[FF-Twoshoots] Sweet Nothings (1/2)

Tittle: Sweet Nothings (Ch. ½)

Author: Clora Darlene.

Length: Twoshoots.

Rating: PG-15.

Genre: Romance.

Maincast: EXO-K’s Oh Sehun, GG’s Im Yoon Ah.

Pairing: SeYoon/SeNa/HunYoong.

Disclaimer: FF ini adaptasian dari FF Anime Fairy Tail karya Clora Darlene (saya) & Flavia Dragneel dengan judul yang sama (Sweet Nothings, http://www.fanfiction.net/s/8980762/1/Sweet-Nothings). FF ini memiliki alur utama yang sama, tapi dengan alur penjelas yang berbeda. Don’t dare to copy-paste this FF w/o our permission.

Poster (Artworker): Nathaniathena (Ah, thank you so much sist for this good poster. Smooch~)

Author Note: Ini adalah FF pertama saya yang menggunakan poster, hoho._. Cuma mau bilang, semoga suka dan jangan lupa commentnya (: Happy reading, rdrs!

***

Tanpa sadar, iris madu itu terus terpaku terhadap perilaku laki-laki beriris pure hazel itu. Entah itu senyumannya, tingkahnya, caranya berbicara, atau saat ia sedang memamerkan kesempurnaanya saat dance, atau mungkin bagaimana cara iris pure hazel itu menangkap iris madunya dan menatapnya dengan dalam. Sebuah tatapan hangat nan nyaman. Suaranya, matanya, bibir, hidung, kulit porselen– dipadu-padakan dengan tepat dan menjadikannya sebuah maha karya terbaik Tuhan.

Iris madu itu sangat mengerti– well, itu karena ia mengalaminya juga– terbangun dari amnesia dan melupakan setengah kisah dari hidupnya itu tidak menyenangkan dan sungguh merepotkan. Dan ditambah dengan fakta yang meninju wajahnya bahwa ia telah bertunangan.

Tidak pernah terbayangkan oleh seorang Im Yoon Ah– dancer perempuan terbaik nomor dua Perserikatan Bakat SMTown– akan terbangun dan dikagetkan dengan sebuah pernyataan seorang laki-laki yang mengatakan ia telah bertunangan. Dan terbangun dengan keadaan ia lupa segalanya. Ia melupakan teman-temannya, kehidupan sebelumnya dan sebuah perserikatan bakat yang telah menjadi rumahnya untuk waktu yang lama.

Perserikatan Bakat SMTown adalah sebuah perserikatan yang menampung orang-orang berbakat. Terutama di bidang tarik suara, dance, rapping dan akting. Dan telah membuktikan kekuatan mereka dengan menjadi perserikatan bakat nomor satu se-Korea Selatan saat ini.

Yoona melirik cincin yang terlingkar sempurna di jari manisnya. Mengingat kembali penjelasan tunangannya mengenai cincin silver tersebut.

“Kau jarang mengenakannya karena kau takut jika cincin itu akan hilang terus-menerus” Kalimat alasan itu tetap terngiang-ngiang di otak Yoona.

“Apa aku seceroboh itu?” Yoona mengembungkan kedua pipinya dan menatap tunangannya yang saat ini duduk di hadapannya, di sebuah coffee break.

“Kau ceroboh” Oh Sehun, mengangguk pelan lalu menyesap pelan kopi hangatnya. Yoona menghembuskan nafasnya. “Jika kau tidak ceroboh, mungkin saja kau tidak akan amnesia seperti saat ini”

“Itu hanya sebuah kejadian…” Yoona terdiam, memikirkan kata yang tepat untuk membela dirinya. “Ketidaksengajaan”

Tawa Sehun pecah. “Ketidaksengajaan? Sungguh?”

“Sungguh” Yoona mengangguk yakin dan membentuk tanda peace dengan dua jarinya. “Tiffany tidak sengaja menjatuhkan botol Jack Daniel’s-nya dan aku juga tidak sengaja terpeleset karena botol itu”

“Bodoh” Sehun kembali tertawa kecil.

“Ayolah, aku tidak bodoh” Yoona memutarkan bola matanya kesal.

“Baiklah, ayo pulang” Sehun bangkit lalu menyodorkan tangan putihnya. Tanpa berbasa-basi dengan otaknya, Yoona meraih tangan laki-laki berambut pirang dengan campuran hitam itu. Menyambut tangan laki-laki itu dengan tangan hangatnya.

“Kau sudah membeli tiket pertunjukan musikal Seohyun?” Sehun membuka suaranya pertama kali saat kedua pasang kaki itu melangkah bersama di sepanjang jalan pulang.

