliknya. Sehun menoleh saat sebuah mobil terparkir di belakang mobilnya.

Xi Luhan turun dari mobil itu. Wajahnya terlihat pucat.

Keduanya terdiam sejenak, hingga Sehun mengucapkan sepatah kata. “Masuklah”

Setelah membiarkan Luhan masuk, Sehun meraih ponselnya. Menghubungi seseorang.

“Datang ke rumahku sekarang juga” Suara Sehun terdengar serius dan tegas. Baru saja Sehun berbalik berniat untuk masuk ke dalam rumah, kembali ia mendengar suara mobil.

Rupanya Jongin.

Tidak butuh waktu lama untuk laki-laki itu mencapai rumah Sehun.

 

Flashback.

Laki-laki yang sedang berdiam diri di dalam mobilnya itu menempelkan ponselnya di telinganya. Ia menunggu nada sambung dengan sedikit was-was. Takut jika orang yang ia telpon tidak mengangkat telponnya.

“Ada apa?” Seseorang di ujung sana akhirnya berbicara, menerima telponnya. Membuat dirinya dapat bernafas lega sejenak.

“Keluarlah dari gedung itu sekarang juga. Kau hanya punya waktu tujuh menit dan dimulai dari sekarang” Laki-laki itu menatap arlojinya.

“Apa maksudmu?”

“Kris menaruh bom disana. Dia ingin kau dan Yoona mati. Keluarlah sekarang juga” Tidak butuh waktu lama untuk laki-laki itu memutuskan hubungan kontak di antara temannya itu.

Menurut perhitungannya, sekitar dua belas menit lagi laki-laki yang baru saja ia telpon itu akan sampai di rumahnya―di rumah yang berada di hadapannya kini.

Dan, ta-da.

Sebuah mobil yang ia tunggu terparkir di rumah tersebut. Laki-laki itu keluar lebih dulu dari mobil dan membukakan pintu mobil satuannya, terlihat sosok perempuan dengan rambut yang acak-acakan keluar dari mobil. Lalu sebuah mobil kembali datang, membuat Kim Jongin terheran.

Ia meraih ponselnya yang bergetar. Ada tulisan ‘XS’ di layarnya. “Datang ke rumahku sekarang juga” Penuh penekanan, Jongin merasakan hal itu sekali.

 

Sehun menatap tajam Jongin yang baru saja keluar dari mobil dan menghampirinya. “Masuklah” Perintah Sehun tanpa berbasa-basi. Ia berjalan di belakang Jongin dan memastikan laki-laki itu benar-benar masuk ke dalam rumahnya. Luhan tampak sedang terduduk di atas sofa ruang tengah.

“Duduklah” Sehun kembali memerintah Jongin dan laki-laki itu hanya mengikutinya tanpa perlawanan. Sehun menjauh, meraih ponselnya lalu menempelkannya.

Yoboseyo?

“Dokter?”

Tuan Sehun? Ada apa?”

“Bisakah datang ke rumahku sekarang? Kurasa Yoona mengalami depresi berat. Aku takut jika terjadi sesuatu kepadanya dan kandungannya” Setelah menyelesaikan urusannya dengan dokter kandungan Yoona, Sehun kembali ke ruang tengah.

“Kau tidak benar-benar mati?”

Pertanyaan Luhan tersebut berhasil menghentikan langkah Sehun. Ini adalah pertanyaan yang paling Sehun takuti. Ia menatap Luhan. “Annyeonghaseyo, hyung. Sayangnya, tidak”

“Wae? Kenapa kau membuat drama seakan-akan kau mati?!” Luhan berteriak keras, bangun dan mencengkram kerah baju Sehun. “KENAPA?! JAWAB AKU!”

“AAAAAAAAAAAHHHH!!!!!!!” Teriakan nyaring itu terdengar dengan sangat jelas. Berasal dari lantai dua dan itu sudah pasti Yoona. Sehun bergegas lari, melepaskan cengkraman Luhan pada kerah bajunya. Hanya ada tiga kamar tidur di lantai dua.

