[FF-Oneshoot] 7 Years of Love

Author: Clora Darlene            .

Length: Oneshoot.

Genre: Romance

Rating: PG…-16,5?

Main Cast: EXO-K’s Oh Sehun, GG’s Im Yoon Ah

Supporting Cast: GG’s Kim Taeyeon, EXO-M’s Zhang Yixing, GG’s Kwon Yuri

Disclaimer: This FF is pure belong to mine, the storyline is mine and don’t dare to copy-paste this stuff without my knowing. FF ini terbuat bukan untuk menjatuhkan martabat atau menjelek-jelekkan tokoh di dalamnya.

Sequel after: Wipe Your Eyes (Ch. 2), Pay The Price (Ch. 3), Beginning A New Life (Ch. 4)

***

“Kau bisa pergi makan siang” Laki-laki dengan tuksedo itu merapihkan lembar-lembaran kertas yang berserakan di meja kerjanya.

“Tuan–”

Oh Sehun mengangkat wajahnya. “Tuan?” Alis kiri laki-laki itu terangkat. “Kau sudah mengenalku selama empat tahun ini dan berhentilah bersikap formal seperti itu kepadaku”

Perempuan berbadan kecil itu memasang tampang ragunya. “Kita telah membicarakan topik ini beribu kali dan aku bosan” Sehun memutar bola matanya.

“Baiklah, Sehunnie” Akhirnya Kim Taeyeon, sekretaris pribadi laki-laki itu menghembuskan nafasnya. “Kau tidak makan siang?”

“Mau makan siang bersama?” Tanya Sehun balik dan berhasil membuat senyum simpul itu tersungging di wajah putih Taeyeon.

***

            Laki-laki itu memakirkan mobil hitamnya di depan sebuah restauran ternama di Kota Seoul itu. Setelah memakirkan mobilnya dengan sempurna, laki-laki itu terlihat sedikit kelabakan. “Ada apa?”

Sehun segera mengalihkan pandangannya, melihat Taeyeon yang mengenakan blazer hot pink dan rok putih bersih. “Kurasa aku melupakan ponselku”

“Kita bisa kembali–”

Lagi dan seperti biasanya, laki-laki itu memotong ucapan sekretaris pribadinya yang berambut panjang pirang kecokelatan itu. “Kau duluan saja. Pesan apa saja, aku akan kembali”

Taeyeon hanya mengangguk. “Baiklah” Perempuan itu membuka pintu mobil dan kembali melihat Sehun. “Jangan lama-lama”

“Aku tidak akan membuang waktu”

***

            Laki-laki yang telah melepaskan jas hitamnya dan membiarkan satu kancing teratasnya terbuka dan melipat kedua sisi lengan bajunya hingga siku. Beberapa tetes keringat terlihat membasahi wajah putihnya. “Seoul semakin panas” Sehun segera duduk di hadapan sekretaris pribadinya.

Taeyeon menarik beberapa tisu lalu mengelap tetesan-tetesan keringat di wajah atasannya itu. Dan akhirnya tawa kecil itu keluar dari mulut Taeyeon. “Matahari benar-benar membuat wajahmu terbakar?”

“Ini pesanan anda” Seorang pelayan perempuan menaruh beberapa mangkuk di atas meja Sehun dan Taeyeon.

Taeyeon segera menarik tangannya dan senyum besar tergambar jelas di wajahnya dengan tatapan mata yang puas melihati makanannya yang baru datang.

Pelayan perempuan itu tersenyum. “Selamat menik–” Ucapan pelayan perempuan itu terhenti saat laki-laki yang menjadi pengunjung restauran itu mendaratkan tatapan mata tajamnya ke arahnya.

“Selamat menikmati makan siang anda” Perempuan itu membungkuk dengan senyum yang masih mengembang dan segera kembali ke dapur restauran.

Sehun segera mengejar perempuan itu dan menarik tangan perempuan itu dengan kasar. “Ikut aku”

Pelayan perempuan itu memasang tampang bingungnya, tampang yang menjadi topeng terampuhnya. “Nuguseyo? Tuan–”

“Jangan berlagak bodoh” Bantah Sehun dingin.

Senyum itu berkembang di wajah pelayan perempuan itu. “Ah, kau si tuan brengsek”

Sehun langsung menarik tangan perempuan itu dengan kasar dan mendudukkannya di kursi penumpang. “Sehunnie!” Terdengar Taeyeon meneriaki nama laki-laki itu.