Yoona mendongak, menatap polos iris pure hazel Sehun. “Aku sudah membelinya. Aku belum memberitahumu?”

“Lihat, kau ceroboh”

“Aku tidak ceroboh, aku hanya lupa” Yoona meninju lengan Sehun pelan dan berhasil membuat laki-laki itu terkekeh kecil di udara akhir musim gugur ini. “Yang lainnya mendapatkan tiket hari pertama, sedangkan aku– well, itu karena aku telat– aku mendapatkan tiket hari kedua. Kau baik-baik saja dengan hari kedua? Maksudku, tidak bersama yang lain”

Tangan Sehun tiba-tiba menyelip hangat di mantel merah Yoona, merangkul pinggang perempuan itu dan menariknya mendekat. “Kau terlalu cerewet” Sehun terkekeh pelan dan menjatuhkan pandangannya pada iris madu yang saat ini berada di dalam dekapannya.

“Aku serius”

“Aku juga” Sehun memasang tampang santai-berguraunya. “Kau terlalu serius. Aku baik-baik saja” Sehun mencolek dagu perempuan itu lalu tertawa.

Yoona mencoba merendam detak jantungnya yang sudah tidak karuan. Laki-laki ini selalu berhasil membuatnya mati gaya dan kaku. Yoona menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan pelan, mencoba menyamankan dirinya di dalam dekapan Sehun selagi mereka berdua berjalan.

Yoona kembali mendongakkan kepalanya, melihat Sehun– yang tidak melihatnya. “Apa kau tidak kesal denganku? Aku kehilangan ingatanku, ingat? Aku melupakanmu sebelumnya. Bahkan aku meragukanmu yang mengatakan kita telah tunangan”

Sehun kembali menatap Yoona yang juga menatapnya. “Aku bukan Leo yang tidak bisa membuat Paige jatuh cinta lagi kepadanya”

Kini tawa Yoona yang pecah. Mengingat sebuah film yang mengisahkan tentang seorang perempuan– telah menikah– kehilangan ingatannya yang tidak akan pernah kembali. The Vow, mengingatkan Yoona terhadap dirinya sendiri yang mengalami amnesia.

“Aku Oh Sehun yang dapat membuat seorang Im Yoon Ah jatuh cinta lagi  kepadaku” Senyum Sehun mengembang– lebih ke sebuah senyum mengejek yang menggoda.

Awalnya, aku memang tidak mempercayainya sebagai tunanganku. Sungguh. Sampai ia memberikanku cincin perak itu dan dia benar. Mungkin dia telah membuatku jatuh cinta (lagi) kepadanya.

“Dan kau Im Yoon Ah-ku yang sedang jatuh cinta kepadaku” Sehun terkekeh pelan lalu mencium kening Yoona cukup lama.

Lagi, Yoona tidak dapat merendam detak jantungnya. Ia takut jika Sehun dapat mendengar dan merasakan jantungnya yang berdetak terlalu cepat– ayolah, ini karena dia yang bersikap terlalu manis dan romantis.

“Aku mencintaimu” Tanpa bisa dikendalikan, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Yoona. Untuk seumur hidupnya, ia yakin ia tidak akan menyesali perkataannya barusan.

Butuh sedetik untuk menyadari bahwa semua pejalan kaki hampir menghentikan langkah mereka, begitu juga dengan Sehun dan Yoona.

‘Jika salju pertama kali turun dan kau memikirkan seseorang. Kau pasti sangat mencintainya’

Untuk pertama kalinya salju turun, tepat saat Im Yoon Ah memikirkan seseorang di dalam otaknya.

Entah sejak kapan Sehun mengambil sebuah benda dari dalam sakunya, tapi benda berbentuk lingkaran itu telah siap di depan jemari Yoona. “Aku berencana akan melakukan hal ini lusa. Tapi karena aku tidak ingin kehilangan momentum yang tepat saat salju kembali turun untuk pertama kalinya ini,” Sehun menggantungkan ucapannya.

“Aku memintamu untuk melewati hidup ini di sisiku. Untuk menjadi setengah dari diriku dan teman duniawi terbaikku. Im Yoon Ah-ssi, kau akan menikah denganku dan mengganti margamu dengan margaku, bukan?”

Yoona terdiam. Ia berpikir keras…dan seketika air matanya pecah. Sebuah senyum menghiasi wajahnya.

“Dan?” Alis kiri Sehun terangkat.

“Aku mau” Yoona tertawa kecil dan setetes air mata terjun bebas dari matanya.

Tanpa basa-basi, laki-laki dengan iris pure hazel itu memasangkan cincin silver itu di jari manis calon istrinya, seakan-akan cincin lamarannya itu menindih cincin tunangannya.