“Yoona?!” Oh, pintu kamar pertama itu terbuka, tapi tidak ada Yoona di dalamnya.

Begitu juga dengan kamar kedua.

Knop pintu kamar ketiga terkunci dengan kencang, membuat Sehun mengetuk pintu cokelat tersebut dengan keras. “Yoona-ya!”

“JANGAN PERNAH KAU MEMANGGIL NAMAKU LAGI!!”

BRAK!

Sesuatu dilemparkan Yoona dari dalam kamarnya dan membentur pintu.

“Tenanglah” Ucap Sehun. “Kumohon”

Tidak terdengar suara Yoona, tapi isakan itu masih terdengar keras sekali untuk telinga Sehun. Laki-laki itu akhirnya mengambil keputusan untuk kembali ke ruang tengah. Di saat iris pure hazel-nya menangkap sosok Jongin tengah duduk, seperti ada bara api di ubun-ubun Sehun.

“Jelaskan padaku apa yang terjadi! Jelaskan! Sekarang!

“Tenanglah, kau terlalu menggebu-gebu” Gumam Jongin santai.

“Aku sedang tidak ingin bercanda”

“Aku juga” Timpal Jongin. “Duduklah”

Sehun duduk di hadapan Jongin, terduduk di sebuah single sofa.

“Kris ingin membunuhmu dan Yoona. Dia menganggap kau telah membocorkan rahasia pasar ke Yoona, dan Yoona akan segera atau telah memberitahu pada lembaga intelnya. Dia takut jika pasarnya akan runtuh. Itu mengapa dia menaruh bom di acara pernikahan tersebut, karena dia yakin bahwa kau dan Yoona tidak akan melewatkan pernikahan dua teman kalian, Chanyeol dan Sooyoung”

Itu sudah cukup jelas bagi Sehun.

“Kris berencana membunuhmu dan Yoona jauh-jauh hari. Tapi dari semua rencana yang telah dia buat, ini adalah rencana yang paling dia suka”

“Mengapa kau memberitahuku jika di gedung itu ada bom? Mengapa kau tidak mengikuti rencana Kris dan membiarkanku mati?”

“Kau pasti sedang bercanda, bukan?” Jongin mendengus. “Kita sudah berteman selama dua belas tahun dan aku ingin menbayar apa yang telah kaulakukan untuk Yuri”

 

Flashback.

“Aku ingin kau membunuh perempuan ini” Kris menyodorkan selembar foto padanya.

Keningnya mengerut, ia mengenali perempuan di dalam foto itu. “Dia adalah Kwon Yuri, kekasih Jongin”

“Maka dari itu, aku ingin kau membunuhnya. Karena Jongin telah membeberkan rahasia pasar kepadanya. Aku tidak ingin ada orang lain yang mengetahui rahasia pasar kita. Jadi, bunuh dia”

“Baiklah. Bukan hal yang susah”

“Tapi,” Kris melihat mata Sehun dalam, mencari-cari hal penting di dalamnya. “Kau telah berteman lama dengan Jongin. Apa kau baik-baik saja membunuh kekasihnya?”

“Ikatan pertemanan yang lama terkadang tidak berarti apa-apa” Jawab Sehun mantap, membalas tatapan Kris dengan penuh keyakinan. Dan Kris melihatnya―kilatan hitam itu. Hal yang ia cari.

“Baiklah. Aku akan menunggu kabar darimu” Kris tersenyum kecil lalu mempersilakan Sehun keluar untuk segera menyelesaikan tugasnya. Sehun segera melesat pergi dari basecamp-nya, sejauh mungkin agar tidak terlacak dan menelpon Jongin.

“Sehun-ah? Ada apa?”

“Kau harus segera membawa pergi Yuri dari Seoul. Sejauh yang kau bisa”

“Wae?” Nada Jongin sudah terdengar cemas.

