[FF-Oneshoot] 3rd Note: Just One Yesterday

Tittle: 3rd Note: Just One Yesterday

Author: Clora Darlene

Rating: PG-13

Length: Oneshoot

Genre: Romance

Main Cast(s): EXO-K’s Oh Sehun, GG’s Im Yoon Ah.

Disclaimer: Mine.

Author Note: Hi! Aduh maaf banget uda gak pernah update FF 😦 Dan maaf banget kalo cerita FF ini pasaran sepasar-pasaran mungkin. Tapi semoga tetep suka 🙂 Comment juseyo!<3

Poster: Big thanks to my eonnie, marelamera (http://highschoolgraphics.wordpress.com/) ❤

***

            Aku tidak peduli seberapa banyak waktu yang telah kulewatkan bersamanya, sejak awal pertemuan kami. Tapi semuanya masih terasa kurang untukku. Aku membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk bersamanya.

            Bahkan ‘seumur hidupku’ masih terasa kurang.

            Terbebas dari ruang dan waktu yang bisa melenyapkanmu menjadi abu, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalmu.

            Untuk apa mengenalmu?

            Untuk apa jatuh dan mencintaimu begitu dalam?

            Untuk apa kau ada di dalam hidupku? Untuk merubahku?

            Ya, kau telah merubahku setiap harinya.

            Kau merubah diriku yang kemarin hanya mencintaimu, dan hari ini aku lebih mencintaimu, dan esok kau akan merubahnya lagi―menjadi tidak ada seorangpun yang akan mencintaimu sebesar aku mencintai sosokmu.

            Kau adalah hal kecil yang membesar di dalam kehidupanku, memerankan peran penting di dalamnya dan sekejap kau menjadi segalanya yang kupunya.

            Dan,

            terimakasih.

            Karena telah menjadi itu semua untukku.

Yoona menatapi sebuah gambar sketsa rumah―dengan banyak jendela, sebuah kolam renang untuk menikmati musim panas dan halaman rumah dengan banyak tanaman untuk menyegarkan mata―yang tergantung di dinding sebuah apartemen.

Gambaran itu benar-benar menggambarkan rumah idamanya, rumah impiannya, rumah masa depannya―

Yoona menoleh, menatap seorang laki-laki yang sedang sibuk mempersiapkan makan malam.

―bersama seorang Oh Sehun.

“Aku tidak sabar menunggu waktu untuk segera pindah ke rumah ini” Gumam Yoona dengan sebuah senyuman manis menggantung di wajahnya dengan telunjuk yang menunjuk sketsa rumahnya idamannya. “Kau akan membangun rumah ini untukku, bukan?”

Dari jauh sana, ada sosok Sehun yang juga ikut tersenyum tetapi tangannya tetap sibuk mempersiapkan makan malam. “Ya, tentu saja”

“Kau janji?”

“Kau tidak percaya padaku?”

Yoona menoleh lagi, ia dapat melihat seulas senyum menawan khas Sehun. “Apa kau bisa dipercaya?”

“Wow, itu sangat kasar sekali, Nona Im” Timpal Sehun lalu membawa dua piring makan hasilnya malam ini. “Setidaknya kau percaya bahwa Beef Teriyaki buatanku adalah Beef Teriyaki terenak yang pernah kau makan selama hidupmu” Sehun tertawa.

Yoona tersenyum kecil lalu melangkah menuju Sehun, melingkarkan tangannya pada leher Sehun.

“Oh, lihat sekarang. Ada apa denganmu yang tiba-tiba bermanja padaku?” Tanya Sehun yang lebih terdengar seperti sedang menggoda perempuannya. “Kau ingin apa?”

Yoona masih tidak menjawab pertanyaan Sehun, ia menutup mulutnya rapat-rapat dengan sebuah senyuman penuh arti dan misterius.

Melihat senyuman Yoona yang penuh arti dan tatapan Yoona yang…

Demi Tuhan! Sehun tidak dapat mengendalikan imajinasi liarnya!

“Jangan katakan kau ingin…itu?”

Itu apa, hm?” Tanya Yoona, senyuman dan tatapannya semakin membuat Sehun tidak dapat menelan salivanya dengan mudah. Imajinasi Sehun semakin liar, ia sudah menyiapkan berbagai variasi gaya pada permainan mereka nant―Yang benar saja! Apa yang baru dia pikirkan?!

Melakukannya?”

Melakukan apa?” Yoona semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Sehun. Bahkan Sehun dapat merasakan terpaan deru nafas Yoona pada kulitnya. Lalu tangan halus Yoona mulai menelusuri pipi putih Sehun dan mengelusnya pelan.

Se..ks?” Sehun selalu ragu dalam pengucapan kata yang satu itu.

Yoona mendengus kasar lalu melepaskan rangkulannya. “Aku hanya ingin memintamu membeli eskrim untukku, bukan seks” Gumam Yoona.

“Jika kau ingin eskrim, katakan saja. ‘Sehun-ah, aku ingin eskrim, belikan aku eskrim’ tanpa perlu membuatku berimajinasi yang tidak-tidak” Ucap Sehun kesal.

Yoona menarik kursi meja makan lalu duduk. “Well, itu bukan salahku. Aku tidak melakukan apa-apa, tetapi kau terlalu buru-buru memikirkan hal yang tidak-tidak”

“Tidak melakukan apa-apa? Kau menyebutnya ‘tidak melakukan apa-apa’?”

Yoona mendongak, menatap Sehun dengan wajah polosnya lalu mengangguk.

“Kutunjukan kau ‘tidak melakukan apa-apa’ versiku” Sehun menarik tangan Yoona lalu mencium bibir perempuan itu seketika.

Yoona terlihat kaget dan Sehun merasakan hal itu. Mata Yoona membulat, iris madunya tampak terang sekali. Bibir Sehun pintar sekali menggoda bibir Yoona dan bibir mungil pink itu masih belum tahu harus melakukan apa.