“Aku akan kembali” Ucap Sehun dingin dan langsung masuk ke dalam mobilnya lalu menginjak pedal gasnya. Sehun memacu mobil hitamnya terlalu cepat, seperti dirinya sedang mengikuti balapan liar dan sama sekali tidak memedulikan kesalamatannya.

“Masih gila?” Pelayan perempuan itu mendengus pelan. “Germo”

Sehun menginjak remnya dan berhenti di pinggir jalanan. “Aku tidak tahu jika kau ternyata lolos”

Pelayan perempuan yang masih mengenakan celemek putih tulangnya itu mengalihkan pandangannya, menjatuhkan pandangan sinisnya ke Sehun yang juga melihatnya. “Seharusnya hidupmu mati setelah kau mematikan hidupku”

Sehun terdiam, tetap melihat perempuan yang menatapnya dengan tajam dan dingin.

“Bahkan kau tidak mempunyai kesempatan hidup. Sedetikpun, tidak” Mata perempuan itu terlihat sedikit bekaca-kaca. “Setelah apa yang kau lakukan padaku” Kini perempuan itu terdiam sejenak. “Setelah kau menjualku”

Sehun menyandarkan tubuhnya pada sanderan kursi pengemudi lalu menghembuskan nafasnya. “Dimana Yuri?”

“Memulai kehidupan barunya di Inggris” Perempuan itu mengusap air matanya setelah ingatan kotor itu menerpanya, lagi dan terus-menerus.

“Kenapa kau tidak mengikutinya?” Tanya Sehun lagi dengan tenang.

“Kenapa kau bertanya padaku?”

“Karena aku ingin tahu” Jawab Sehun singkat.

“Kau merasa bersalah?”

Kini gantian Sehun menjatuhkan pandangan tajam dan dinginnya. “Bersalah? Setelah aku mengambil keperawananmu? Tidak”

Sederetan kata yang baru saja dikeluarkan Sehun dari mulutnya membuat perempuan yang duduk di sebelahnya membeku. Kata-kata itu menghujam diri peempuan itu dan benar-benar berhasil membuat perempuan ini kembali merasa bahwa dirinya adalah perempuan terkotor. “Aku tahu masa lalumu”

“Aku juga tahu masa lalumu” Bantah peempuan itu. “Seorang germo yang menjual seluruh perempuan hanya untuk kepuasan dirinya sendiri. Kau berlagak seperti manusia dengan jiwa setan dibaliknya”

“Apa hal terbaik dari menjadi seorang pelacur?” Kata-kata itu meluncur dengan sendirinya dari mulut Sehun tanpa laki-laki itu bisa menahannya. “Jangan memancing emosiku”

Perempuan itu mengerti sekali akan sikap laki-laki itu. Ia sudah mengetahuinya semenjak tujuh tahun lalu. Saat masa-masa terberatnya menjadi seorang pelacur… itu bukan pilihan siapapun! Tidak ada yang menginginkannya! “Senang bertemu dengan anda dan kembalilah ke neraka” Gumam perempuan itu lalu membuka pintu mobil dan keluar.

Sehun hanya menatapi perempuan yang telah pergi itu. Ia menghabiskan beberapa detiknya hanya untuk melihati kursi penumpang itu. Tidak ada yang berubah dari pengendalian emosinya sejak tujuh tahun lalu, dan ia tahu persis itu. Ia tidak bisa mengendalikan setiap kata yang keluar dari mulutnya, bahkan di depan perempuan yang ia cintai.

***

            Larut malam.

Sehun melangkahkan kakinya ke dalam apartemennya, apartemen yang diberikan untuknya dari perusahannya atas kerja keras yang ia lakukan. Ia terduduk di sofa cokelatnya dan membiarkan apartemennya gelap tanpa menyalakan lampu satupun.

Rapat dadakan hari ini dan beribu permintaan atasannya sudah cukup menguras tenaganya. Ditambah pemikiran atas perempuan yang ia temui tadi siang di sebuah restauran. Sehun membanting jasnya dengan frustasi. Tujuh tahun ini ia berhasil membangun kehidupan barunya, membangun dan mengatur kembali hidupnya seperti dua orang yang juga lolos dalam sebuah kejadian yang terjadi tujuh tahun lalu.

Saat puluhan Kepolisian Seoul merazia club-nya dan menangkap para pelacurnya. Dalam kejadian itu, hanya ada tiga orang yang berhasil melarikan diri. Dirinya, Kwon Yuri yang saat ini sedang membangun kehidupannya di Inggris dan seorang Im Yoon Ah.