“Kris ingin membunuhnya. Dia mengira kau telah membeberkan rahasia pasar kepada Yuri dan dia juga telah mengetahui identitas aslimu. Kau bawa Yuri sejauh mungkin dan aku akan memalsukan kematiannya” Sebelum Sehun memutuskan hubungan kontaknya, ia kembali berbicara. “Berlagaklah bahwa kau membenciku selama sisa hidupmu”

Lima hari kemudian.

Sehun menyerahkan beberapa lembar foto pada Kris. Tergambar Yuri seorang diri dengan kepala yang berdarah akibat tembusan peluru. “Kau bekerja dengan baik, Sehun. Kau tidak pernah mengecewakanku. Kau membuang mayatnya?”

“Tidak. Aku menguburnya sendiri”

“Dimana?”

“Di tempat yang aman dan tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya”

 

“Itu bukan apa-apa” Tukas Sehun lalu bangkit setelah bel rumahnya berbunyi. Oh, rupanya sang dokter telah datang.

“Ada apa dengan Yoona?”

“Dia mengalami shock berat saat gedung yang menjadi tempat pernikahan temannya dibom” Jawab Sehun sesingkat mungkin. “Dia ada di lantai dua”

“Baiklah”

“Dokter” Sehun memanggil laki-laki tua itu dan membuat langkah sang dokter terhenti lalu berbalik. “Lakukanlah yang terbaik yang bisa kaulakukan. Kumohon”

“Tentu saja”

Drrt..Drrt…Drtt…

“Yoboseyo?”

“Oppa?! Oppa dan Yoona eonnie baik-baik saja?! Kudengar gedung tempat pernikahan Chanyeol oppa dan Sooyoung eonnie meledak. Eonnie tidak mengangkat telponku”

“Aku baik-baik saja, Seohyun-ah. Yoona sekarang sedang ditangani oleh dokter, kurasa dia mengalam shock berat”

“Aku, dad dan mom akan segera kesa―”

“Kurasa, lebih baik jangan. Yoona sedang berada di kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu dengan orang-orang. Aku akan mengabari jika keadaannya membaik. Maafkan aku, Seohyun-ah. Kirimkan salam maafku kepada aboji

Tidak mungkin ia membiarkan Seohyun beserta orang tua Yoona datang ke rumahnya saat isi rumahnya terdiri atas Jongin dan Luhan. Dan keadaan Yoona yang tidak stabil seperti ini dapat mendorong Yoona untuk membuka seluruh identitas aslinya. Sehun tidak memilih option itu.

Sehun terduduk lama sembari menunggu dokter selesai memeriksa Yoona. Ia tidak bergeming, bergerakpun tidak. Hanya deru nafasnya saja yang terlihat teratur dan normal. Tapi iris pure hazel-nya tampak tidak bisa berbohong―ia khawatir.

“Bagaimana keadaannya?” Sehun langsung menyerbu sang dokter saat ia melihat laki-laki dengan jas putihnya itu menuruni anak tangga.

“Yoona sangat shock. Jika terjadi sesuatu kepadanya, seperti pingsan tiba-tiba, bawa dia ke rumah sakit. Dia juga harus banyak beristirahat untuk menenangkan pikirannya dan mengurangi aktivitas yang biasa dia lakukan. Aku hanya menyarankanmu obat ini” Dokter memberikannya sebuah plastik obat. “Jika dia tidak bisa tidur atau berteriak dengan keras, berikan saja obat ini padanya. Ini adalah obat tidur dengan dosis rendah, tidak akan berakibat fatal pada kandungannya”

“Baiklah. Gamsahamnida” Sehun membungkuk lalu mengantar sang dokter hingga depan pintu rumahnya dan mengunci pintur rumahnya dengan kunci double beserta password.

Sehun melirik arlojinya lalu melangkah ke dapur.