Ciuman Sehun terasa manis, bukan panas. Semakin dalam lumatan bibir Sehun pada bibir Yoona, semakin membuat perempuan itu kehilangan nafasnya.

“Berhenti” Yoona langsung mendorong Sehun. Yoona tampak terengah-engah, ia masih belum bisa mengimbangi nafas Sehun yang panjang. Bahkan untuk mengendalikan detak jantungnya yang berdetak dengan kecepatan lebih dari biasanya ia terlihat payah kali ini.

“Apa yang kaulakukan?! Oh, astaga!” Suara Yoona naik satu oktaf, memecahkan keheningan apartemen. “Bibirku?! Ciuman pertamaku?! Oh, astaga!”

“Sebuah kehormatan menjadi ciuman pertamamu, Im Yoon Ah-ssi” Sehun mengerling nakal lalu terkekeh pelan, ikut menarik sebuah kursi meja makannya dan duduk di hadapan kursi meja makan Yoona. “Duduklah, jangan nervous seperti itu”

“Kenapa kau melakukannya?!” Suara Yoona kembali membesar.

“Yoona-ya, itu hanya sebuah ciuman. Okay?” Sehun tampak santai sekali.

“Kenapa kau melakukannya?! Kenapa kau menciumku?!!”

“Karena aku tidak ingin ada laki-laki lain yang menjadi ciuman pertamamu. Ciuman pertamamu haruslah aku” Gumam Sehun, tampak santai tetapi sorot matanya terasa dalam pada iris madu Yoona. “Aku tahu, aku sedikit memaksa. Tapi hanya sedikit. Dan itu sebagai penambah perayaan hari jadi bersama kita yang keduapuluhlima”

Yoona menatap Sehun dengan tatapan ketidakpercayaannya, nafasnya sudah mulai normal. “Kau berhutang cincin pernikahan padaku”

Sehun tertawa. “Tentu saja. Akan kulunasi”

Yoona kembali duduk. “Dan eskrim” Lanjut Yoona, masih dengan wajah kesal. Yoona memulai makan malamnya―Beef Teriyaki buatan Sehun selalu menjadi hal terenak baginya.

Kenapa Beef Teriyaki?

Well, hanya karena Beef Teriyaki-lah yang bisa Sehun masak. Bahkan baginya―Sehun―memasak Beef Teriyaki lebih mudah dari membuat telur mata sapi.

“Apa kau tidak pernah terpikir untuk menyusul keluargamu? Ke Amerika? Dan tinggal seumur hidup di sana?” Tanya Yoona, membuka percakapan kali ini―well, sebenarnya ia sedang susah payah untuk melupakan kejadian-ciuman tadi.

“Aku berhenti memikirkan hal itu sejak dua puluh lima bulan lalu” Jawab Sehun. “Semua keluargaku yang berada di luar Amerika ditarik kembali, masuk ke dalam Amerika oleh kakekku. Kau sudah mengetahui ceritanya”

“Ceritakan lagi” Pinta Yoona, terdengar sangat manja.

Sehun melirik Yoona dan perempuan itu memamerkan honey puppy-eyes-nya. “Kakekku melakukan itu semua karena saat itu perusahaan keluarga kami berada di jalan menuju pemusnahan. Maksudku, bangkrut. Aku kembali ke Amerika saat umurku 6 tahun dan mulai melanjutkan sekolahku di sana bersama sepupu-sepupuku―Jessica, Krystal, Kris, Edison, Tiffany, dan yang lainnya”

Sehun menghela nafasnya. “Aku kembali ke Korea dengan sebuah rencana sederhana. Awalnya aku hanya akan menjadi siswa Sekolah Menengah Atas selama tiga tahun dan setelah kelulusan aku akan kembali ke Amerika. Tetapi hingga saat ini aku bahkan masih berdiam diri di Seoul, dan ada ada sedikit perubahan pada rencana sederhananya”

Well, sebenarnya bukan aku yang mengubahnya tetapi dirimu” Gumam Sehun santai lalu menyendok makan malamnya. “Karena kau tidak ingin pergi ke Amerika bersamaku dan tinggal di sana”

Yoona melirik sinis Sehun, sekana ada serentetan kata yang diucapkan Yoona pada tatapannya.

“Ya, aku tahu. Aku mengerti” Timpal Sehun.

Yoona tersenyum dan kembali melanjutkan makan malamnya.

Jauh di dalam benak Yoona, ada rasa syukur yang tidak terbatas yang dirasakan. Sehun memang pernah―beribu kali―meminta Yoona untuk pergi dan tinggal di Amerika bersamanya. Tetapi melihat keadaan keluarga Yoona yang bahkan Yoona sendiri benci melihatnya.

Orang tuanya bercerai saat ia baru berumur empat tahun, dan saat itu ia masih berstatus anak tunggal. Well, dan tidak ada kemungkinan Yoona akan memiliki saudara kandung sedarah. Ibunya meninggalkan ayahnya tanpa ada janin di dalam rahimnya dengan DNA yang sama dengannya.

Ibunya entah telah pergi kemana saat ini, tidak pernah menampakkan wajah yang 98 persen mirip dengan Yoona. Manik mata, hidung, mata, semua yang pernah orang lain lihat ada di Yoona juga begitu pada ibunya.

Dan ayahnya―oh, betapa Yoona menyayangi ayahnya itu.

Ayahnya sangat memperhatikan dirinya semenjak perceraian. Ia menjadi seorang ayah sekaligus ibu yang hebat untuk Yoona. Hanya ayahnya yang ia miliki saat ini―well, dan Sehun juga yang telah menjadi bagian dari dunianya selama dua puluh lima bulan terakhir ini.