Dan, aku pasti sangat mencintainya.

***

            “Aku akan kembali besok. Jangan lupa baju hangatmu” Ucap Sehun di depan pintu flat sederhana Yoona.

Yoona mengangguk. “Aku tidak akan lupa” Yoona tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang sempurna.

“Baiklah. Aku pulang dulu” Setelah salam ringan itu terucapkan dan terbalas, Yoona melangkahkan kakinya masuk ke dalam flat-nya. Menggantungkan mantel merahnya dan masuk ke dalam kamar.

Beberapa saat, ia hanya menghabiskan beberapa menitnya hanya terduduk di atas ranjangnya dengan kaki disilangkan. Lalu berniat membuka lemarinya dan menemukan sebuah kotak berwarna tosca di dalamnya. Yoona kembali menyilangkan kakinya dan duduk di lantai, meraih kotak tersebut lalu membukanya.

Dari awal ia membuka lemarinya– setelah amnesia melandanya– kotak tosca itu sudah berada di sana. Yoona mengambil kesimpulan bahwa kotak tersebut memang sudah ada lama sekali. Dan isinya adalah barang-barang kesukannya. Perasannya mengatakan seperti itu kepadanya.

Dan benda terakhir yang ia masukkan adalah VCD ‘The Vow’. Film terakhir nan sedikit tragis yang ia tonton bersama Sehun. Ia tidak tahu kenapa ia menaruhnya di sana, tapi kembali perasannya mengatakan bahwa tempat yang tepat untuk VCD itu adalah di kotak tosca itu.

***

            Sejak kapan seorang Oh Sehun menjadi bagian terpenting dalam sarapan seorang Im Yoon Ah? Sepenting fotosintesis yang membutuhkan karbon dioksida untuk menghasilkan oksigen?

Kita kehabisan selai” Gumam Sehun yang baru saja menutup lemari makan Yoona.

“Aku tidak sempat pergi ke minimarket” Yoona mengembungkan kedua pipinya gemas.

Sehun meraih mantel hitamnya yang tergantung. “Aku akan ke minimarket. Kau mau ikut?”

“Aku ikut!” Yoona setengah berteriak nyaring, loncat dari kursi makannya dan ikut mengenakan mantel merahnya. “Kajja!”

Sehun hanya tersenyum melihat kelakuan tunangannya dan membiarkan tunangannya menarik tangan porselennya.

Bagi seorang Yoona, cukup mengherankan bahwa tunangannya ini hanya menyukai selapis roti tawar dengan selai blueberry untuk sarapan. Tidak, bukan karena Sehun membenci sandwich. Tapi laki-laki itu hanya dan selalu ingin selapis roti tawar dengan selai blueberry untuk sarapannya.

Dan entah sejak kapan, Yoona juga mulai mengikuti tunangannya. Hanya membutuhkan selapis roti tawar dan selai strawberry untuk sarapannya yang sempurna. Ah, serta Oh Sehunnya.

Butuh sekitar dua puluh satu menit untuk pasangan calon-suami-istri itu keluar dari minimarket dan kembali melangkahkan kaki mereka pulang.

“Jangan lupa nanti malam” Beritahu Yoona, mengingatkan Sehun. “Pertunjukan musikal Seohyun”

“Ah,” Sehun mengangguk pelan. “Pertunjukan itu. The Little Mermaid, bukan?”

Kini giliran Yoona yang mengangguk senang dan antusias. “Ne. Tokoh princess kesukaanku. Ariel mempunyai rambut merah yang bagus” Oceh Yoona tanpa bisa dihentikan.

“Aku yakin, Ariel atau bahkan Neptunus tidak mempunyai jam untuk bertransformasi menjadi Power Rangers” Tawa Sehun meledak dan diikuti tawa Yoona. “Ayolah, berhenti bercerita tentang Ariel. Aku tidak mengerti. Bahkan aku tidak pernah menonton filmnya”

“Maka kau harus menontonnya” Ucap Yoona, hampir seperti menggoda Sehun.

“Tidak akan” Sehun memutar iris pure hazel-nya.

Entah sejak kapan, Sehun baru menyadari kaki Yoona berhenti melangkah. Berdiri di depan sebuah rumah mewah dan terlihat iris madunya bergetar. Dada perempuan itu naik dan turun dengan cepat, menandakan pernafasan perempuan itu juga cepat dan pendek. Tidak teratur.

Kejadian yang membuatnya keluar dari rumah. Kejadian yang membuatnya memutuskan untuk mulai tinggal sendiri. Kejadian yang hampir merenggut kasih sayangnya akan ayahnya sendiri. Kejadian tersebut terputar pahit di otak Yoona seperi sebuah film pendek nan tragis.