Membuat segelas susu yang biasa Yoona minum jika jam telah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia memasukkan obat tidur tadi dalam minuman Yoona, berharap perempuan itu untuk malam ini dapat beristirahat dengan nyaman dan tenang.

“Jelaskan apa yang terjadi selama ini” Suara Luhan terdengar tegas saat Sehun melewatinya dengan membawa segelas susu putih.

Sehun menghela nafas. Mungkin, ini saatnya, saat ia harus membuka seluruh kebohongan dan melepaskan kejujurannya. Sehun kembali duduk dan menaruh gelas yang ia bawa di meja.

“Hyung ingin tahu dari mana?” Tanya Sehun balik dengan wajah datar.

“Alasan mengapa kau kabur dari rumah”

Sehun terdiam sejenak. Mengumpulkan seluruh tenaganya untuk percakapan dengan hyung-nya malam ini. “Seorang laki-laki merekrutku ke dalam bisnisnya dan aku menerimanya. Dia melihat bakat menembakku”

“Dan kau mati?”

“Aku memalsukan kematianku”

Bibir Luhan terasa kelu setelah mendengar jawaban singkat Sehun. “Tidakkah kau tahu betapa stressnya appa dan umma saat kau mati? Saat kau bepura-pura mati?!”

“Mianhae” Ucap Sehun singkat.

“Dan sekarang kau bekerja di sebuah pasar gelap? Menjadi seorang pembunuh?! Siapa yang mengajarimu menjadi seorang pembunuh?!” Suara Luhan meningkat satu oktaf. Oh, dia mengerti sekali pembicaraan antara Sehun dan Jongin tadi.

“Untuk menjadi seorang pembunuh tidak diperlukan guru” Tukas Sehun. “Hyung telah mendengarkan semuanya” Ia lalu meraih gelas susu putih itu dan menyodorkannya pada Luhan. “Berikan ini kepada Yoona. Jebal

“Kenapa harus aku? Bukankah kau adalah suaminya?”

Sehun menghela nafas. “Karena hyung adalah cinta pertamanya. Dia tidak mau bertemu denganku. Kurasa itu sudah cukup menjelaskan”

Luhan meraihnya lalu membawanya ke lantai dua.

“Apa yang akan kaulakukan setelah ini?”

Sehun menoleh saat Jongin membuka suaranya, tapi ia tetap terdiam. Matanya tidak tahu harus menatap apa, seperti dirinya yang tidak kunjung menemukan jalan keluar. Jika Kris tidak mendapatkannya, maka ia harus tetap berlari dengan Kris yang terus mengejarnya.

Sehun mengenal Kris dengan baik.

“Kurasa kau harus membawa Yoona sejauh mungkin”

Sehun tertawa hambar. “Itu saranku”

“Maka, lakukanlah”

“Kemana? Aku tidak tahu harus membawa Yoona kemana. Jangankan untuk membawanya pergi, dia bahkan tidak ingin mendengarkan suaraku lagi” Ingatan saat Yoona menepisnya tadi, membentaknya, masih kental sekali di dalam otaknya.

“Jika kau menyembunyikan Yoona disalah satu perumahan yang dibangun oleh perusahaanmu, kurasa Kris masih dapat melacaknya. Tidak mungkin kau menyembunyikan Yoona di apartemenmu”

Sehun memijat pelipisnya. Kepalanya terasa tegang sekali.

Haruskah ia membawa Yoona ke ujung Korea Selatan?

Atau perlukah ia menyembunyikan Yoona di negara yang lainnya? Daerah Eropa atau Amerika?

“Aku tidak mengenal Kris, tapi kurasa dia tidak tahu rumah lamaku” Jongin dan Sehun menoleh saat seorang berpendapat. Oh, Luhan, rupanya. “Terletak di Busan”

Sehun terdiam.

Rumah di Busan. Rumahnya di Busan, dulu.

“Kris tidak mengetahui rumah itu. Aku bekerja bersamanya saat aku telah pindah ke Seoul” Jelas Sehun sedikit.