Dan, tidak mungkin bukan Yoona meninggalkan ayahnya sendiria di Seoul sementara ia menikmati hidup barunya di Amerika bersama Sehun? Oh, Yoona masih mengerti arti balas budi itu.

Sehun mengerti itu semua. Semuanya. Setiap detail kecil masalah Yoona.

Dan ia―Oh Sehun―lebih memilih untuk menunggu.

“Kau masih berhutang eskrim padaku, ingat” Gumam Yoona, menyelesaikan sendok terakhirnya lalu meminum segelas jus jeruk segar.

Sehun mengangguk. “Kita akan pergi setelah aku menghabiskan makan malamku”

“Makananmu sudah habis lebih dulu dariku” Timpal Yoona lalu memutar iris madunya.

Sehun mengangkat gelasnya yang masih berisi sedikit jus jeruk. “Aku belum selesai”

“Aku ingin membeli banyak eskrim” Gumam Yoona, seakan ia berbicara pada dirinya sendiri.

“Kau tidak pernah membeli eskrim dengan jumlah sedikit” Sela Sehun.

Yoona menatap Sehun tajam. “Selesaikan saja makan malammu”

“Aku sudah selesai” Sehun membersihkan pinggir bibirnya dengan selembar tisu, bangkit lalu meraih jaketnya. Yoona juga ikut berjalan di belakang Sehun, membiarkan laki-laki itu memakaikannya mantel hitamnya.

Keduanya bersamaan keluar dari pintu apartemen, membiarkan Sehun mengunci pintu sejenak lalu mulai berjalan bersama―menikmati malam.

“Jika kau kembali ke Amerika, apa yang akan kaulakukan?” Tanya Yoona. Kepulan uap terus-menerus keluar beriringan dengan deru nafasnya, begitu juga dengan Sehun. Tangannya melingkar sempurna di pinggang ramping Yoona dan membiarkan perempuan itu berjalan sedekat mungkin dengannya.

“Menjadi pemegang saham perusahaan bersama sepupuku yang lain. Setelah orang tua kami berhenti menjadi pemegang saham, mereka akan menurunkannya kepada anak-anaknya dengan persentase yang sama besar. Jadi, sahamku akan sama besarnya dengan Jessica, Kris, dan yang lainnya” Jelas Sehun. “Kakek akan tetap menjadi pemegang saham utama dan terbesar”

“Jadi, kau akan sering menggunakan kemeja, jas dan dasi, duduk di balik meja dengan berbagai kertas yang siap kau tandatangani?” Tanya Yoona dengan sebuah senyuman kecil. Bayangannya akan Sehun dengan kemeja, dasi dan jas…Oh, Yoona menyukai bayangannya itu.

“Begitulah” Sehun tersenyum kecil.

“Menurutmu, siapa yang akan menjadi pemegang saham utama selanjutnya?” Yoona menyukai setiap cerita tentang Keluarga Sehun. Cerita itu seakan juga menunjukkan sisi lain seorang Oh Sehun yang belum pernah ia ketahui sebelumnya, tidak pernah ia temui sebelumnya.

“Jessica. Kakek telah memilih Jessie sebagai pemegang saham utama selanjutnya” Jawab Sehun seadanya.

“Kukira kau adalah cucu kesayangan kakekmu” Yoona terkekeh pelan.

“Memang seperti itu” Timpal Sehun puas―well, tentu saja, dia adalah cucu kesayangan kakeknya. “Tetapi Jessica selalu bekerja dengan perfeksionis, itu mengapa kakek memilihnya. Padahal dia tidak bisa bekerja di dapur dan takut dengan anak kecil. Dan hal kesukaannya adalah berteriak. Terpeleset, dia berteriak. Melihat nyamuk, dia berteriak. Kalah dalam bermain games, dia akan berteriak. Yang kutakutkan adalah jika dia tidak memenangkan sebuah penawaran dan dia akan berteriak di ruang meeting” Sehun tertawa kecil, mengingat saudara sepupunya yang satu itu.

“Bagaimana dengan yang lain? Krystal? Kris? Edison?”

“Krystal sama ributnya dengan kakaknya, Jessica. Hanya saja Krystal tidak pernah tertarik dengan saham yang diberikan. Kurasa dia masih belum siap menjadi pemegang saham karena dia masih sangat muda, paling muda di antara kami. Kris adalah yang paling pendiam. Dia akan memegang perusahaan yang berdomisili di Kanada, karena dia terlahir di sana. Edison adalah yang paling ribut. Dia sangat suka dengan takdirnya yang menjadi pemegang saham, tetapi dia terlalu ceroboh” Jelas Sehun panjang lebar. Oh, sudah berapa lama dia tidak bertemu dengan saudara-saudaranya itu? Tidak melihat mereka? Bagaimana rupa mereka sekarang?

“Bagaimana denganmu?” Tanya Yoona, yang terdengar seperti menggoda.

Sehun melirik Yoona dan menyadari tatapan perempuannya itu. “Sehun adalah yang paling menawan dari semua saudaranya. Dia sangat pintar membuat strategi untuk memenangkan penawaran, itu mengapa dia dapat memenangkan hati seorang Im Yoon Ah”

Tawa Yoona meledak setelah mendengar serentetan kata menggoda dari Sehun. “Oh, yang benar saja, Demi Tuhan. Kalimat macam apa itu? Darimana kau mendapatkannya?”

“Itu kalimat sarkastik baru” Gumam Sehun membela dirinya sendiri lalu mendorong pintu sebuah market yang tidak jauh dari apartemennya.

Keduanya masih tertawa kecil, hingga tatapan Yoona terpenuhi dengan eskrim. Seakan makanan dingin itu dapat menghipnotisnya kapan saja.

“Kurasa ini rasa baru” Sehun menyodorkan sebuah eskrim dengan rasa Ceri.