“Im Yoon Ah…” Sehun mendesah pelan menyebut nama perempuan yang tidak sengaja ia temui tadi siang.

Ia tahu persis seorang Im Yoon Ah. Menetapkannya sebagai pelacur adalah sebuah kesalahan besar. Ia bukan pelacur. Ia… tidak pernah menjual tubuhnya, tidak pernah melakukan hal kotor itu dan hanya sebagai bunga mawar club-nya.

Sehun melepaskan dasinya lalu berjalan ke kamarnya, berdiri di sebelah jendela dan melihat jalanan Kota Seoul yang diterangi lampu sorot mobil-mobil yang sedang berlalu-lalang.

Ia juga merasa kotor, bukan hanya perempuan itu saja.

***

            Im Yoon Ah, terdiam di kamarnya. Kejadian siang tadi masih melekat erat di otaknya. Laki-laki itu, laki-laki yang… singkatnya, ia mencintai laki-laki itu sepenuh jiwanya. Tidak mengerti dengan hatinya sendiri, ia jatuh cinta dengan seseorang yang telah beribu kali ia kutuk.

Perempuan itu berdiri di sebelah jendelanya, menatap langit hitam. Tujuh tahun, selama dan secepat itukah waktu bergulir? Tidak merendam cerita kuno yang kotor itu cukup dalam?

Jika ia bisa menyatakan kepada dunia, ia tidak akan menyerahkan kehormatannya kecuali untuk laki-laki yang sudah membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa, karena terlalu besarnya cinta di dalam hatinya.

***

            Hal yang ia lakukan saat ini sudah ia pikirkan semalaman. Membiarkan otaknya yang sudah lelah tetap bekerja, menentukan hal apa yang kemungkinan terjadi jika ia melakukannya. Oh Sehun, kembali memakirkan mobilnya di depan restauran yang kemarin siang ia kunjungi bersama Taeyeon.

“Aku mencari Im Yoon Ah” Ucap Sehun pada seorang pelayan yang membukakannya pintu masuk.

“Yoona? Dia ada di dapur” Jawab pelayan perempuan itu sambil tetap tersenyum.

“Bisa kau panggilkan?”

“Tentu” Pelayan perempuan itu segera melangkahkan kakinya dan masuk ke dapur. Sehun tetap berdiri, tidak berniat mendudukkan dirinya di bangku-bangku nyaman restauran itu. Beberapa detik kemudian, perempuan yang ia temui kemarin itu telah berdiri di hadapannya.

Perempuan itu membuka mulutnya lebih dulu. “Aku sedang membangun kehidupanku. Dan kau tahu pasti arti ‘membangun’ itu”

“Aku tahu” Bantah Sehun.

“Jadi berhentilah mencariku”

“Aku tidak bisa” Bantah Sehun lagi. “Kau juga tahu pasti aku bukan tipe manusia yang dapat mengendalikan dirinya”

“Jadi kendalikanlah dirimu” Kini giliran Yoona yang membantah.

“Aku tidak berminat mengendalikan diriku” Sehun mengangkat bahunya, menganggap pembicaraan ini menjadi lebih ringan.

Yoona mendengus pelan. “Jika kau tidak berminat, sudah berapa banyak kali kau ‘melakukannya’ dengan perempuan yang berbeda?”

“Selama tujuh tahun ini?” Alis Sehun terangkat. “Tidak sama sekali”

Yoona menahan tawanya. “Terlihat tidak mungkin. Jadi, pergilah. Pintu keluar tepat berada di belakangmu”

“Aku–” Ponsel Sehun yang berdering berhasil mengunci mulut Sehun. Sehun menatap layar ponselnya sesaat.

“Perempuanmu menunggumu” Tanpa mengatakan sepatah katapun, Sehun segera berbalik dan pergi. Yoona hanya dapat melihati laki-laki yang baru saja beranjak pergi itu. Mengikuti langkah laki-laki itu, Yoona juga ikut berbalik dan kembali ke dapur.

Jadi, dia benar-benar perempuanmu?

“Siapa?” Tanya seorang laki-laki yang baru saja keluar dari dapur. “Kulihat dari kemarin laki-laki itu terus mengejarmu”

Yoona menaikkan bahunya. “Entahlah, seseorang yang rupanya berniat untuk mengoleksi masalah”

Zhang Yixing as known as Lay di kalangan teman-temannya hanya mengangguk. “Apa kau ada acara setelah kerja nanti?”