“Kita harus berjalan dengan cepat. Jika Kris mengetahui bahwa kau dan Yoona masih hidup, dia tidak akan segan-segan untuk meledakkan rumahmu ini”

***

Mobil Luhan berada di antara mobil Sehun dan Jongin. Di sebelahnya ada Yoona yang tengah tertidur pulas. Kepala Luhan terasa pening. Kurang dari dua puluh empat jam dan ia telah berjalan dengan sekomplotan orang bersenjata. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Sehun membereskan berbagai senjatanya.

Adiknya itu―tidak lagi seperti yang ia kenal dulu. Seorang pembunuh untuk saat ini.

Luhan menginjak pedal remnya lalu mematikan mesin mobil. Sehun sudah membuka pintu mobilnya dari luar dan melepaskan sabuk pengaman Yoona. Tidak ada kata-kata di antara mereka. Sehun membopong Yoona hingga masuk ke dalam rumah, membaringkannya di atas ranjang yang nyaman.

Jam telah menunjukkan pukul satu malam. Hari telah berganti.

Luhan masuk ke dalam kamar Yoona saat Sehun sedang memindahkan sebuah kursi dan ditaruhnya di sebelah ranjang Yoona. “Silakan”

“Ne?” Mata Luhan membulat sedikit.

“Silakan duduk,” Sehun menelan salivanya. “Hyung”

“Aku?”

“Ya”

“Wae?”

“Aku ingin hyung menjadi orang pertama yang Yoona lihat saat dia terbangun nanti. Jadi, beristirahatlah di sini. Jangan berbaring di sebelahnya, duduklah di kursi ini saja. Aku dan Jongin akan berjaga di luar. Aku tidak menerima pertanyaan apapun”

“Ini pemaksaan”

“Apa aku peduli?” Tanya Sehun tak acuh lalu keluar dari kamar. Ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak di ruang tengah, duduk si sebuah sofa tua yang masih empuk.

“Kau tidak beristirahat di kamar?”

Sehun menoleh saat Jongin duduk di hadapannya. “Bagaimana bisa aku beristirahat?”
Jongin menatap sahabat karibnya itu dengan mata bertanya-tanya. Tidak mengerti apa yang terjadi dengan temannya itu. Apa laki-laki dengan rambut berwarna tembaga ini takut dengan Kris? Apa dia takut Kris mengejarnya? Apa dia takut karena Kris sewaktu-waktu dapat membunuhnya? Tidak, Jongin rasa tidak. Sehun bukanlah tipikal laki-laki pecundang seperti itu. “Ada apa denganmu?”
“Apa maksudmu?”

“Kau terlihat berantakan sekali. Tidak biasanya kau seperti ini”

Sehun terkekeh hambar. “Jinjjayo?” Jongin terdiam tidak menjawab pertanyaan Sehun. “Aku akan menemui Kris sebelum dia menemukan kita”

“Itu adalah ide terburuk abad ini” Jongin mendesah lalu bersandar. “Dia telah mengontrak orang baru untuk menjadi sniper-nya”

“Apa lebih hebat dari diriku?” Sehun tertawa kecil, menyombongkan dirinya sedikit.

“Kurasa,” Jongin menghela nafas. “Ya”

“Itu pasti sebuah kebohongan” Timpal Sehun lalu tertawa. “Siapa orangnya?”
“Aku tidak tahu. Aku belum pernah bertemu dengannya. Yang kudengar dia masih berumur 17 tahun”

Sehun mendecak. “Lebih tua dari yang kubayangkan. Aku bergabung dengan Kris saat aku berumur 14 tahun”

“Kau saat masih kecil saja sudah menjadi orang brengs*k” Canda Jongin lalu tertawa.

***

9:10 AM.