“Aku sudah pernah mencobanya, dan itu bukan rasa baru” Beritahu Yoona.

“Benarkah? Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya” Sehun melihati eskrim berbungkus warna merah itu.

“Jangan menjadi seseorang yang kurang update, Sehun-ah”

Iris pure hazel Sehun terputar. “Yang benar saja, untuk apa menjadi orang terupdate mengenai eskrim”

“Itu penting, Sehun-ah. Sangat penting, kau tahu” Timpal Yoona, tidak melirik Sehun sedikitpun.

“Aku tidak tahu” Sela Sehun.

“Ya!”

“AH!” Teriakan refleks Sehun bertepatan saat kaki Yoona mendarat keras di kakinya.

“Jangan memulai”

“Oh, astaga, kau yang memulainya lebih dulu” Sehun meringis. Kakinya terasa berdenyut-denyut setelah Yoona berhasil menginjaknya dengan sempurna.

“Kajja, kita ke kasir” Yoona tersenyum lebar lalu menarik lengan Sehun. Yoona membeli cukup banyak eskrim untuk menjadi temannya malam ini. Ia dan Sehun akan berencana menonton film bersama.

Setelah menyelesaikan pembayaran, keduanya kembali berjalan―pulang ke apartemen hangat Sehun.

Keduanya sama-sama tersenyum, tertawa, saling merangkul, bercanda dan menikmati malam sempurna mereka.

Yoona adalah orang pertama yang duduk di sofa sembari membuka salah satu eskrimnya, dan Sehun masih harus mengambil remote TV yang ia tinggalkan di dapur.

“Apa yang akan kita tonton malam ini?”

Titanic

“Apa? Itu film lama”

“Dengan cerita yang bagus” Sehun tersenyum mantap.

Kening Yoona mengerut dalam, tidak setuju dengan film pilihan Sehun kali ini. Yoona mendengus. “Aku bahkan sampai hafal dialognya. You jump―”

I jump” Potong Sehun lalu duduk di sebelah Yoona setelah mematikan lampu apartemen, menyalakan TV lalu mengaturnya sejenak. “Selamat menonton, Im Yoon Ah-ssi”

“Aku telah menonton film ini sebanyak kau telah memintaku untuk ikut bersamamu ke Amerika” Canda Yoona lalu bersandar pada Sehun yang duduk di sebelahnya.

“Sebanyak apapun aku memintamu, akan ada saatnya aku akan benar-benar membawamu ke sana” Gumam Sehun dengan sebuah senyum kecil, tatapannya lurus ke arah TV.

Kedunya sama-sama terdiam, terhanyut dengan fokus masing-masing terhadap film yang menampilkan seorang Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet.

Ending-nya sangat mengenaskan” Gumam Yoona, membuka suaranya lagi lalu menguap.

“Aku tahu” Timpal Sehun, tidak melirik Yoona sedikitpun.

“Lalu mengapa kau menontonnya?”

“Hanya review” Jawab Sehun singkat.

Yoona mendengus pelan lalu merapatkan dirinya dengan Sehun. Matanya semakin terasa berat, dan hingga benar-benar terpejam.

Cukup lama Sehun menyadari Yoona telah tertidur di sebelahnya, di dalam dekapannya. Wajah perempuannya terlihat sangat tenang sekali.

Ia akan menghabiskan seluruh waktu hidupnya bersama perempuan ini.

Memiliki anak, menjadi tua, Yoona yang beruban duduk di sebelahnya dan dikelilingi oleh cucu-cucu mereka―Sehun tersenyum lalu mencium kening Yoona.

***

            Yoona terbangun karena lehernya terasa tidak enak. Oh, great. Pikir Yoona saat ia merasakan lehernya benar-benar kaku karena posisi tidurnya yang tidak enak. Ia mengucek matanya karena silau akan sinar TV dan mendapatkan Sehun yang telah tertidur pulas di sebelahnya.

Yoona mencoba menatap jam dinding. Pukul 3 pagi waktu setempat. Yoona mengeratkan mantelnya, membereskan barang-barangnya lalu kembali ke sofa―dimana tempat Sehun tertidur pulas.

Ia berencana pulang, kembali ke rumahnya. Selalu ada taksi yang beroperasional selama 24 jam, bukan?

“Mimpi indah” Yoona tersenyum kecil, lalu memberanikan dirinya untuk mencium bibir Sehun sekilas. Ada perasaan yang tidak bisa Yoona tahan terhadap Sehun, terasa menggebu-gebu pada dadanya setiap ia melihat sosok Sehun―sosok yang paling ia inginkan.

Yoona melangkah keluar dari apartemen lalu mencoba mencari taksi.

***

            Sehun terbangun karena suara dering ponselnya yang tidak henti. Ia benar-benar tersadar saat menyadari Yoona sudah tidak ada di sebelahnya, matanya menelusuri setiap sudut apartemennya yang dapat ia jangkau di kegelapan―tidak ada barang-barang Yoona.

Tida mungkin Yoona terbangun lalu berpindah dan tidur di kama Sehun.

Ia pasti pulang. Hanya itu kemungkinannya.

Sehun meraih ponselnya. Ada nama Suho tertera di depannya.

“Ini masih pag―”

Yoona meninggal” Hanya itu kalimat yang diucapkan Suho―teman baik Sehun―di ujung sana.

“Apa? Biar kutebak, kau bercanda atau mabuk? Atau sleepwalker-mu kumat kembali?”

Dia…pergi, Sehun-ah

Sehun mengenali Suho dengan baik. Nada bicara Suho kali ini menunjukkan dia serius atau tidak ada sedikitpun terselip kebohongan―dan Sehun membenci dirinya yang sangat mengenal setiap nada bicara Suho.

Sehun melirik sebelahnya, tempat dimana baru saja Yoona tertidur di sebelahnya. Baru saja.