Yoona mengalihkan pandangannya. “Tidak ada, waeyo?”

Senyum kecil Lay berkembang.

***

            Zhang Yixing dan Im Yoon Ah tengah melangkahkan kaki mereka di pinggir Sungai Han. Berjalan santai di antara orang-orang yang lainnya dengan tangan yang menggenggam sebuah cup kopi masing-masing. “Jadi, kau jarang kembali ke China?”

Lay mengangguk pelan. “Aku akan pulang dengan predikat Chef itu” Lay tertawa kecil. Bekerja sebagai koki di sebuah restauran hanya untuk mengasah keterampilannya dan benar-benar bertekad untuk menyandang predikat chef yang ia incar selama ini. “Bagaimana denganmu?”

Yoona menunjuk dirinya sendiri dengan mata yang sedikit membulat. “Aku?” Lay tetap menatapnya. “Aku baru saja memikirkan, mungkin ikut menjadi chef  bersamamu tidak  terlalu buruk” Yoona tertawa, membagi kebahagiannya kepada malam.

“Kau ingin menjadi penyaingku?” Lay terkekeh pelan.

Yoona mengangguk mantap. “Aku akan menjadi pesaingmu, Lay-ssi”

“Kau bisa memasak?” Kini Lay mulai meragukan Yoona dan kembali terdengan tawa ringan Lay.

“Kau ingin aku memamerkan masakanku kepadamu?” Tanya Yoona balik.

“Yoona?” Sebuah suara berhasil menarik perhatian Lay dan Yoona serta menghentikan pembicaraan mereka secara tiba-tiba.

Oh Sehun yang lengkap mengenakan tuksedonya bersama Kim Taeyeon yang mengenakan gaun satin berwarna tosca selutut tepat berdiri di sebelah Sehun.

Yoona terdiam sejenak lalu meraih tangan Lay. “Mari pulang”

Sehun segera melangkahkan kakinya cepat, menghadang Yoona untuk pergi dari tempat berdirinya saat ini.

“Ada apa?” Tanya Yoona dingin.

“Seharusnya aku yang bertanya, ada apa?” Tanya Sehun balik.

“Sehunnie” Taeyeon memanggil Sehun dengan suaranya yang tenggelam bersama angin malam Sungai Han.

“Perempuanmu memanggilmu” Ucap Yoona tetap dingin.

“Aku tahu” Bantah Sehun.

Yoona membeku. Dua kata itu cukup menjelaskan perempuan bergaun satin itu adalah perempuannya, miliknya, barangnya. “Berhentilah berdiri di tengah jalan, Tuan” Akhirnya Lay mengangkat suaranya.

“Kita tidak bermasalah dan tutup mulutmu” Gertak Sehun kasar.

“Dia hanya menggertak, tidak berarti apa-apa” Gumam Yoona pada Lay. Yoona menatap Sehun dengan mata cokelatnya. “Bukankah kita harus kembali ke rumah masing-masing?”

Kini tangan Sehun meraih tangan Yoona dengan kasar. “Akan kuberitahu kau dimana rumahmu”

“Aku tahu dimana aku tinggal” Sudah beberapa ia menyentakan tangannya, tangan putih Sehun tetap menggenggam tangannya terlalu keras dan erat.

“Lepaskan dia” Ucap Lay.

“Atau?” Kini Sehun kembali bertanya.

Kurang dari sedetik Lay sudah melayangkan tonjokkan, tepat di rahang kanan Sehun. “Apa kau seorang bedebah?” Sehun langsung melayangkan tonjokkannya, memukul laki-laki China itu empat kali berturut-turut.

Dan kembali, Lay kali ini melayangkan tonjokannya. Membuat luka lebam di sekitar wajah Sehun. Tanpa basa-basi dan tidak memikirkan keadaan, dengan keras Sehun melayangkan hantamannya, menargetkan wajah seorang Zhang Yixing.

Im Yoon Ah, mencoba berdiri di antara kedua laki-laki itu dan melerainya. “Bodoh berhen–” Ucapan Yoona terhenti saat hantaman Sehun tepat mengenai wajahnya.

Sehun terdiam. Otaknya lama bekerja. Terlalu lama sampai akhirnya Yoona hanya menghembuskan nafasnya lalu mendongak. Sebuah darah terlihat di ujung bibir pink-nya. “Aku pulang dulu” Yoona berjalan dengan cepat, meninggalkan ketiga orang itu dengan tangan yang menutupi mulutnya.