Saat ibunya meninggal dan ayahnya kembali berdiri di atas pelaminan bersama perempuan lain.

Yoona sengap memikirkan kejadian tersebut. Ia memang amnesia– iya, dia amnesia– tapi ia hanya melupakan setengah hidupnya. Dan kejadian yang satu ini, ia bersumpah, sampai hembusan nafas terakhirnya nanti ia tidak akan pernah melupakannya. Tiap seperminisecond-nya tidak akan ada yang terlewat.

Tangan Sehun melayang begitu saja, menarik tangan Yoona dan memasukkan perempuan berbadan sexy itu ke dalam pelukannya.

Ada yang janggal dari perasaan Sehun. Dan jelas iris pure hazel itu menyadarinya.

Lambat tapi pasti, air mata Yoona mulai membasahi baju abu-abu Sehun. Tanpa suara dan hanya hembusan angin musim dingin di antara mereka. “Mari kita pulang”

***

            SEOHYUN

            Aku senang, Sehun menontonku. Walaupun di hari kedua, well aku tetap menikmatinya. Aku ingin menunjukkan– dan sebenarnya juga ingin memberitahunya– bakat aktingku. Aku ingin dia…melihatku secara keseluruhan.

Bawah aku di sini juga mencintainya. Aku juga mencintainya.

***

            Yoona– perempuan yang mengenakan mantel putih dan jeans hitam– dengan setia menggandeng tangan Sehun. Keduanya melangkahkan kaki mereka menepaki salju yang telah menyelimuti jalanan beraspal. Sesekali udara dingin itu terhangatkan dengan tawa kecil mereka berdua.

“Aku akan langsung pulang” Sehun membuka suaranya setelah kedua pasang kaki itu sampai di depan flat Yoona. “Kau akan baik-baik saja’kan?”

Tawa Yoona kembali meledak. “Aku telah hidup di dunia ini lebih dari delapan belas tahun tanpa dirimu dan aku masih bernafas hingga saat ini”

Sehun hanya tersenyum tipis. “Kutunggu besok siang di apartemen”

Kening Yoona mengerut. “Besok siang? Ada apa? Kau membuat pesta?”

“Aku hanya ingin menunjukkan bagaimana caraku-yang-sebenarnya untuk melamarmu” Sehun tertawa.

“Baiklah, baiklah” Yoona mengangguk dengan menahan tawanya. “Besok siang. Okay, aku tidak akan lupa”

***

            “Kau yakin ini milikku? Ini bisa saja milik pasienmu yang lain”

“Tidak”

“Mungkin kau melakukan kesalahan saat melakukan uji coba di laboratorium. Selalu ada peluang untuk hal yang satu itu”

“Tidak. Aku melakukannya sesuai prosedur dan tidak ada yang salah”

“Ayolah, kau bercanda”

“Di saat seperti ini kau masih bisa mengatakan bahwa aku bercanda?”

“Peluang kau bercanda juga ada”

“Dengar. Kau masih bisa ‘menyelamatkan’ dirimu sendiri. Berhentilah datang ke klub ataupun bar. Berhentilah meminum segala jenis alkohol”

“Aku hanya meminum sedikit, sungguh”

“Sedikit? Hey, kau meminum segala bentuk minuman keras itu. Jack Daniel’s, Lowenbrau Dark Beer, Lowenbrau Special Beer, Schaefer Malt Liquor, Vodka Citrus, Cabernet Sauvignon. Perlukah aku menyebutkan semua minuman keras yang kau punya?”

Hening. Senyap. Sengap.

“Kau harus menghentikan semua aktivitas-minum-meminummu. Jika kau tidak berhenti, minuman keras itu akan membunuh ginjalmu sebelum mereka benar-benar memastikan untuk membunuhmu”

***

            Yoona menahan tawanya sambil memikirkan rencana konyol tunangannya. Hanya ingin menunjukkan cara-melamar-yang-sesungguhnya pada dirinya? Sebelum momentum salju-pertama-kali-turun membuat laki-laki itu mempercepat pelamarannya.

Sehun terlihat lebih kekanak-kanakan dari yang Yoona kira.

Yoona melirik jari manisnya. Dua buah cincin melingkar sempurna di jari manisnya yang lentik.

Tangan perempuan itu kembali sibuk mengetuk pintu cokelat apartemen Sehun. Butuh beberapa detik untuk laki-laki itu membuka pintu apartemennya dan mempersilakan perempuannya masuk.

“Jadi,” Yoona menggantungkan ucapannya. “Apa?”