Luhan keluar dari kamar dimana tempat Yoona tidur. Sehun dan Jongin terlihat sedang mengobrol ringan. Keduanya tidak menyempatkan diri untuk tidur sebentar―semenit saja tidak. Sehun merasakan kedatangan Luhan dari sudut matanya. “Yoona ingin susu”

“Baiklah” Sehun bangkit tapi langkahnya terhenti saat Luhan melanjutkan ucapannya.

“Yoona tidak ingin kau membuatkannya”

Sehun terdiam. Iris pure hazel-nya membeku dua detik, lalu matanya kembali mengedip normal. “Aku akan mengambilkan pakaiannya di mobil” Langkahnya kini seperti tertatih. Berat sekali hanya untuk mengangkat satu kakinya dan kembali menapakkannya. Ia mengeluarkan sebuah koper hitam metalik dan membawanya masuk. Memberikannya pada Luhan dan meminta Yoona untuk mengganti pakaiannya.

Sehun kembali terduduk di sofa. Kini ia telah kehilangan nafsu mengobrolnya.

Ia hanya ingin diam. Sebentar saja.

“Wae?”

Sehun mendongak. “Apa?”

Jongin menghela nafas, menekan niatnya untuk bertanya kepada Sehun mengenai keadaannya. “Tidak ada”

“Sehun-ah?”

Sehun berbalik, kembali berhadapan dengan hyung-nya. “Ada apa?”

“Yoona tidak ingin berganti baju”

“Wae?”

“Dia mengatakan aroma bajunya seperti aroma tubuhmu”

Oh, tentu saja. Hampir semua pakaian Yoona belum dipindahkan dari lemarinya ketika kedatangan Seohyun terakhir kali itu. Aroma bajunya pasti bercampur dengan baju Yoona.

Sehun menghela nafas. “Katakan padanya, hyung akan membelikannya pakaian baru” Luhan mengangguk lalu kembali masuk ke dalam kamar. “Aku akan keluar, membelikan Yoona baju”

***

Yoona menatap bayangannya pada cermin panjang di hadapannya. “Bajunya sangat bagus, aku menyukainya. Gomawo, Luhan oppa” Yoona tersenyum manis.

Luhan menelan salivanya dengan susah payah. “Bukan apa-apa”

“Apa aku cocok mengenakan baju ini?”

“Kau selalu cantik mengenakan apa saja, Yoona-ya”

Yoona tersenyum tipis. Ia kembali melihat bayangannya di cermin.

Laki-laki yang berada satu ruangan dengannya kini adalah cinta pertamanya. Seseorang yang akan selalu dielu-elukan oleh hatinya. Seseorang yang ia harapkan untuk kembali kepadanya dan memiliki kesempatan untuk melanjutkan sisa hidup ini bersamanya.

Tapi jantungnya berdetak normal―sangat normal―saat laki-laki itu memujinya. Tidak ada ruam merah pada pipinya saat laki-laki itu menyebutnya ‘cantik‘.

“Kau terlihat sangat cantik, Yoong”

Tiba-tiba bayangan Sooyoung itu berada di sebelahnya. Ia melihatnya! Sungguh! Ada di dalam cermin itu dan sedang berdiri di sebelahnya!

“Gwenchanayo, Yoong?” Luhan bangkit, mendekat ingin menghampiri Yoona.

“Apa yang kaulakukan di sini? Bukankah kau harus banyak beristirahat dan tidak melakukan banyak aktivitas?”

“Aku ingin bersantai sejenak sebelum hari pernikahanku. Banyak sekali yang harus kuurus dan itu terkadang membuat perutku mulas”

Oh, Demi Tuhan!

Percakapan itu terjadi minggu lalu, bukan setahun, dua tahun, atau satu dekade lalu!

Kepala Yoona terasa berat sekali, bahkan ia hampir kehilangan keseimbangannya. Jika Luhan tidak menangkapnya dengan cepat, sudah dipastikan ia membentur lantai dingin itu.

“Yoona!”

***

“Yoona!”