Seseorang segera menarik tangan Yoona dan menariknya masuk ke dalam mobil. “Aku tidak bodoh” Ucap Sehun yang sudah duduk di kursi pengemudinya. “Aku akan bertanggung jawab atas kesalahanku”

Yoona terdiam, membeku. Kata ‘bertanggung jawab’ itu berputar-putar bebas di otaknya bak bianglala. Jika kau bertanggung jawab tujuh tahun lalu…mungkin aku memang harus berhenti memikirkannya.

Selama perjalanan kedua orang itu tidak bersuara. Tidak ada yang berniat membuka mulutnya, membiarkan suasana canggung itu tetap canggung.

Butuh sekitar dua puluh tujuh menit untuk kedua orang itu benar-benar duduk di atas sofa apartemen Sehun. Sehun yang sedang melayangkan tangannya, membersihkan luka Yoona dengan kapas yang ia pegang dengan pelan.

“Kau tidak mengantar perempuanmu pulang?” Tanya Yoona yang akhirnya membuka mulutnya.

“Dia bisa pulang sendiri” Jawab Sehun. “Dan dia bukan perempuanku. Dia hanya sekretaris pribadiku, tidak lebih”

“Sekretaris pribadi?” Yoona mendengus kasar. “Jadi sudah berapa kali kau menidurinya?”

“Tidak pernah” Jawab Sehun lagi tanpa melihat mata Yoona dan tetap terfokus pada luka Yoona.

“Jadi, siapa peempuan yang terakhir kali kau tiduri?” Tanya Yoona lagi.

Sehun menghentikan gerakannya, menurunkan tangannya dan melihat mata Yoona dalam. “Kau”

Yoona terdiam, lalu memaksakan tawanya. “Tujuh tahun berlalu dan kau tidak meniduri perempuan manapun? Kebohonganmu lucu”

Sehun membersihkan kotak obatnya lalu berdiri dan pergi untuk mengembalikan kotak obatnya. “Apapun yang kaukatakan, terserah”

Yoona tidak bersuara. Ia tahu jika laki-laki itu…serius dan berkata benar. “Aku akan pulang. Terimakasih atas bantuanmu”

“Kau akan tidur di sini” Gumam Sehun.

Yoona membelalakan matanya. “Tidak akan”

“Kalau begitu besok malam” Gumam Sehun lagi. “Selamat malam”

***

            Tiga hari kemudian.

Sehun duduk di restauran tempat Yoona bekerja. Sehun terus mengolah otaknya, mencermati setiap alasan mengapa-Yoona-pindah. Manager restauran mengatakan bahwa Yoona mengundurkan diri. Sehun meneguk minumannya dan tetap berpikir.

Apa hanya karena ia percakapan terakhir mereka? Menyuruh Yoona tidur di rumahnya?

Ia tidak akan melakukan apa-apa, sungguh! Pikir Sehun. Laki-laki ini hanya ingin… perempuan itu tetap berada di jangkauannya.

***

            Sehun membenarkan topinya, lebih menurunkannya sedikit lalu mengikuti seorang perempuan berponi tipis yang masuk ke dalam sebuah café.

Sehun memilih meja tepat di sebelah meja perempuan yang duduk bersama temannya, duduk dengan membelakangi kedua perempuan itu.

“Kurasa aku harus benar-benar berterimakasih kepada Tuhan karena kau pulang ke Korea” Seorang dari mereka mulai angkat bicara.

“Apa kau sangat merindukanku?” Lawan bicaranya tertawa. “Ada apa?”

Perempuan satunya masih terdiam. “Aku bertemu dengan Sehun”

Sehun mempertajam pendengarannya setelah namanya disebut. “Ba..bagaimana bisa?! Germo itu?”

“A…aku tidak tahu” Perempuan yang saat ini sebagai pembicara utama itu sedikit terisak, suaranya bergetar. “Katakan jika aku salah, tapi a..aku merindukannya”

Lawan pembicara utama itu menghembuskan nafasnya. “Ayah dari anakmu itu? Kurasa kau tidak salah”

Sehun membelalakkan matanya. Sebentar dan tunggu! Otaknya masih bekerja hebat, dan mengolah setiap huruf yang dikatakan perempuan itu. Ayah dari anakmu? Ayah dari anak Yoona?