“Awalnya, aku akan mengajakmu makan siang bersamaku” Gumam Sehun polos.

Yoona terkekeh pelan, menggigit bibir bawahnya– menahan tawanya yang kapan saja siap meledak. “Berjuta laki-laki akan melamar pasangannya saat makan malam. Dan kau…saat makan siang?”

Sehun menarik kursi meja makannya, mempersilakan Yoona untuk duduk. “Ingat. Aku berbeda dengan berjuta laki-laki yang kau sebut barusan dan aku akan menggunakan caraku sendiri”

Yoona semakin menggigit bibir bawahnya– tidak, bukan karena ia menahan tawanya lagi. Kini ia menahan teriakan histerisnya!

Ah, laki-laki ini mempunyai keromantisannya sendiri. Pikir Yoona.

“Dan kau hanya memberiku selapis roti tawar dan selai strawberry untuk makan siangku?” Alis kiri Yoona terangkat saat matanya menangkap roti tawar yang telah dilapisi lumuran selai strawberry.

“Tentu saja” Sehun tertawa lalu memakan roti tawarnya yang tentu saja sudah dilumuri dengan selai blueberry kesukaannya.

Yoona hanya tersenyum kecil lalu mulai memakan makan siangnya.

Sebenarnya, roti tawar ini menjadi lebih enak dari Entrécote Steak. Pikir Yoona lagi dan menyantap gigitan terakhirnya.

“Lalu?” Yoona kembali membuka mulutnya.

“Sebentar” Sehun bangkit dari kursinya. Pergi beberapa detik dan kembali dengan dua buah botol yoghurt– minuman kesukaan Yoona– lalu memberikan satu botolnya kepada Yoona. “Aku akan melakukan pertunjukkan kecil saat kau menghabiskan yoghurt-mu”

Alis kiri Yoona kembali terangkat. “Berjuta laki-laki akan memberikan pasangannya wine

Sehun tertawa kecil. “Dan aku tidak termasuk ‘berjuta laki-laki’ itu”

Yoona mengangguk pelan. “Hm, terlihat konyol dan tidak romantis” Yoona terkekeh pelan.

“Aku akan membuatmu berteriak histeris dan mengakui bahwa aku sangat romantis” Sehun menarik tangan Yoona, mendekati sebuah piano hitam di dekat jendela besar apartemennya.

“Aku tidak pernah melihatmu memainkan piano sebelumnya”

“Maka kau akan melihatnya sekarang. Jangan lupa minum yoghurt-mu” Sehun terkekeh pelan lalu duduk di bangku pianonya dan mulai menyentuh tuts-tuts piano.

Yoona mengikuti intruksi Sehun– meminum yoghurt-nya.

Let me love you and I will love you, until you learn to love yourself. Let me love you, I know your trouble. Don’t be afraid, oh, I can help…” Sehun tetap memainkan tuts-tuts pianonya, menghela dengan nafas pelan.

Let me love you and I will love you, until you learn to love yourself. Let me love you, a heart of numbness gets brought to life. I’ll take you there…

‘Pertunjukan kecil’ Sehun selesai diakhiri dengan nada tuts-tuts piano yang ringan. Laki-laki itu mendongak, melihat Yoona yang berdiri di sebelah piano hitamnya.

“Kau akan melamarku dengan lagu itu?” Alis kiri Yoona terangkat.

“Tidak. Itu hanya lagu yang mendeskripsikan dirimu yang baru saja terpeleset botol whiskey” Seisi ruangan itu langsung terpenuhi oleh tawa keras Sehun.

“Kau hanya ingin mengatakan bahwa aku hilang ingatan” Yoona memutarkan bola matanya. “Jadi apa lagu sebenarnya?”

“Haruskah aku menyanyikannya?”

“Harus” Jawab Yoona yakin.

Sehun menghembuskan nafasnya, lalu kembali menarikan jari-jari lentiknya di atas tuts-tuts piano.

Across the ocean, across the sea. Starting to forget the way you look at me now. Over the mountains, across the sky. Need to see your face, I need to look in your eyes…

All alone, in my room. Waiting for your phone call to come soon and for you, oh, I would walk a thousand miles to be in your arms, holding my heart…

Oh, I, Oh, I, I love you and everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight. Be alright, ai-ai-ai-aight…

You know that I care for you. I’ll always be there for you. I promise I will stay right here, yeah. I know that you want me too. Baby we can make it through anything. Cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight. Be alright, ai-ai-ai-aight…

            Through the sorrow and the fights. Don’t you worry, everything’s gonna be alright…

Yoona terdiam. Perempuan itu lebih seperti membeku, detak jantungnya sudah tidak karuan dan tidak bisa dikendalikan.