Astaga, baru saja Yoona masih tertidur di sebelahnya, Demi Tuhan, dia tidak berbohong atau berkhayal!

“Aku benar-benar berharap kau berbohong sekarang, sungguh” Sehun menahan isakan kerasnya. Dadanya terasa ditinju. Dinding pertahannya runtuh begitu saja, tidak ada yang tersisa. “Di…mana…dia?”

Setelah mendapatkan alamat rumah sakit, Sehun melempar ponselnya, meraih kunci mobil lalu mengendari mobilnya secepat mungkin. Buku tangannya memutih mengenggam dinginnya setir mobil.

Wajahnya sudah tampak basah, matanya memerah. Dadanya benar-benar terasa sesak. Setiap inderanya terasa lumpuh. Tidak ada kekuatan yang tersisa di dirinya.

Mobil Sehun memelan saat melewati kawasan jalan layang. Ada keramaian di pagi buta seperti ini. Matanya dapat menangkap dinding pembatas jalan hancur begitu saja sepanjang dua hingga tiga meter.

Ini adalah satu-satunya jalan yang akan dilewati Yoona untuk pulang dari apartemennya. Tidak ada jalan lain.

Tangan dan kakinya terasa lemas. Bahkan untuk menginjak pedal gas atau memutar setir mobil ia seakan sudah tidak kuat. Fakta menjelaskan kejadian yang berbeda dengan keinginannya.

Di saat Yoona masih hidup di dalam keinginannya, dan meninggal di waktu yang sama dalam kehidupannya.

Mobil Audi hitam Sehun terparkir tidak sempurna di depan sebuah rumah sakit. Ia berlari secepat mungkin. Ia tidak pernah berharap sebesar ini atau ini adalah harapan terbesar dalam hidupnya. Ia tidak peduli jika Tuhan tidak akan memberikannya harapan lagi setelah ini.

Tapi ia berharap semua yang Suho katakan tidak benar sedikitpun.

Iris pure hazel-nya dapat menatap seorang laki-laki tua berusia lebih dari setengah abad. Seseorang yang ia kenal dengan baik. Wajah laki-laki itu sama basahnya dengan wajahnya―air mata.

Langkah Sehun tampak getar, tidak berani mendekat. Suho baru saja keluar dari sebuah ruangan dan ia sudah dapat menatap sosok Sehun yang mengenakan mantel hitam. Rambut pirang-hitam teman baiknya itu tampak acak-acakan. Wajahnya terlihat pucat bak mayat.

“Dia ada di dalam” Beritahu Suho pelan, menunduk dalam. Sehun masih terdiam panjang, tidak merespon apapun. Hingga ia memberanikan dirinya untuk membuka pintu putih itu.

Iris pure hazel-nya menatap seorang dokter sedang menyelimuti seorang yang tertidur di atas ranjang sana hingga batas kepalanya.

“Apa Anda keluarganya?” Tanya sang dokter.

Sehun hanya mengangguk kecil.

“Maafkan kami karena tidak dapat menyelamatkan Nona Yoona. Keadaannya benar-benar buruk setelah taksi yang ia tumpangi menabrak dinding pembatas jalan layang dan terjatuh. Tulang rusuknya menusuk jantungnya sendiri, dan kami sudah tidak dapat melakukan apa-apa” Jelas sang dokter.

Sehun seperti orang terbodoh sepanjang sejarah ini. Ia tidak mengerti setiap rinci penjelasan yang baru saja dokter ungkapkan kepadanya.

Seakan tulang rusuknya juga baru saja menusuk jantungnya juga. Kenapa ia tidak mati? Bukankah harusnya ia mati juga? Bukankah ia juga harus terkapar di atas sana dan diselimuti seperti itu? Jantungnya sudah tidak berdetak lagi, tidak berfungsi. Untuk apa dia berdiri di sini? Dia sudah menjadi mayat dan tidak berarti apa-apa semenjak Yoona meninggalkan apartemennya.

Dokter dan beberapa asistennya itu keluar berpamitan dari ruangan. Sehun melangkah pelan, memberanikan dirinya untuk membuka selimut putih itu.

Tangisnya meledak. Itu benar-benar Yoonanya. Yoonanya. Itu orang yang baru memakan Beef Teriyaki bersamanya, orang yang baru saja berjalan bersamanya dan membeli banyak eskrim di sebuah market di dekat apartemennya, orang yang baru saja menemaninya menonton Titanic, orang yang ia bayangkan akan menjadi tua bersamany―

“Bangunlah…” Suara Sehun terdengar serak dan hampir seperti berbisik―lirih.

Sehun bahkan menggigit tangannya hanya untuk tidak membiarkan teriakannya bergema keras. Sehun meraih tangan dingin Yoona, lalu menggenggamnya dengan kedua tangannya―sangat erat.

“Bukankah kita akan pergi ke Amerika? Ayolah, kumohon, Yoona-ya. Aku mencintaimu, sungguh…” Ada rasa sakit yang tidak bisa Sehun bendung dalam dirinya. Sebagian dirinya tiba-tiba lenyap. “Yoona-ya…”

“Kenapa kau tidak bangun? Aku tidak menyukai ini..”

Waktu bergilir di jalan yang tidak Sehun sukai. Hingga datang hari dimana Yoona akan makamkan. Di saat seluruh pelayat pulang, Sehun masih berdiri di samping batu nisan Yoona―dengan setelan jas hitam. Matanya terlihat sayu.

Awalnya ia tidak percaya semua ini.

Hingga ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Yoona ditimbun di bawah sana.

Sehun duduk terdiam di sebelah makan Yoona, seakan berbicara pada Yoona di dalam hatinya. Mengobrol seperti biasa.