Sehun melepaskan topinya lalu segera meraih tangan Yoona. “Sehun?!” Kwon Yuri setengah berteriak, berhasil menjadi pusat perhatian di café itu.

“Terimakasih atas pemberitahuanmu, sangat membantuku” Sehun melihat Yoona dengan matanya sedikit berair. “Ada yang harus kita bicarakan”

“Kau tidak akan bisa membawanya” Tukas Yuri.

“Kau sudah tahu kekuatanku dan aku tidak perlu menjelaskannya lagi” Bantah Sehun.

Yoona masih tahu jelas akan kekuatan laki-lak ini. Seorang Oh Sehun, laki-laki ini bisa lebih kuat dua puluh kali lipat saat ia menonjok laki-laki China Zhang Yixing itu. “Tidak akan ada kekerasan” Gumam Sehun.

“Aku baik-baik saja” Yoona akhirnya mengeluarkan suara kecilnya dan berdiri lalu mengikuti Sehun. Dan kembali lagi, suasana selama di perjalanan menuju apartemen Sehun hening. Sesampainya di apartemen, Sehun membanting pintu apartemennya dengan keras.

“Jelaskan padaku” Ucap Sehun dingin.

“Apa yang harus kujelaskan?” Perempuan yang kali ini menggunakan poni itu kembali bertanya.

“Kau hamil anakku?”

Yoona terdiam, tidak menjawab.

“Dimana dia?”

Yoona tetap tidak menjawab.

Sehun melangkahkan kakinya dan berdiri di hadapan Yoona yang sedang menunduk. “Jelaskan padaku”

Yoona mendongakkan kepalanya, membalas tatapan Sehun dengan tatapan sayunya. “Tidak ada yang harus kujelaskan”

“JANGAN BERLAGAK BODOH, YOONA! DIMANA DIA, DIMANA ANAKKU?!! MENGAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU SEBELUMNYA JIKA KAU HAMIL MENGANDUNG DARAH DAGINGKU?!!” Sehun berteriak keras, frustasi dengan kenyataan yang baru saja menerpanya. “Dimana dia?”

Dan lagi, setetes air mata itu meluncur tepat di hadapan Sehun. “A..aku…keguguran. Mian..hae”

Sehun membeku, tatapannya dingin dan polos. Susah diartikan.

“Jeong..mal..mian..hae” Paras cantik itu kembali basah dengan alasan yang sama. Kehilangan.

“Kapan kau hamil?” Sehun membuka mulutnya.

“Tujuh tahun lalu” Jawab Yoona dan seketika ingatan tentang ia-melakukannya-dengan-Yoona kembali terputar. Tangisan Yoona semakin besar, ia sudah tidak bisa dan tidak kuat untuk menahan sakit itu.

Sehun melangkahkan kakinya, memeluk perempuan itu. “Dia juga anakku dan aku mengakuinya”

Yoona hanya bisa membenamkan wajahnya di dada Sehun, membiarkan air matanya membasahi baju laki-laki itu. Beberapa detik kemudian, Sehun merasakan perempuan yang berada di pelukannya saat ini tidak bergerak.

***

            Yoona membuka matanya, mengerjapkannya beberapa kali dan baru tersadar bahwa ia berada di kamar laki-laki itu. Hanya ada dia sendiri di atas ranjang dan jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Yoona bangun dari ranjangnya, melangkahkan kakinya dan berjalan keluar kamar.

Perempuan itu terhenti saat melihat laki-laki itu tidur di sofa dengan ketidaknyamanan. Tidak akan pernah seumur hidup seorang Oh Sehun akan nyaman tidur di sofa, laki-laki itu sangat tidak menyukainya dan Yoona…tahu benar akan hal itu.

Sebenarnya kita apa saat ini? Tanya Yoona dalam pikirannya sambil memandangi wajah Sehun yang sedang tertidur.

“Hey, bangunlah” Ucap Yoona seraya membangunkan Sehun. Kurang dari sedetik Sehun sudah membuka matanya. “Aku akan pulang dan kau bisa tidur di singgasanamu”

“Pulang?” Alis kiri Sehun terangkat lalu berdiri. “Ini rumahmu” Sehun melangkahkan kakinya, masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan tidurnya dengan tenang.

***

            Ia sudah tidur di atas ranjangnya, tapi mata itu tidak tertutup dengan tenang. Sehun membalikkan dirinya dan menatapi bagian ranjangnya yang masih kosong. Tarikan dan hembusan laki-laki itu tetap teratur, sampai akhirnya ia mengambil keputusan untuk melangkahkan kakinya dan berjalan keluar.