“Ingin kembali mengatakan aku tidak romantis?” Sehun tertawa menggoda.

Yoona menyadarkan dirinya dan mengatur nafasnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali. “Well, hm–” Yoona tidak bisa berkata-kata. “Aku suka”

Sehun bangkit dari bangku pianonya. “Aku sudah tahu” Dan kembali tertawa mengejek. “Aku harus mengambil sesuatu. Sebentar” Lagi, Sehun lenyap di balik pintu kamarnya.

Yoona mengitari apartemen Sehun, sementara laki-laki itu menghilang. Sampai mata Yoona menangkap sebuah kertas di atas meja ruang tengah Sehun. Perempuan itu refleks meraih kertas putih tersebut lalu memfokuskan otaknya pada setiap kata yang tercetak.

Hening dan senyap.

“Hey, ka–” Ucapan Sehun terhenti saat iris pure hazel-nya menangkap Yoona memegang sebuah lembar kertas yang ia yakini perempuan itu telah membacanya.

Mata perempuan itu telah berkaca-kaca tipis. “Berniat menjelaskan ini?”

Sehun berpikir sejenak. Satu-satunya lembaran kertas yang berada di atas mejanya adalah hasil laboratorium yang di berikan Jira padanya. Ia ingin merampas kertas itu, tapi otaknya kembali berpikir. Percuma, Yoona telah membacanya.

“Kenapa kau tidak memberitahuku?” Tangan Yoona sedikit bergetar dan iris madunya tergenang air mata.

Sehun melepaskan barang berbentuk persegi panjang itu dari tangannya dan menjatuhkannya di atas meja. “Apa yang perlu kujelaskan?”

Satu pertanyaan itu berhasil membuat Yoona sengap. Mulutnya kaku dan tenggorokannya terasa kering seketika.

Sehun kembali melangkahkan kakinya, ingin meraih tubuh mungil Yoona tapi perempuan itu lebih dulu mundur selangkah. Seakan-akan menjauhi diri Sehun. Sehun menyadari respon Yoona dan menatap iris madu di hadapannya telah basah berair.

“Kau tidak pernah membicarakan hal ini sebelumnya…bersamaku” Yoona terisak pelan. “KAU MENGALAMI KERUSAKAN GINJAL DAN APA ALASANMU UNTUK TIDAK MEMBERITAHUKU?!!!” Yoona membentak Sehun keras. Urat biru Yoona semakin terlihat jelas di leher dan pelipisnya. Yoona segera berlari ke mini bar apartemen Sehun. Mengambil sebuah botol Jack Daniel’s yang berukuran satu jengkal tangannya lalu melemparnya ke lantai dan membiarkan suara pecahan botol kaca itu memecah ketegangan di antara mereka.

Sehun menghela nafasnya pelan, dadanya juga terasa sesak. Ia melangkahkan kakinya, melewati Yoona lalu kembali dengan mantel hitam yang telah ia kenakan. Yoona masih menangis frustasi di mini bar Sehun, sedangkan laki-laki itu pergi begitu saja melewati Yoona. Hilang di balik pintu cokelat apartemennya.

Dada Yoona terasa sesak. Oksigen yang berada di sekitarnya tidak cukup untuknya saat ini. Paru-parunya tidak berfungsi dengan benar. Pusat sarafnya seperti mati. Detak jantungnya tidak karuan. Kantung air matanya terus memproduksi cairan bening itu dan membiarkannya keluar dari mata sayu Yoona, membiarkan paras cantik itu basah dengan cairan kesakitan tersebut.

Yoona mengigit bibir bawahnya dengan keras, menahan teriakan histerisnya. Alhasil, bibir tipis itu berdarah. Cukup sakit tapi tidak sesakit perasaannya saat ini. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Yoona meremas kertas putih yang berada di tangannya, kertas yang menjadi bukti bahwa tunangannya menderita kerusakan ginjal ringan.

***

            Sehun kembali ke apartemennya cukup larut malam. Tentu saja apartemennya telah kosong dan gelap. Yoona telah meninggalkan apartemennya, pikir Sehun rasional.

Sehun menghabiskan waktunya setelah lari-dari-apartemennya-sendiri hanya di sebuah pub langganannya. Tidak, ia tidak bisa berhenti meminum minuman keras itu. Minuman keras itu adalah pelariannya dari segala masalah, minuman yang berhasil membuat dirinya sedikit lebih tenang.

Sehun menyalakan lampu apartemennya, melihat keadaan mini bar-nya telah bersih dari pecahan botol whiskey yang Yoona lemparkan tadi.