“Aku merindukanmu” Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Sehun. “Sangat merindukanmu, benar-benar merindukanmu”

“Jika aku bisa menukar seluruh hari esokku hanya untuk satu hari kemarin,” Tarikan nafasnya tertahan. “Aku akan menukarnya, Yoona-ya”

Sehun kembali ke apartemennya saat petang. Ia berdebat dengan pikirannya sendiri.

Andai ia tidak pernah bertemu dengan Yoona.

Tidak pernah mengenal Yoona.

Tidak pernah jatuh cinta kepada Yoona.

Ingatannya mulai berkelana ke beberapa waktu lalu―jauh sekali.

Saat ia pertama kali bertemu dengan Yoona. Ia masih mengingatnya dengan baik. Tersimpan rapih dalam sebuah kotak memori yang tidak lekang oleh ruang, tidak musnah oleh waktu.

Sehun menghabiskan hari-harinya hanya dengan terduduk di dalam apartemennya. Ia seperti mayat hidup. Dinding pertahanannya masih belum berdiri sempurna lagi. Masih banyak rasa sakit yang dapat menyerangnya.

Sehun melangkahnya kakinya menuju kulkasnya, lalu membuka freezer dan mendapatkan kantung plastik putih di dalamnya. Ia meraihnya lalu membuka.

Irisnya terlihat bergetar dan setitik air mata jatuh.

Itu adalah eskrim yang Yoona beli bersamanya―untuk terakhir kalinya.

“AAAAAAAAAHHHH!!!!!!” Sehun membantingnya lalu menjatuhkan berbagai barang pecah belingnya dan membiarkan berdenting dengan lantai marmer apartemen.

Apartemennya tampak kacau balau. Berbagai pecahan beling berserakan di mana-mana, terutama di dapur. Sehun terduduk di dapurnya, dengan sekantung eskrim.

Hello? Xavier? Oh, God! My son!

Suara ibunya di ujung sana bahkan tidak dapat mengembalikan ketenangannya. “Aku akan pulang”

Kau benar-benar akan pulang? Kapan? Mom akan meminta Kris untuk men―

“Jangan menjemputku. Taruh saja mobilku di bandara, aku membawa kunci cadangannya” Gumam Sehun pelan, terdengar lirih. “Aku akan sampai LA dua hari lagi. See you soon, Mom

Mungkn kembali ke rumah adalah hal yang terbaik―pikir Sehun.

Semakin lama ia berada di Seoul, akan semakin banyak ingatan hangat yang akan berubah menjadi mata pisau tajam yang akan menusuk dirinya sendiri.

***

            LAX―7:58AM, Los Angeles Standard Time.

Sehun berjalan dengan menggeret koper hitamnya. Kacamata hitamnya membantunya untuk menyembunyikan mata sayunya.

Udara Los Angeles.

Keramaian Los Angeles.

Semuanya. Ia seakan melupakan ini semua.

Sehun mengendarai mobil sport-nya menuju sebuah mansion. Mansion itu tampak cukup ramai, mungkin ibunya membuat pesta untuk merayakan kembalinya dirinya.

Dan benar, ibunya benar-benar membuat pesta.

Cousin! You back!” Jessica adalah orang pertama yang memeluknya.

Welcome home, bro” Suara berat itu―Kris.

Thank you” Sehun hanya tersenyum kecil lalu melepaskan dirinya dari pelukan Jessica.

Long time no talk, Xavier” Edison tersenyum kepadanya.

I miss you, a lot, you know” Krystal juga ikut tersenyum manis kepadanya, menyambut kepulangannya.

I miss you too, Krys” Sehun tersenyum kecil.

My son!” Suara hangat itu―ibunya.

Sehun memeluk ibunya dengan sangat erat. Ingatannya saat Yoona memeluknya, hangatnya pelukan Yoona, aroma khas tubuh Yoona―

Sehun melepaskan pelukannya, sebelum semua ingatan itu benar-benar menyerangnya.

Hey, mom” Sehun tersenyum kecil.

***

            “Bagaimana Korea? Seoul? Aku bahkan hampir kehilangan aksen Korea-ku” Gumam Krystal saat makan malam bersama.

“Bagaimana studi di sana? Apa lebih baik dari Amerika? Bagaimana rasanya di sana? Makanannya? Apa sehat? Apa mereka menggunakan minyak diet?” Kini Jessica mengoceh panjang lebar dengan berbagai pertanyaan yang ditembakkan khusus untuk Sehun.

“Ayolah, Nuna juga orang Korea” Timpal Sehun dengan sebuah senyuman hambar.

“Aku pindah ke Amerika saat umurku dua tahun” Jessica membela dirinya sendiri.

“Aku bahkan pindah ke Amerika saat masih berada di kandungan. Mom  dan Dad tidak mengizinkanku keluar dari Amerika hingga aku berumur 21 tahun. Konyol, bukan?” Oceh Krystal. “Peraturan macam apa itu? Aku hanya tahu ‘oppa’ dan ‘eonnie’”

Suasana saat makan malam terasa tidak cukup hangat untuk Sehun yang masih terasa dingin. Yoona masih membayanginya, tentu saja.

Sehun bahkan sempat terpikir, hidupnya tidak akan semulus seperti sebelumnya―tidak akan pernah setelah semua kejadian yang menimpanya.

“Kakek memanggilmu” Suara ibu Sehun membangunkannya dari lamunannya. Sehun hanya mengehela nafas lalu melangkah menuju kamar kakeknya.

“Annyeonghaseyo, Hal-aboji” Sehun membungkuk 90 derajat, memberikan salam tersopannya.

“Sudah lama tidak melihatmu, Sehun-ah”

Kakeknya adalah satu-satunya orang yang masih memanggilnya dengan Nama Korea-nya di dalam mansion ini.

“Maafkan aku karena tidak pernah memberi kabar” Beritahu Sehun, menunduk dalam.