Langkah laki-laki itu terhenti saat melihat perempuan yang berhasil mengambil seluruh perasaannya akan dunia ini tertidur di sofa.

“Hey, bangunlah” Suara Sehun memenuhi ruangan yang gelap itu. Kurang dari sedetik Yoona sudah membuka matanya. “Kau bisa tertidur di singgasanaku”

Yoona terdiam membeku.

Sehun memutar bola matanya. “Aku tidak akan menyentuhmu, sungguh” Yoona masih tidak bergerak dan mencoba mencerna ucapan Sehun. “Kita pernah melakukannya dan ada apa denganmu? Tidurlah” Ucap Sehun dengan nadanya yang sedikit naik.

“Jangan sentuh aku” Yoona menjatuhkan pandangan sinisnya dan berjalan masuk ke dalam kamar Sehun.

“Aku pernah menyentuhmu, bodoh”

***

            Yoona terbangun lebih pagi dan melihat laki-laki itu masih tertidur pulas di sebelahnya. Rasa ini, bahagia. Senyum simpul terukir indah di wajah perempuan yang sedang melihati Sehun tertidur itu.

“Ada apa? Aku jauh lebih tampan?” Tanya Sehun tanpa membuka matanya.

Yoona mencoba mengendalikan dirinya dari rasa kaget. “Seberapa tinggi tingkat kepercayaandirimu saat ini?”

“Sangat tinggi” Jawab Sehun pelan. “Mencoba merubah wajahmu dengan poni bodoh itu?”

Yoona mencoba melihat poninya lalu meniupnya. “Poniku lucu”

Sedetik kemudian, Sehun menggulingkan badannya dan menindih badan Yoona dengan tangan kanan yang menompang tubuhnya. “Selamat pagi”

Yoona terdiam, membeku. Otaknya…berhenti bekerja, sungguh!

“Kau telat” Bantah Yoona yang mencoba menyembunyikan semburat merah tomat di pipinya.

“Ini masih pagi” Bantah Sehun balik.

“Ada apa?” Tanya Yoona.

“Aku tidak mendapat morning kiss-ku?” Alis kiri Sehun terangkat.

“Aku tidak pernah mengatakan–” Sehun segera memotong ucapan Yoona dengan ciuman lembut tapi panas khas dirinya.

“Aku telah memberikan jatahmu, mana jatahku?” Tanya Sehun polos saat menjauhkan kepalanya dari kepala Yoona.

“Kau bahkan bukan kekasihku, sungguh” Tukas Yoona.

“Jadi, menikahlah denganku” Gumam Sehun santai masih berada di atas badan Yoona.

“Apa?” Yoona mengerutkan wajahnya.

“Mana jarimu?” Tanya Sehun. Yoona dengan polos memerlihatkan tangannya, meregangkan setiap jari-jarinya.

Sehun memasukkan sebuah cincin dengan berlian di atasnya ke jari manis Yoona. “Aku melamarmu. Berpacaran denganmu hanya akan menghabis waktu-waktu hidupku”

Alis Yoona terangkat. “Melamarku tanpa kata-kata?”

Sehun terkekeh renyah. “Baiklah. Aku, Oh Sehun, Anak Adam, dengan ini melamarmu, kau Anak Hawa, Im Yoon Ah, dengan hormat dan penuh cinta dan kasih sayang atas diriku untukmu, menemanimu di waktu-waktu hidupmu dan akan menjadi pasangan yang akan menemanimu terbaring di peti untuk selamanya. Apa kau menerimaku?”

Yoona melepaskan tawa bahagianya, membiarkan air mata kebahagiannya meluncur begitu saja di pipi putihnya. “Aku menerimamu”

“Aku sudah tahu” Sehun mencium bibir Yoona dan hanya pagi bisu itu yang tahu kelanjutan kisah mereka.