Yoona? Sehun menanyakan nama itu pada dirinya sendiri setelah nama perempuan itu melintas cepat bak kereta ekspres di otaknya.

Sebuah kertas berwarna oranye tergeletak di atas meja mini bar-nya.

Maafkan aku.

Aku me…n…cintai…mu.

Yoona.

            Sehun dapat merasakan setiap lekukan yang diakibatkan ujung pulpen Yoona yang terlalu ditekan keras. Dapat merasakan bahwa tangan perempuan itu bergetar hebat saat ia menulis surat ini.

Sehun mengelus pelan ujung kertas kecil tersebut.

Dan ia dapat merasakan kelembaban yang diakibatkan air mata Yoona yang terjatuh tepat mengenai kertas oranye itu.

Sehun membalikkan dirinya, meraih benda persegi panjang di atas meja ruang tengah apartemennya lalu kembali hilang di balik pintu cokelat apartemennya.

***

            Sehun mengetuk pelan pintu putih di hadapannya, pintu flat sederhana Yoona. Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya di dalam saku mantelnya dan membenamkan setengah wajahnya di dalam mantelnya. Entah ini benar atau hanya perasaannya saja, awal musim dingin ini menjadi lebih dingin untuk Sehun.

Butuh sekitar delapan puluh enam detik untuk Yoona membuka pintunya. Perempuan itu mengenakan sweater putih yang kebesaran, celana panjang rumahan berwarna cokelat dan sandal rumah yang hangat.

Iris madu itu menatap iris pure hazel yang hampir tenggelam dalam balutan mantel hitamnya. Kedua iris itu saling menatapi satu sama lain, seperti saling berbicara.

Akhirnya Yoona menghembuskan nafasnya, membuat kepulan uap di udara yang dihasilkan karbon dioksidanya.

“Aku minta maaf” Seakan-akan hembusan nafas Yoona barusan adalah sebuah ‘kode’ untuk Sehun memulai pembicaraan di antara mereka.

Yoona tetap terdiam, fakta yang menghantam dirinya siang tadi masih melekat erat di otaknya.

Sehun menghembuskan nafasnya, menarik mantelnya dan membiarkan seluruh wajahnya diterpa angin musim dingin yang membawa butiran-butiran salju putih. “Maafkan aku karena aku tidak memberitahumu sebelumnya”

Dinginnya musim salju itu tidak berhasil mendinginkan mata Yoona yang kembali mulai memanas.

“Aku bersumpah atas hidupku, aku tidak akan minum lagi. Maafkan aku” Kalimat itu akhirnya meluncur halus dari mulut Sehun.

Yoona langsung memeluk laki-laki itu dan membasahi mantel Sehun dengan cairan tangisannya. Membenamkan kepalanya di pundak Sehun.

Sehun masih merasakan badan Yoona bergetar dan nafas perempuan itu tidak teratur. Laki-laki itu tidak tahu siapa yang menggerakkan tangannya, tapi tangan porselennya kita telah mengelus rambut panjang perempuan yang berada di dalam dekapannya saat ini. Isakan Yoona terdengar jelas di indera pendengaran Sehun dan itu cukup membuatnya…sakit.

“Kau harus kembali ke dalam. Udara semakin dingin” Gumam Sehun hampir seperti berbisik. Laki-laki itu melepaskan peluka Yoona, menatap iris madu yang telah basah itu. Yoona tidak mencoba menghapus air matanya.

Sehun mengeluarkan benda persegi panjang dari dalam saku mantelnya. “Maafkan aku jika ini membuatmu terkejut dan terkesan mendadak. Aku mencintaimu” Sehun menyodorkan benda tersebut lalu mencium kening Yoona cukup lama.

***

            Yoona tidak bisa berkata-kata. Sungguh.

Setelah memastikan Sehun kembali ke apartemennya, perempuan itu segera kembali ke dalam flat-nya dan membuka ‘benda’ yang diberikan Sehun kepadanya.

Yoona melirik cincin tunangan dan cincin lamarannya. Kedua cincin itu telah Yoona satukan– well, setidaknya Yoona bersyukur karena dia dapat menemukan seorang ahli perak yang berhasil menyatukan kedua cincin tersebut.

Sebuah cincin baru yang terbentuk dari dua cincin. Jika cincin itu dilepas dan diregangkan, seperti membentuk angka delapan atau lambang ‘ketidakhinggaan’.

Yoona kembali menjatuhkan titik fokus matanya pada benda berwarna krem metalik dengan tulisah berwarna tosca dan hiasan berwarna hitam metalik yang saat ini masih dipegangnya. Benda persegi panjang tersebut telah menjadi bukti bahwa enam hari dari malam ini, seorang Im Yoon Ah akan sah menjadi istri seorang Oh Sehun.