“Tidak apa-apa. Aku senang jika kau menikmati kehidupanmu di tanah kelahiranmu. Aku telah melihat semua berkas studimu, menakjubkan seperti biasa”

“Gamsahamnida, Hal-aboji”

“Duduklah sebentar, kita berbincang sejenak” Kakeknya tersenyum ramah.

***

            3 Minggu kemudian.

Sehun terduduk di lantai kamarnya, bersandar pada dinding dengan lutut kaki yang ia tekuk. Pikirannya tampak kosong, tidak banyak hal yang ia pikirkan saat ini.

Hari ini adalah tepat pekan ketiga setelah semua insiden yang menimpa Yoona. Menjadi setenang ini sangat susah untuk Sehun, semua akting ini terasa menjadi bebannya. Ingin sekali ia berteriak, menghancurkan segala yang ada di sekitarnya, menangis frustasi, tapi keadaan mengikatnya.

Ia tidak pernah berekspetasi bahwa dirinya dapat menjadi setenang ini.

Masih ada gejolak dalam dirinya.

Rasanya masih berat untuk melepaskan Yoona dari dalam dirinya―hampir mustahil.

Sehun menatap dua cincin yang ia kenakan pada satu jari manis yang sama, lalu menyentuh dan memutarnya. Waktu juga terus berputar seperti itu.

Sehun menyadari ketidakmungkinan dia akan seperti ini sepanjang hidupnya nanti. Akan ada saatnya dimana ia harus merelakan Yoona dan semua yang pernah mereka lalui bersama-sama. Dimana semua bayangannya menjadi tua bersama Yoona harus tergantikan oleh sosok perempuan lain.

***

            Sehun berada di sebuah lokasi pembangunan. Ia ingin semuanya tampak sempurna di bayangannya―beserta di sketsa.

Ia berencana membangun sebuah rumah besar tetapi minimalis.

Sebuah rumah yang ia janjikan kepada Yoona. Rumah dengan banyak jendela, sebuah kolam renang untuk menikmati musim panas dan halaman rumah dengan banyak tanaman untuk menyegarkan mata. Dan ia ingin menepati janjinya.

Ia membawa sebuah bingkai foto dengan gambar sketsa di dalamnya―itu juga sebagian dari Yoona. Ia juga ingin tetap Yoona hidup di dalam dunianya.

***

            Sehun baru melangkah masuk ke dalam mansion. Ia tahu mala mini adalah acara makan malam bersama yang telah dirancang oleh kakeknya. Tapi menjadi seorang pemegang saham baru cukup membuatnya kerepotan selama di perusahaan. Banyak hal baru yang harus beradaptasi dengannya.

“Oh, ini dia yang kita tunggu-tunggu” Ibu Sehun terlihat bahagia sekali, ia melangkah menyambut anak sematawayangnya itu.

“Maafkan aku karena keterlambatan ini” Sehun mencoba sesopan mungkin, menggunakan bahasa formal hanya sekedar untuk formalitas.

Oppa selalu terlambat” Celetuk Krystal. Sehun tersenyum manis―terlalu manis.

“Oh Sehun imnida, bangapseumnida” Sehun membungkuk 90 derajat kepada parat tamu yang diundang oleh kakeknya.

Mata Sehun dapat menangkap sosok perempuan yang akan duduk berhadapan dengannya nanti selama makan malam.

“Duduklah, kita akan mulai makan malamnya” Ibu Sehun tidak henti tersenyum, mengingat makan malam ini akan menjadi pertemua pertama anaknya dengan calon menantunya.

Sehun menarik kursi putih meja makan, duduk berhadapan dengan seorang perempuan berambut hitam. Tapi iris pure hazel Sehun tidak tertarik sedikitpun pada perempuan yang akan dijodohkan dengannya, tetapi irisnya tampak membulat besar saat melihat wanita paruh baya yang duduk di sebelah si perempuan berambut hitam.

“Ini anakku, Yuri. Kwon Yuri” Wanita paruh baya itu tersenyum lalu mengelus pelan rambut si perempuan berambut hitam yang notabene adalah anaknya―yang bernama Kwon Yuri.

Sehun tidak dapat memalingkan tatapannya dari si wanita paruh baya. Ia bahkan terlihat membeku dalam duduknya.

“Sehun-ah, apa yang kaulakukan?” Ibu Sehun menangkap tingkah laku aneh anaknya itu.

Sehun mengerjapkan matanya beberapa kali, ia masih belum bisa mengendalikan detakan jantungnya yang bergejolak sejak tadi.

“Aku pernah bertemu denganmu sebelumnya” Gumam Yuri untuk pertama kalinya, berbicara kepada Sehun.

Sehun mengalihkan pandangannya. “Ini adalah pertemuan pertama kita, Yuri-ssi” Sehun tersenyum hambar.

“Tapi untukku ini adalah yang kedua” Yuri terdiam sejenak. “Aku melihatmu berada di makam kakak tiriku seharian saat hari pemakamannya” Lanjut Yuri, cukup membuat seluruh anggota Keluarga Sehun bertanya-tanya.

Sehun menyadari kemana arah Yuri membawa percakapannya ini. Ke masa lalunya.

“Kau kenal anakku? Yoona? Im Yoon Ah?” Kini si wanita paruh baya angkat bicara.

Oh, Tuhan, tolong, jangan menyebutkan nama itu. Tolong, jangan.

Sehun menelan salivanya dengan susah payah, tangannya bergetar memegang sendok makan yang baru ia raih.

“Kami turut berduka cita atas meninggalnya Yoona” Kakek Sehun membuka suaranya.

Iris madu yang ia lihat di hadapannya kini, iris madu si Ibu Yuri…sama dengan iris madu Yoona. Mata yang ia rindukanya untuk ditatapnya.