Sehun terlonjak kaget saat teriakan nyaring Luhan menggema. Ia langsung mendobrak pintu kamar Yoona tanpa berpikir panjang dan menemukan Yoona tidak sadarkan diri dalam pelukan Luhan. “Apa yang terjadi?”

“Aku tidak tahu. Dia tiba-tiba pingsan. Aku akan mengambilkan air hangat” Ucap Luhan setelah membaringkan Yoona di atas ranjangnya dan meninggalkan Sehun.

Ia berani sumpah, jantungnya hampir berhenti berdetak saat mendengarkan teriakan hyung-nya tadi. Nafasnya memburu dan tubuhnya terasa lemas sekali.

Sebelum ia memiliki kesempatan itu untuk keluar dari kamar, mata Yoona lebih dulu terbuka. Menemukan dirinya sedang berdiri di pinggir ranjang dengan wajah pucat pasi. Iris pure hazel itu―untuk pertama kalinya lagi, dapat melihat iris madu itu. Tidak ada percakapan di antara keduanya dan Sehun memutuskan untuk pergi.

***

Terakhir kalinya hal ini terjadi tidak satu tahun lalu, dua tahun lalu ataupun satu dekade lalu.

Saat dia berbalik dan tidak mengucapkan sepatah kata katapun, ada bagian yang terasa aneh. Bagian yang paling sensitif dan membuatnya kehilangan akal untuk menarik nafas. Di sisi lain dari dirinya juga mengatakan bahwa ia merasa lega. Tidak terjadi hal buruk yang menimpa orang yang baru saja keluar dari kamarnya tadi. Sepertinya jantungnya sedang tidak bisa diajak kompromi kali ini.

TBC

Author’s Note: Tiba-tiba bingung kelanjutannya ini gimana :’) Terimakasih untuk semua readers yang uda comment mwah mwah ❤

10 thoughts on “TAKE ME (I’M YOURS) [3]

  1. Wuah… keren keren!
    sehun udah mulai cinta ya ma yoong eonni? daebak! huu ada luhan tapi -,- entr yoona malah larinya ke dia.. andwe!
    next jgn lama2 chingu…
    fighting!!

    Like

  2. aishh, mslah baru lagi..
    senang sehun udah mulai tulus pd yoong., tp yoongie masih ajah sama. acuh..
    oh ayolah, org panik tidk memikirkan hal lain slain org yg pting baginya, dan kurasa yoong sgt pting baginya. .

    Like

  3. huaaa, chap 3nya, cucok/? thor
    wihh, sehun perhatian amat ke yoong, serasa yoona jadi prioritas banget,
    tapi, yoong jangan lama-lama atuh marahnya,
    lagian yang jahat itu bukan sehun, sehunnya aja gak tau kalau itu tempat ada bomnya, ohhh ya semoga depresinya yoona cepat hilang dehh,
    suka banget sama perhatiannya sehun ke yoona di part ini >_< keep.writing

    Like

  4. Apakah Sooyoung benar2 meninggal..
    Aduh andwaee… Kayaknya Yoona terpukul bgt ya?
    Sehun dah mulai Tulus nih sm Yoona. Sepertinya mereka sdh saling mencintai satu sm lain, cuma belum sadar aja..
    Lagian, walaupun ada Luhan yg notabennya cinta pertama Yoona, Yoona biasa2 aj, getaran it sdh tdak ada lgi.. Berarti Luhan bukan ganjalan kn?
    Next

    Like

  5. Sehun benar-benar cinta mati..
    Gilaaaa
    Tapi dia gak sadar yaaaa??
    Yoona juga gak peka,,, itu kan bukan salan sehun..
    itu Kris yg menghianati Sehun Yoonaya
    Buka salah sehun…
    Kenapa gak mau susu yg dibuatin Sehun??
    Bukannya susu yg palig disukai itu buatan Sehun..
    Biar ku tebak,,, pasti dalam hati Yoona waktu minum susu Luhan dalam hatinya ngegerutu gak seenak buatan Sehun..
    hahahah

    Like

Leave a comment