***

            “Kau menyatukan cincinnya?”

“Ya. Untuk menghindari kehilangan salah satu atau mungkin keduanya”

“Bukankah ini seperti angka delapan?”

“Tepat sekali. Kau pintar akhir-akhir ini”

“Atau mungkin seperti lambang infinity

And in this moment, I swear. We are infinite” Perempuan itu tersenyum kecil.

***

            Enam kali setelah bumi berotasi.

Iris madu itu terlihat bingung. Pergerakannya tidak bisa dimengerti dan tidak bisa diprediksikan.

Ada apa dan kenapa semua orang tidak bersiap-siap?

Ini…adalah hari pernikahannya bersama Sehun. Pikir Yoona. Dan seluruh anggota perserikatannya terlihat…biasa-biasa saja.

Sehun pasti telah mengedarkan undangannya, dia sendiri yang mengatakan akan memberikan undangan tersebut kepada yang lain. Pikir Yoona lagi, mencoba menggali percakapannya beberapa hari lalu bersama Sehun.

Yoona melangkahkan kakinya keluar dari elevator dan segera memacu kakinya menuju ruang latihan Sehun.

“Jangan katakan pada siapapun tentang pernikahan ini. Aku ingin mengejutkan semuanya

“Sehun-ah…” Yoona memanggil Sehun, seorang laki-laki yang mengenakan Jack Daniel’s white tshirt dan sedang latihan dance bersama timnya– Kai, Luhan dan Hyoyeon.

“Ada apa?”

Yoona mengerutkan keningnya. “Bukankah hari ini adalah hari pernikahan kita?”

TBC

            Rrrr, so how’s? Ini ceritanya mau buat readers penasaran ._. Tapi rupanya gagal. Don’t forget the comment, ne (:

28 thoughts on “[FF-Twoshoots] Sweet Nothings (1/2)

  1. Ffnya cukup mnarik mski ad beberapa pnggal kata yg tdk aq mengerti tp slebihnya tdk mngurangi maksud dari critanya… Choa^^v

    Like

  2. Annyeong aq Reader bru disini *BOW
    FFnya KEREN Thor …
    Next Chap. di tnggu yha and jngan Lma” !!! 🙂 🙂 🙂

    Like

  3. Hohohhooo….
    Mkin Suka sma Tulisannya Chingu nih…
    Kereeen banget.. Sbenerx msih banyak prtxaan d part in..
    Mulai dri Yoona yg bsa ilang ingatan.. Sehun yg skit ginjal.. Dn hbngan mereka d msa lalu..
    N yg sblum TBC tu jg rda2 bingung… *readers lemot*
    ditunggu part 2nya ya chingu…
    Jangan lama2.. Wookeeeeeee
    Fighting!!

    Like

  4. Aslieee makin kecee tulisan nya thor ..
    Makin sukaaa , ceritanya juga bagusss 🙂
    Ditunggu kelanjutannya thor ..

    Like

  5. jiah…. iris madu sma iris pure hazel ,keren bahasa nya, ntah itu melankolis,atw puitis??? 🙂 hwaiting thor , iris madu sma iris pure hazel nya semoga bersatu mnjadi iris madu susu coklat dengan sentuhan cinta

    Like

  6. Kyaaaa..
    Kerennn?? Emnag sehun punya masalah apa??
    bukannya hidupnya udah bahagia sama yoona??
    ckckckkc
    gak bersyukur banget,, sampai-sampai ginjalnya dirusak..
    aigoooo..
    tapi sehun romantis banget..
    tp perasaan sehu ke yoona gimana si sebenarnya??

    Like

  7. Sumveh gua mau baca kelanjutannya deg degan banget eon 😀 Hei eon, aku jg reader baru. Terlempar dari YoongEXO ke sini. Bangapta 🙂

    Like

  8. Ceritanya bagus banget, kak. Gak nyesel aku, hehe. seru, gak bosenin kok. Dan sempet terharu juga pas yoona tau kalo sehun sakit kerusakan ginjal gitu, ini gak sad end kan? oya, seohyun nya gimana? dia kan suka sama sehun? duh, jangan sampe dia jadi orang ketiga nya yoona-sehun deh ya, kak hehe. ok, aku lanjut bacanya ya. fighting!!

    Like

  9. Sehun knp?? Q pikir sehun mati loh. Mungkin author bisa lebih teliti lg. Karna ada beberapa kalimat yg wkt dibaca terdengar aneh dan ada huruf yg hilang

    Like

Leave a comment