“Jadi kau mengenal kakakku? Yoona eonnie?” Tanya Yuri lagi, tetapi ada sedikit keraguan di dalam nadanya.

Sehun menarik nafas panjangnya, mencoba tidak membiarkan suaranya bergetar atau terdengar lirih. “Ya, aku mengenalnya”

Sangat mengenalnya.

“Apa dia rekan kerjamu? Bekerja bersamamu?”

“Tidak” Jawab Sehun singkat.

“Teman satu sekolah?”

Sehun mendongak, menatap manis Yuri dan ibunya bergantian. “Dia adalah tunanganku”

Mimik wajah Yuri dan ibunya beserta seluruh anggota Keluarga Sehun berubah begitu drastis setelah mendengar sebuah pengakuan sederhana Sehun.

“Kau bertunangan di Seoul?!” Suara Jessica melengking, tetapi Sehun tidak memiliki waktu untuk menanggapinya.

“Mengapa kau tidak memberitahu mom dulu?” Ibu Sehun menyikutnya.

Sehun tersenyum tipsi lalu balik berbisik. “Maafkan aku”

“Kau…bertunangan…dengan Yoona? Yoona tidak pernah memberitahuku” Ibu Yoona―yang notabene adalah Ibu Yuri―tampak shock sekali.

“Maafkan kami karena tidak memberitahu. Mianhamida” Ucap Sehun dalam. Sehun melepaskan salah satu cincin yang melingkar di jari manisnya lalu menyodorkannya ke Ibu Yoona. “Aku mengembalikan ini kepada Anda” Sehun tersenyum kecil.

Ibu Yoonamasih tidak dapat mempercayai benda melingkar yang berada di atas meja yang tidak jauh dari jangkauannya.

“Maafkan aku karena tidak mengantarnya pulang saat itu. Maafkan aku karena tidak memindahkannya ke kamar saat ia tertidur dan tidak terbangun saat ia pergi. Maafkan aku” Terdengar perbedaan suara pada nada bicara Sehun. Terdengar lebih lirih dan berkerubung banyak penyesalan di dalamnya. Semua ingatannya akan malam itu benar-benar terekam jelas. Setiap kesakitan yang ditimbulkan, yang ia rasakan, masih tertera di dalam dirinya.

“Mianhamida…” Sehun menahan air matanya dengan susah payah, lalu membungkuk.

“Kukembalikan cincin ini kepadamu. Aku tidak mempunyai hak untuk merebut kenangan di dalamnya” Ibu Yoona menyodorkan cincin itu lagi. Sehun menatap cincin itu dengan tatapan mendalam. Cincin yang setia ada di hari manis Yoona.

Sehun segera menghapus air matanya yang baru saja terjatuh bebas. “Maafkan aku, aku harus pergi”

***

            25 bulan kemudian.

Tidak ada yang berubah. Aku masih tetap mencintaimu―dan kurasa akan selalu tetap seperti itu. Mungkin, hingga saat ini, aku masih belum bisa melepasmu. Merelakanmu lebih sulit dari yang kubayangkan. Bahkan waktu yang lama tidak cukup membantu untuk melapukkan semuanya dan menjadikannya abu.

            Aku akan mencintaimu, tanpa syarat.

Sehun menatap lurus sebuah pintu yang baru saja terbuka.

Tao as known as Edison yang berdiri di sebelah Sehun, menyikutnya. “Yuri tampak cantik sekali”

Sehun hanya tersenyum manis, iris pure hazel-nya menatap sosok perempuan bergaun putih itu melangkah menghampirinya―melangkah di sebuah altar.

END

9 thoughts on “[FF-Oneshoot] 3rd Note: Just One Yesterday

  1. Hwaaaaaaa..
    Eotteokhaeeee…
    Giliran ff YoonHun publish. Malah di bikin sad + angst gini genrenya..
    Mewek .. Nangis.. Dadaku sampe nyeri, gara2 pas nangis q tahan..

    Pas bagian awal2.. Senyum2 deh.. Lihat tingkah YoonHun yg mesra abizzz…. Suka sama percakapan mereka, terdengar santai namun syarat akan kaih sayang.. *ceileeehh.

    Nah, bagian tengah2 mulai tuh.. Pas Sehun di tlfn Suho.. 9gabarin Yoona meninggal..
    Whaaaatttt!! Sempet ga percaya..
    Ih beneran ini, , padahal kan tadi barusan aja berbagi kebersamaan sama Sehun? Eh beneran.??
    Udah deh gila, bertanya2 sm diri sendiri,, kkkk

    ngenes.. Ngenes,, udah deh meleleh airmata di bagian Sehun di RS, , huaaaaaa.. Ga bisa berhenti mewek.. Sampe seterusnya..
    Ya kecuali di bagian dia menikah sama Yuri, lgsung di stop..
    Mueheheh…

    Menututq kisahnya tragis, ya walaupun story yg kayak gini udah banyak di luar sana, tp kan tulisannya berbeda, jd feelx juga beda.. Hhaaaha..

    Comebackmu di tunggu2 udah lama Saeng.. Kangeeen sama tulisanmu.. Ditunggu ff selanjutnya.
    Plissss jngan bikin yg galau2 mulu dong klo pas YoonHun..
    Ntr persediaan tissue q abizz.. Kkk..
    FF daebak!! Se Daebak yg bikin..
    Fighting!

    Like

  2. sebenarnya aku udah baca ini di YoongEXO, tapi gak tau karna apa aku gak pernah bosan sama ceritanya(?) yeah, walau sedikit gak rela Sehun nya sama Yuri, tapi benaran ini keren banget*lebay-_-

    Like

  3. oh my aku dibawa terhanyut sama ff ini… awalnya membahagiakan,,tapi kenapa langsung sedih bgt…ya ampun ini bener” buat terharu … nangis deh…
    ditunggu ff yg laen

    Like

Leave a comment