END

         

28 thoughts on “[FF-Oneshoot] 7 Years of Love

  1. Yuhuuuu~.. Akhirnya Happy Ending… Sempet drop pas Yoona bilang kalo Sehun Itu Germo.. Wowhooho what! Hehehe suka bgt sma karakternya Sehun, Keras kpala n Pemaksa.. Bertolk belkng sma mukax yg polos n Unyu..
    Endingnya bkin senyum2 gaje.. Lmaran yg ga Romantis tp berkesan.. Pokoknya sukaaa bgt..
    aaaa q susah mw ngritik n comment apa lg.. Pokoknya D.A.E.B.A.K. D tunggu FF Sehun-Yoona lg ya.. Hwaiting! Chu~

    Like

  2. Akhirnya happy ending untuk yoonhun….
    Selama ini ffmu tentang yoonhun mereka ga pernah bersatu thor…
    Baru ini yg happy end
    maaf ya baru comment di ff yg ini…

    Aku suka karakter sehun yg cuek tapi tetep cinta bgt sama yoong unnie…

    Ditunggu ff yoonhun yg laen klo bisa yg happy end ya thor…
    Semangaaat

    Like

  3. Eh? Annyeong!^^
    Aku mampir kesini boleh dong ya? Soalnya selama ini cuma baca FF author di exoshidae fanfiction, eh mampir ke wp author._.
    Jadi aku manggilnya apa nih? Eonnie? Chingu? Atau apa?
    Spechless.. Masih nggak ngerti masalah YoonHun disini sebenernya. Kok Sehun germo? Trus itu masa lalu mereka nggak dijelasin mendetail, aku bingung._.a
    Dan Taeyeon juga Lay gimana? ._.
    Tapi bagus kok, cuma ya kurang dijelasin secara gamblang._.a
    Sequel boleh nggak thor? *plak XD
    Ditunggu FF lain loh thor! Fighting!’O’)9

    Like

    1. Terserah manggilnya apa aja :B
      Tanpa niat menjatuhkan martabat artis ya ._. Ceritanya dulu Yoona itu pelacur dan yang ngejual Yoona itu Sehun. Jadi, germonya Sehun. Taeyeon sama Lay muncul lagi kok di sequelnya (WipeY Your Eyes) 🙂

      Like

  4. WOOWWWWW.. DAEBAK..
    Ahh, susah deh deskripsiinnya..
    Sehun Germo~ awwww
    Ceritanya bener-bener bagus loh. akusuka akusuka
    selalu beda aja gitu sama cerita yg sebelum-sebelumnya~
    dan ini yg paling manis. setelah sebelum2nya author bikin kisah Sehun-Yoona itu jarang bersatu, dan inilah kejutan manis dari Author~
    heuheu aku sampe terharu..
    Tapi agak penasran jg dengan Taeyeon nya.. apa dia beneran cm sekretaris Sehun atau cuma noona nya atau….
    uggh,yasudahlah, ini cukup sampe sini aja thor ceritanya. jgn dilanjutin. hahaha xD
    gak rela kalau kisah nya nnti berubah lg.. huwwoo..

    Author mw UN kan..
    klw gtu SEMANGAT buat author… dapet nilai bagus dan masuk Univ yg diinginkan~
    Dan akan melanjutkan kisah-kisah Sehun-Yoona nya..

    Like

  5. ahah~~ keren!
    suka karakternya sehun dsini. biasanya sehun identik sma image polos, tp dsini beda bahget, kkk~

    dtunggu ff terbaru lainnya 😉

    Like

  6. Kyaaa…
    Germo?? Pelacur??
    Cerita yg beda banget thor..
    tp bayangin wajah yg kayak sehun jadi gero kayaknya gak cocok
    heheheh
    keren banget bahasanyaaaa..
    sukaa kalau sehun lagi ngomong sama yoona terus ada kata ‘bodoh’ nya…
    malah kedengarannya cinta mati gitu..
    hahahaha
    sayang ya yoona keguguran…
    padahal lucu kalau punya anak kayaknya

    Like

  7. Whaha..ini ff yang selama ini aku cari. Makasih infonya di twitter, Clora 🙂 So sweet banget. Ya..walau masa lalu yg dikit ga ngenakin-asalkan masa depan tobat tidak masalah. Ceritanya so wow 😀 Maaf dulu baca tp ga komen, baru 1 thn tobat jadi good reader, xD Keep writing 😉

    Like

  8. wah ceritanya gak terduga banget, thor. keren. tapi, sebenernya aku msh rada gak begitu ngerti soal kisah masa lalu mereka 7 tahun yang lalu itu, hehee. tapi, mungkin aku bs makin ngerti pas baca next sequelnya kali yaaa. soo, keep writing and fighting author!

    Like

  9. omg ending nua sweet bgt..
    tapi masih penasaran sama masa lalu mereka cz dsini belum terlalu jelas ceritanya..
    tapi ini daebakk

    Like

Leave a comment